Lihat ke Halaman Asli

Hartmann

Pelajar

PHK dan Bubble Burst

Diperbarui: 3 September 2022   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada tahun 2022 terjadi PHK di banyak perusahaan startup. Contoh perusahaan ini adalah LinkAja yang mem-PHK ratusan karyawan, Zenius yang mem-PHK dua ratus karyawan, bahkan Gojek pernah mem-PHK 430 karyawan dan Grab pernah mem-PHK 360 karyawan. Fenomena ini terjadi sebagai dampak dari Bubble burst. Bubble burst terkait dengan fenomena Bubble, di mana fenomena Bubble adalah siklus ekonomi yang suatu barang atau aset mengalami kenaikan nilai pasar dengan cepat. Ketika suatu barang atau aset mengalami kenaikan nilai, maka akan terjadi inflasi yaitu kenaikan harga barang atau jasa. Inflasi kemudian diikuti dengan penurunan nilai yang cepat, atau kontraksi[1] yang sering disebut bubble burst. Kalau mau disederhanakan, gelembung atau bubble yang terbentuk berupa kenaikan nilai produk, kemudian gelembung itu pecah atau nilai produk tersebut anjlok.

 

Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya bubble burst, seperti kebijakan pemerintah yang melakukan pembatasan perjalanan, produk yang awalnya laku tapi kemudian tidak laku, atau investor  tidak lagi berminat dengan suatu produk. Salah satu kasus bubble burst yang pertama terdapat di Belanda pada abad ke-17, saat itu bunga tulip menjadi komoditas paling berharga dan sangat diminati sehingga  harganya mahal. Kemudian, orang-orang tidak tertarik lagi membeli bunga tulip sehingga harganya anjlok, dan banyak penjual yang mengalami kerugian karena terlanjur membeli bunga tulip dengan harga yang mahal.

 

Fenomena ini patut menjadi perhatian bagi semua perusahaan startup. Perusahaan startup perlu mencari pelanggan dan keuntungan di awal usahanya, dan perlu untuk memperhatikan kedua-duanya. Banyak perusahaan startup yang tidak terlalu memerhatikan hal itu, dan memakai teknik bakar uang[2] untuk mencari pelanggan, seperti Zenius dan LinkAja. Jika momentum perusahaan yang dibangun dari teknik bakar uang mendapat hambatan seperti minimnya keuntungan, momentum perusahaan ini dapat runtuh dan anjlok sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan, seperti kasus tulip di Belanda. Lebih baik membangun momentum secara perlahan-lahan dengan pondasi bisnis dan loyalitas pelanggan, bukan langsung mencari pelanggan yang banyak tanpa mencari keuntungan.

Catatan Kaki :

[1] Kontraksi terjadi ketika tekanan inflasi mulai mereda

[2] Bakar uang adalah teknik memberikan promo yang besar terhadap suatu barang agar konsumen tertarik membelinya. Ini adalah win-win solution, karena perusahaan mendapat lebih banyak pelanggan dan pelanggan mendapat produk yang lebih murah.

 

Sumber 

https://www.investopedia.com/terms/b/bubble.asp#:~:text=Key%20Takeaways,or%20a%20%22bubble%20burst.%22

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline