Lihat ke Halaman Asli

Miracle In Cell No. 7: Sedu-sedan, Gelak, dan Menyulutkan Emosi

Diperbarui: 26 Oktober 2023   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Dodo Rozak (Vino G Bastian), seorang tukang balon yang ditangkap polisi. Bibirnya pucat, matanya sayu, dan anaknya (Graciella Abigail) Kartika kecil menangis. Terlebih lagi: Dodo, pria yang memiliki kecerdasan terbatas.

Miracle In Cell No.7 (2023) menempatkan Vino sebagai pria dengan kecerdasan terbatas (penyandang disabilitas intelektual). Film memulai konfliknya lewat kematian Melati Wibisono, putri dari seorang pejabat tinggi pemerintah. Titik awal yang kemudian menggarisakan Dodo masuk penjara.

Alasan Dodo diduga menjadi pelaku cukup sederhana: Melati tenggelam dalam kolam, dan dengan sejumlah luka memar di kepalanya. Dodo terdapati memegang sebuah kayu dan basah lepek pakaiannya -- sebuah keharusan untuk dodo melepas bajunya. Keharusan ini jelas sepele bagi mereka yang sehat. Namun, bagi Dodo itu adalah sebuah keharusan agar tidak membuatnya masuk angin.

Kesederhanaan Adalah Kebahagian, Sebuah Stereotip

Kesederhanaan adalah hal pertama yang paling telanjang dalam Miracle In Cell No.7. simbol-simbolnya ditampilkan secara repetitif: bekal makan, kendaraan sepeda, rumah sepetak, hingga sekian potongan dialog maupun raut wajah yang menyiratkan bahwa Dodo dan Kartika bahagia dari kesederhanaanya. Semua menempatkan Dodo sebagai seorang miskin sederhana namun bahagia.

Secara alur cerita film ini banyak menayangkan genre drama yang meneteskan air mata -- ala-ala sedih yang membuat penonton terharu mata hatinya. Namun, mungkin dikarenakan para tokoh pemainya ini banyak dikenal oleh para penonton, dan terlebih saya pribadi mengenal tokoh-tokoh para pemainnya, seakan merasa setiap adegan terlalu didramatisasi karena penempatan para tokoh yang terkesan kurang pas. Akan tetapi, para tokoh tersebut berhasil membuat film ini terasa sangat Indonesia, mulai dari budaya, celotehan, hingga keberagaman agama

Berbeda dengan versi koreanya, karena film versi Indonesia ini memang secara sengaja menggunakan unsur drama komedi, sehingga bukan hanya lebih membawa sedu-sedan yang menguras air mata, namun sesekali juga terselip gelak tawa. Hal ini dikarenakan memang sengaja target film ini adalah untuk disemua umur.

Terdapat dua tokoh utama yang membuat jalannya cerita film ini, yaitu Dodo Rozak dan Ika Kartika (anaknya), Kartika kecil bercita-cita menjadi perawat (dokter), namun dikarenakan muncul sebuah masalah yang menimpa ayahnya yang dituduh membunuh Melati. Saat Kartika dewasa ia menjadi pengacara yang ingin membebaskan ayahnya.

Secara dialog bahasa, film Miracle In Cell No.7 versi Indonesia ini mudah dipahami, dan banyak jokes yang menggunakan unsur komedi dan namun lebih banyak sedihnya. Hal itu mungkin memang disengaja agar terasa sangat Indonesia.

Secara keseluruhan, film ini memang berhasil menguras air mata penonton di setiap adegannya.

Karakter tokoh yang ada juga tidak sia-sia, semua punya peran penting yang mendorong cerita terus bergerak dan cukup menghibur sedu-sedan yang dibalur gelak tawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline