Lihat ke Halaman Asli

Orasi Jalanan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jakarta Jokowi, Daerah Lain Aja Kuwi

Tiga minggu lewat hidup tanpa televisi, radio, internet (terkecuali malam Sabtu sekadar kirim email naskah Sentilan-Sentilun ke Agus Noor dan MetroTV). Tiga minggu lewat kembali menikmati hidup sebagai pejalan bohemian bersama kawan-kawan aktivis, LSM, buruh tani, pedagang asongan dan rakyat yang “berkantor” di jalanan di sejumlah daerah di Jawa Timur.

Sebagai orang merdeka, menjadi pejalan bohemian adalah “kemewahan” yang mengasyikkan. Maklum, anak-anak sudah menikah dan punya kehidupan sendiri. Istri sudah setengah baya dan tidak terlalu butuh kehangatan suami. Si bungsu kelas dua SMA sudah punya cita-cita yang jelas ingin jadi seniman. Maka kembali menjadi pejalan bohemian adalah pilihan yang realistis dan menyenangkan.

Karena panggung pertunjukan sudah diambil alih para politisi dan para caleg untuk berkampanye, maka bersama kawan-kawan yang “berkantor” di jalanan kami akan mengubah demonstrasi menjadi sebuah pentas peristiwa budaya. Salah satunya adalah menggelar sejumlah demonstrasi dalam bentuk karnaval berupa musikalisasi (dangdut koplo dan blues) orasi seperti berikut di bawah ini:

………………

Kuwi aja kuwi, aja milih kuwi

Kuwi sing korupsi, aja milih kuwi

Kuwi wi wi wi wi aja kuwi, aja aja milih kuwi

Kuwi sing korupsi, aja milih kuwi

………………

Saudara-saudara yang terhormat

Para sedulur yang bermartabat

Kaum petani di dusun-dusun sunyi yang terbakar matahari

Kaum nelayan yang dihempas gelombang kemiskinan

Kaum buruh di kampung-kampung kota yang angkuh

Rakyat yang sudah terlalu lama hidup melarat

Inilah saatnya kita bersatu dan bergerak

Sekaranglah saatnya kita melawan dan menjelaskan

Bahwa kita tidak bisa terus-menerus diremehkan

Bahwa kita tidak bisa terus-menerus direndahkan

Kesabaran kita sudah terlalu sering dilukai

Kepercayaan kita sudah terlalu sering dikhianati

Kedaulatan kita dicaplok dan dimanipulasi

Harga diri kita disamakan dengan pengemis dan dibeli dengan uang receh hasil korupsi

……………..

Saudara-saudara yang berdaulat

Para sedulur yang bermartabat

Rakyat kecil yang senasib sependeritaan

Inilah saatnya kita bersatu, bergerak dan melawan

Menyingkirkan pemimpin-pemimpin yang korup dan ngenthit duit rakyat

Menyingkirkan pejabat-pejabat yang nyolong harta Negara

Menyingkirkan politisi-politisi yang tidak bermutu dan bermoral busuk

Menyingkirkan wakil rakyat yang sibuk memperkaya dirinya sendiri

……………..

Saudara-saudara, para sedulur, rakyat jelata yang sudah terlalu lama hidup menderita

Dengan ijin Allah yang maha pengasih dan maha terhormat

Marilah kita bergerak, bergerak, bergerak dan bersatu menjadi rakyat yang berdaulat.

Marilah kita bergerak dan bersatu menyelamatkan harta Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari gerombolan koruptor yang merampok dan menyengsarakan rakyat.

Dari geng koruptor yang lebih jahanam dari geng motor.

Laksana angin puting beliung para koruptor memporak-porandakan kesejahteraan rakyat, merobohkan jembatan, gedung-gedung sekolah ambruk dan pasar-pasar terbakar.

Laksana gelombang tsunami para koruptor menenggelamkan berjuta-juta rakyat Indonesia di dalam lumpur kemiskinan.

Dan kita sudah terlalu lama terhina kesabaran kita sendiri.

Kita tidak bisa lagi terus-menerus diremehkan.

Kita harus bergerak, bergerak, bergerak, bersatu dan melawan!

…………

Kuwi aja kuwi, aja milih kuwi, kuwi sing korupsi, aja milih kuwi

Kuwi wi wi wi wi aja kuwi, aja aja milih kuwi

Kuwi sing korupsi, aja milih kuwi

…………

Permisi, saya harus kembali turun ke jalan, menjalani kehidupan pejalan bohemian. ***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline