Lihat ke Halaman Asli

Jokowi yang Baik Hati

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita pasti  tercengang dengan kepemimpinan Joko Widodo yang lebih mementingkan rakyat. Tampak kedekatan itu berpadu dengan nuansa kebersamaan. Rakyat tenang, hatipun senang. Bila suatu saat   jiwa kepemimpinan itu "mengalir" terus pada periode - periode berikutnya, sudah pasti terasa nikmat kemerdekaan ini. Bayangkan saja,  tak perlu melakukan negosiasi berhadapan dengan kawalan Satuan Polisi Pamong Praja menertibakan pedagang, seruan untuk berdialog dikediaman sang Walikota, mendengarkan aspirasi rakyat kian dekat.  Toh, perundingan berahir alot. Apa kiat mujarab Jokowi? Mungkin membentengi hati rakyat merupakan harga mati! Sayangnya Jokowi hanya melakukan aksi itu di Keraton. Bisa saja rakyat didaerah merindukan sosok kepemimpinan beliau. Akan tetapi kota Metroplitan (Jakarta) akan "terbius" oleh sosok Jokowi yang baik hati. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta babak pertama silam, memberikan suara kepadanya.  Hasil babak kedua menjadi penentu siapa yang bakal menduduki kursi Gubernur (?). Semuanya kembali kepada rakyat yang memilih.  Kenapa ini bisa terjadi? Bisa saja ini dampak dari hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemimpin,  yang saat mencalonkan terlalu mengumbar janji tampa pasti atau tak ada pemimpin yang loyal kepada rakyat. Ini hanya tanda tanya(?). Seandainya Jokowi menang apa yang terjadi dijakarta? Pasti terpikir dan terbayang adanya suatu perubahan. Masalah macet, banjir, sampah, kemiskinan   dan lain - lain perlahan teratasi. Kenapa mesti Jokowi yang kini tampil beda? Kemana jiwa kepemimpinan bangsa kita ini. Seruan dukungan Jokowi, "meluap" sampai kedaerah. Warung kopi, tempat keramaian terurai kalimat indah membicarakan sosok beliau lewat tayangan infromasi publik. Jika ini yang diingikan bangsa ini, haruskah Jokowi "melompat" menjadi Presiden? Karena memang rakyat didaerah butuh kecipretan sosok beliau. Haruskah hanya  Keraton menikmati itu. Tapi semua generasi muda bangsa ini masih banyak yang menjadi bibit kelak. Atau kita lagi "miskin" jiwa kepemimpinan. Yah,..mari kita bertanya kepada rumput yang bergoyang (Ebiet, Ag). Tak ubah serial flim yang tayang dalam kisah sejarah pendekar hadir dalam pemirsa/penonton menyaksikan  petualangan Joko Tingkir dan Joko Tingkir dan Joko Tole beraksi, sebagai pahlawan dalam flim itu. Semoga pendekar - pendekar bangsa ini bangkit membangun negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline