Lihat ke Halaman Asli

Kanker, Sahabat Manusia, Sapa dan Sayangi Organ Tubuh

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1380183963399386014

KANKER, SAHABAT MANUSIA, SAPA DAN SAYANGI ORGAN TUBUH

Sahabat kompasianer, beberapa bulan lalu saya berkunjung kepada saudara sepupu, yang sedang sakit. Dikabarkan bahwamereka baru pulang dari Guangdjou, China. Kakak sepupu di rawat dirumah sakit internasional khusus kanker, selama 4 bulan. Berita yang mengagetkan, kakak sepupu divonis menderita kanker stadium 2 yang menyerang saluran pembuangan kotoran (anus).

Ceritanya sederhana saja. Pada suatu hari dia merasa tidak bisa kebelakang seperti biasanya. Setelah 2 hari dibawa ke dokter, dokter bilang ndak apa-apa. Dua hari tidak bisa buang air besar adalah masih biasa, begitu dokter memberikan keterangan. Dokterpun memberi obat pencahar,supaya kembali sehat seperti sediakala.

Namun, obat tak mempan, buang air besar tetap tak normal, tak seperti biasa. Akhirnya dibawa ke dokter spesialis penyakit dalam, supaya jelas apa yang diderita. Dokter melakukan pemeriksaan intensif, hasilnya mengagetkan siapa saja. Kemungkinan besar ada kanker yang menyerang anus. Pemeriksaan laboratorium membenarkan, bahwa ada kanker stadium dua.

Jalan keluar, sesuai standar internasional adalah kanker di anus dibuang, sayonara anus, engkau harus dipotong. Untuk pembuangan kotoran dibuatkan lubang diperut,dan tentunya ini merupakan tindakan yang benar-benar menyiksa.

Penyakit Datang Begitu Saja

Begitulah, penyakit datang begitu saja, tidak dapat diduga. Datang kepada siapa saja, tidak dapat dihindari, walaupun dia Raja. Termasuk mungkin orang-orang yang peduli dengan hidup sehat, hidup sederhana, dan selalu ikhlas.

Kanker juga menyerang kakak perempuan kandung saya. Sampai umur 70 tahun, kakak selalu hidup sehat, prinsip 4 sehat 5 sempurna dijaga ketat. Setiap pagi jalan kaki, tidak lupa selalu dekat dengan Yang Maha Kuasa. Makanpun dijaga, asal perut ada isi, puasapun tidak pernah lupa. Dua hari seminggu pasti puasa, ditambah tirakat ala orang jawa.

Namun cengkeraman kanker rahim, akhirnya menumbangkannya. Setelah sempat berkutat dengan pengobatan secara medis yang menyakitkan selama kurang lebih 6 bulan, kanker membawanya ke liang kubur, pada usia 71 tahun. Kak, semoga kakak selalu tersenyum di alammu yang baru ya, kita semua terus mendoakanmu, untuk kebaikanmu, semoga engkau selalu dekat dengan yang menciptakanmu, juga dengan bapak dan ibu kita.

Penyakit, memang jenisnya bermacam-macam, seram-seram namanya. Penyebabnya sebagian masih dalam penelitian, masih belum jelas juga cara pengobatannya, masih tanda tanya. Demikian pula kematian, kita hanya mereka-reka, dapat datang kapan saja. Semua kehendak Yang Maha Kuasa.

Ikhlas menerima, adalah salah salah satu cara. Berikhtiar dan berobat harus dilakukan sebisa-bisa. Berobat kepada ahlinya harus menjadi rujukan utama. Pendapat ahli lain sebagai pembanding harus diminta. Jangan terlena bersahabat dengan orang-orang yang mengaku ahli, serba bisa. Padahal hanya uang yang menjadi target mereka. Banyak dari mereka menggoda, dengan iming-iming angin surga. Namun hasilnya tidak pernah nyata, hanya menghasilkan kekesalan dan melayangnya harta.

Kanker, Sahabat Manusia, Siap Menerima Apapun Yang Akan terjadi

Sahabat kompasianer, bila kejadian itu datang menerpa, dan kita harus menderita suatu jenis penyakit, apapun penyakitnya, bersahabat dengan penyakit adalah hal yang harus dilakukan. Penyakit itu adalah sahabat yang telah mendekatkan kita denganNya, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebagai sahabat, tentunya wajar bila setiap saat kita bertutur sapa. Apalagi ini sahabat dekat, yang menjadikan diri kita disebut makhluk manusia yang sempurna. Hal yang kita lakukan adalah menyapa satu demi satu organ-organ kita, termasuk yang sedang ada masalah. Sentuhan-sentuhan halus dan bisikan-bisikan halus kepada semua organ akan membuat hati kita semakin dekat dengan Yang Maha Kuasa.

Sapaan dan sentuhan halus dengan tangan atas organ-organ tubuh ini alangkah indahnya dapat kita lakukan pula pada kondisi sedang sehat. Tidak hanya apabila kita sedang sakit. Kalau kita sering menyapa sahabat kita ini, maka akan timbul sayang kita kepada semua organ tubuh kita. Kitapun menjadi lebih berhati-hati dalam menjaga dan menggunakan mereka, sehingga mereka dapat berfungsi dengan normal.

Setiap sapaan dan sentuhan, jangan lupa sambil mensyukuri setiap nikmat dan karunia Tuhan yang telah kita terima. Begitu banyak karunia dan keajaiban dalam kehidupan yang telah kita terima, satu persatu kita sebut, dengan demikian kita akan menjadi manusia yang penuh syukur.

Atas perkenan Tuhan Yang Maha Kuasa, kita mungkin saja dapat sembuh seperti sedia kala. Kita kembali hidup, dapat beraktifitas. Namun demikian, kadang tidak semua permintaan kita diterima. Ada rahasia Tuhan yang selalu tidak pernah kita ketahui. Nah, kalau kenyataannya berbeda, kitapun harus sudah siap menerima.

Sebelum waktu itu datang menerpa, kita perlu menyiapkan mental dan pikiran dari hari ke hari. Kehidupan memang milikNya, jadi kalau sudah waktunya kita harus kembali, kitapun siap menerimanya, menyongsongnya dengan penuh keikhlasan. Bersyukur dan ikhlas adalah kunci utama, terima apapun takdir yang akan menimpa.

Bagi siapa saja yang sedang sakit, semoga segera sembuh, seperti sedia kala. Salam kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline