Lihat ke Halaman Asli

Arswendo, Ahok dan Anjing

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Melawan korupsi dengan rileks. Tentu saja melawan korupsi secara serius, secara bersungguh-sungguh, secara heroik, intens dan konsisten adalah jauh baik, jauh lebih efektif dan lebih membuahkan hasil. Tapi, saya pikir, melawan korupsi dengan rileks tak ada salahnya untuk dicoba.

Saya pernah berkeliling membacakan orasi melawan korupsi di sejumlah pesantren, di forum diskusi, di tengah demonstrasi, di pelosok dusun-dusun dan bahkan di alun-alun. Sambutannya lumayan baik—setidaknya membuat saya merasa lega karena telah menumpahkan kemarahan. Tapi, stamina dan biaya yang terkuras, pada akhirnya membuat saya terpaksa ngaso berorasi. Kegiatan tersebut sungguh bikin saya kecapekan.

Dalam kondisi capek itulah muncul gagasan melawan korupsi dengan rileks. Kenapa tidak? Bukankah kalau kita baca atau nonton berita tentang para tersangka koruptor hidupnya tetap santai, masih bisa ikut kongres partai, sidang praperadilan nggak perlu hadir karena boleh diwakili pengacara, masih naik mobil mewah, masih menggelar pengajian dlsb. Bahkan di penjara pun para napi koruptor juga masih bisa hidup santai, masih dikasih remisi dan pelbagai privelese lainnya.

AkhirMaret lalu, gagasan itu iseng-iseng saya obrolin dengan Mas Arswendo. Rupanya gayung bersambut, karena pas Mas Wendo dimintai tolong memopularkan Trubus Kusala Swadaya, sebuah penghargaan yang diberikan majalah Trubus kepada aktivis lingkungan, petani inovatif, kreator dan orang-orang berprestasi pelosok Sabang sampai Merauke. Media publikasi untuk memopularkannya antara lain website dan youtube. Sedangkan gagasan melawan korupsi dengan rileks menjadi salah satu konten website yang mudah-mudahan membuat orang tertarik ngeklik Trubus Kusala.

Kalau misalnya sempat ngeklik Trubus Kusala, maka melawan korupsi dengan rileks itu formatnya sbb:

Anjing Ahok

A: Saya ini prihatin, Mas. Waktu mediasi dengan DPRD tempo hari, Ahok kok dimaki anjing ya Mas

B: Ya biariin aja…

A: Lho…, di maki anjing kok biarin aja, Mas?

B: Ya anjing sama maling itu kan memang nggak pernah rukun…, musuhan terus.

A: Oo iya ya.., anjing itu musuhnya maling ya…

Muka Uang

A: Saya kok masih kepikiran soal Perpres uang muka mobil yang dibatalkan Presiden Jokowi ya, Mas..

B: Ah, sudah dibatalkan ya sudah. Nggak usah dipikirin lagi.

A: Tapi kasihan lho Mas. Waktu Perpresnya diteken, ya wajar dong kalau merekalangak-longok show-room

mobil, telpan-telpon dealer. Lha kalau mendadak dibatalkan begitu…, mereka pasti malu dooong…

B: Ya itu kalau mereka punya.

A: Punya apa, Mas?

B: Punya malu.

Petugas Gelap

A: Dalam pidato politik di kongres Bali kemarin, Bu Mega menyindir ada penumpang gelap yang menunggangi

pemerintahan Jokowi.

B: Ya baguslah. Penumpang gelap itu mestinya nggak cuma disindir…, tapi ditangkap dan diturunkan….

A: Sayangnya…, kongres belum selesai, ada petugas partai yang jadi anggota DPR ditangkap KPK karena nerima

suap. Bikin malu kongres aja ya, Mas?

B: Hehe yang ditangkep KPK itu petugas gelap.., bukan petugas partai…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline