Lihat ke Halaman Asli

Hartoyo

“Dan diatas setiap orang yang berpengetahuan, ada yang Maha mengetahui”. (QS.Yusuf 12:76)

Cicak

Diperbarui: 18 Oktober 2021   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

C i c a k
~ * ~

Keahlian merayap di dinding yang melekat sejak lahir pada hewan ini bukanlah jaminan bahwa dia akan terhindar dari bencana. Sikap ceroboh dan terburu-buru dalam mencari rejeki akan merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Sepandai apapun, semahir apapun permukaan dinding yang kasar atau yang halus/licin jelas bukan zona yang aman dan nyaman buatnya.

Hewan yang pandai merayap di dinding tersebut kita kenal dengan nama Cicak, nama latinnya adalah Cosymbotus platyuru. Sekilas seperti tidak ada apa-apa dan kita tidak harus menganggapnya sebagai sesuatu yang luar biasa karena memang seperti itu hidupnya, kitapun sudah terlalu sering melihatnya di dinding-dinding sekolah, di dinding-dinding rumah atau di dinding mana saja, kapan saja.

Tetapi marilah kita luangkankan waktu dan mencermati sebentar saja, niscaya akan kita temukan sesuatu yang menarik dan bisa kita jadikan sebagai pelajaran. Ketika Cicak tersebut terjatuh pada secangkir kopi maka dalam sekejap namanya bisa berubah menjadi Asu, Babi, Kampret, Bajingan, dan lain sebagainya. Mau tidak mau dia harus rela  disebut apa dan mau dibilang apa, toh dia tak akan bisa menolaknya, masih beruntung nyawanya tidak melayang.

Makna yang patut kita renungkan adalah adanya  kecerobohan. Bisa jadi karena terburu-buru ingin mengejar dan menangkap mangsanya Cicak tersebut menjadi kurang hati-hati sehingga menjadi ceroboh dan melanggar daerah yang semestinya dihindari atau bisa juga karena kesombongan yang membuatnya terlena.

Demikian juga halnya pada manusia, sepintar apapun bila tidak hati-hati pasti akan mengalami hal yang sama. Terlalu yakin kadang menyebabkan manusia menjadi ceroboh. Bila kecerobohan tersebut tidak berbahaya dan tidak mengakibatkan kerugian pada yang lain tentu tidak masalah. Tapi kalau kecorobohan itu  membawa sengsara bagi diri sendiri dan orang lain tentu lain urusannya. Bayangkan bila kita lupa mematikan kompor karena terlalu asyik dengan handphone maka akibatnya bisa saja rumah dalam satu RT habis dimakan api. Kecerobohan seperti itu membuat kita rugi berkali-kali selain ada pasal yang menjerat, rumah sendiri terbakar, rumah tetangga ikut terbakar, tuntutan pidanapun menunggu karena kelalaian. Manusia memang banyak khilaf dan lupa, tapi ada kalanya kita tidak boleh melakukan kesalahan yang fatal akibatnya, misalnya kita mau mengetik kata “Nabi” tetapi karena kurang hati-hati dan teliti bisa saja kita menekan huruf B yang letaknya bersebelahan dengan huruf N di keyboard, satu huruf berbeda menyebabkan arti yang berbeda.

Terlalu yakin bisa juga menyebabkan diri menjadi sombong, sepandai apapun, setinggi apapun ilmu yang kita miliki lebih baik  tetaplah hati-hati.Banyak sudah yang mengatakan bahwa kesombongan adalah awal dari kehancuran, menurut penulis itu hal yang benar karena kesombongan hanya akan menutup mata hati dan itu pula yang akan mencelakai diri. Kalimat bijak yang penulis ambil dari browsing internet berikut menjadi inspirasi penulis agar selalu  wawas diri,”Gunung yang tinggi, besar, luas, dan gagah perkasapun tidak pernah bangga. Lalu kenapa engkau yang hanya sejentiknya berani sombong. Malulah sama gunung!"

Terima Kasih, semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline