Lihat ke Halaman Asli

Partisipasi Politik dalam Jejaring Sosial

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi informasi berkembang begitu cepat. Menyebabkan distribusi informasi bertambah mudah dan luas. Informasi dari jarak ratusan kilometerpun dapat sampai ke tempat tujuan dengan cepat oleh bantuan teknologi-teknologi yang canggih. Semisal menggunakan teknologi internet yang dapat diakses melalui telepon genggam atau komputer


Dengan menggunakan internet kita dapat mengakses berbagai situs informasi, contohnya twitter, facebook, yahoo messenger dan lainnya yang populer dengan sebutan jejaring sosial. Jejaring sosial mampu mempertemukan kita dengan orang  yang berada di lain tempat dalam suatu ruang khusus. Dari pertemuan tersebut kita dapat bertukaran informasi  dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar, maupun tulisan dan dalam bermacam-macam topik , salah satunya politik


Akhir-akhir ini, pembahasan menganai politik semakin marak di jejaring sosial. Tokoh politik, media, maupun masyarakat semakin gencar memberikan partisipasi politiknya lewat jejaring sosial. Lewat akun yang mereka miliki, mereka memberikan berbagai macam informasi juga komentar terkait isu-isu politik yang sedang terjadi.


Partisipasi politik melalui jejaring sosial ini kerap dilakukan karena berbagai faktor. Pertama, karena kemudahannya, yaitu dengan mengetik beberapa kalimat dalam sekejap informasi atau komentar kita sudah tersampaikan dalam ruang di jejaring sosial tersebut. Kedua, faktor kepraktisan, dimanapun kita berada, asalkan sudah tersedia alat untuk mengaksesnya kita dapat berpartisipasi sesuai keinginan kita. Terakhir, faktor biaya menjadi pendorongnya, yaitu dengan mengakses internet sebentar , kita dapat membagikan banyak informasi ke orang lain dengan biaya yang terbilang murah.


Kemudahan dalam membagikan informasi di jejaring sosial tersebut berimbas pada begitu banyaknya informasi politik yang beredar di ruang  jejaring sosial, yang justru membuat masyarakat seakan ragu akan keakuratan dari informasi tersebut. Dikarenakan tak sedikit informasi yang justru bertolak belakang, bertentangan, dan ganjil. Hingga informasi yang bernada provokasi dan menyinggung SARA.


Dampaknya, jejaring sosial yang semulanya dapat membantu dalam berpartisipasi dalam dunia politik, justru dipandang murahan dan tak bisa dipercaya lagi. Masyarakat memandangnya sebagai hal yang tidak bermutu dan tidak perlu ditanggapi, hanya bualan belaka dari orang-orang tidak bertanggung jawab. Dari sinilah, keefektifitasan partisipasi politik dalam jejaring sosial mulai diragukan.


Menjelang Pilgub DKI

Menjelang putaran kedua pemilihan umum gubernur DKI jakarta, ruang jejaring sosial mulai ramai dengan informasi seputar Foke-Nara dan Jokowi-Ahok. Akun milik para tokoh politik, masyarakat sipil, media, hingga akun yang "abstrak" mulai memberikan partisipasinya lewat informasi dan komentar mengenai kedua pasang calon gubernur DKI tersebut. Informasi silih berganti datang mengupas satu persatu calon. topik pembahasan meliputi keprbadian calon, latar belakang, riwayat kepemimpinan, prestasi kepemimpinan, hingga "keburukan" semua calon.


Informasi yang datang tak jarang lebih condong kearah keburukan para calon hingga mengandung SARA. Seperti yang pernah disampaikan dalam salah satu akun twitter, akun tersebut menyatakan tentang keburukan Jokowi dalam menanggulangi kemiskinan di Solo, juga kegagalan Foke dalam pembenahan pendidikan di DKI Jakarta. Selain itu, ada akun lain menyatakan tentang informasi-informasi yang mengandung SARA. Contohnya mengenai Foke-Nara yang berlatar belakang betawi, Jokowi yang jawa, dan paling populer adalah Ahok dengan etnis tionghoanya.


Tentu masyarakat tidak mudah percaya dengan informasi yang bisa dikatakan begitu mendetail. Masyarakat banyak bertanya-tanya dari manakah seseorang mampu mendapatkan informasi yang tidak biasa itu. Tak lama, keraguanpun muncul mengiringi informasi-informasi kontroversial seputar para calon tersebut.


Kesimpulannya, partisipasi politik dalam jejaring sosial dapat dikatakan kurang efektif. Dikarenakan masih banyak orang memberikan informasi yang kurang bertanggung jawab seputar masalah politik. Jika saja setiap informasi tersebut ditanggapi dengan serius, dapat dipastikan akan bermunculan berbagai macam konflik di masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline