Dulu ada ungkapan klasik yang mengatakan carilah teman sebanyak-banyaknya, dan bertemanlah dengan siapa saja. Namun sekarang ungkapan ini sudah tak lagi relevan. Seiring perkembangan zaman, kadang teman hanya sekedar memanfaatkan. Datang saat butuh, menghilang saat tak butuh.
Tidak melulu masalah kebutuhan, tetapi juga dalam hal relasi, dimana teman alih-alih menegur saat salah, malah cenderung membela meskipun salah. Istilah zaman sekarang disebut bagian dari toxic friendship. Teman yang seharusnya membuatmu lebih baik justru membiarkanmu terjerumus. Fenomena ini tidak hanya berjangkit di pergaulan masyarakat biasa, tetapi juga merambah selebriti tanah air.
Baru-baru ini portal digital berita hiburan menyorot sosok Sarah Sechan yang disinyalir berani menyindir salah satu pesohor muda tanah air yang dikenal masyarakat sebagai 'sultan' karena memiliki banyak uang dan harta. Sarah memang tidak menyebutkan nama, tetapi jelas kecaman itu mengarah kepada istri presenter kondang Raffi Ahmad: Nagita Slavina, yang dalam sebuah rekaman video terlihat berteriak-teriak sambil memanggil temannya melalui ponsel di sebuah mall di Singapura, negara yang dikenal menjunjung tinggi adab dan keteraturan di tempat umum.
Sarah menyayangkan sikap yang seperti tidak tahu adab dan sopan santun di tempat umum, apalagi hal tersebut dilakukan di negara lain. Parahnya, kelakuan ini justru dilakukan oleh seorang yang menyandang status selebriti yang seharusnya memberi contoh yang baik.
Saat berteriak-teriak, teman-teman Nagita yang tampak bergerombol justru tidak terlihat menegur. Bahkan terkesan menganggapnya sebagai sebagai sesuatu yang wajar dan lucu. Atau mungkin ada yang merasa malu atau tidak nyaman, tetapi sungkan untuk menegur atau mengingatkan Nagita, karena selama ini sudah terbiasa saling memaklumi dan membela saat masing-masing berperilaku di luar batas.
Sarah Sechan menghabiskan masa kecilnya di luar negeri, yaitu Amerika. Masa remajanya yang berprofesi sebagai model dan penyiar radio dilalui di Jakarta. Usia 20-an dia tinggal di Singapura karena bekerja sebagai Video Jockey (VJ) MTV, profesi impian anak-anak muda di saat itu. Sebagai VJ andalan MTV, Sarah pernah diutus untuk meliput MTV Video Music Award di Amerika.
Sarah dulu adalah contoh role model anak muda Indonesia: berpenampilan menarik, supel, gaul, modis, fasih berbahasa Inggris di zaman belum banyak orang yang berani atau mampu berbicara dalam bahasa Inggris di depan kamera televisi.
Saat ini Sarah juga masih tinggal di Singapura dengan status warna negara Indonesia bersama suami dan anak semata wayangnya yang sudah remaja. Sangat wajar jika dia merasa malu jika ada orang Indonesia yang bersikap tidak santun di negara yang sudah dia anggap sebagai negara keduanya. Sebagai salah satu figur publik, tentu Sarah juga lumayan dikenal di Singapura. Menyandang status itu, Sarah otomatis berusaha memberi kesan yang baik tentang sosok orang Indonesia di mata publik Singapura. Betapa kecewanya Sarah ketika citra yang selama ini dia bangun tiba-tiba dirusak oleh segerombolan selebriti media sosial yang hanya sekedar mampir di Singapura.
Banyak yang menyayangkan cara Sarah mengungkapkan kekecewaannya melalui media sosial, menurut mereka seharusnya Sarah menegur dan membicarakannya baik-baik secara pribadi. Lalu mereka menuduh Sarah mencari popularitas dengan memanfaatkan Nagita. Mereka lupa bahwa kelakuan seperti itu juga sudah umum dilakukan di Indonesia dan rentan terbawa-bawa ke negara lain. Maka sindiran dari Sarah itu sebenarnya bukan hanya untuk Nagita, tetapi untuk kita semua. Dimana kita harus bijak bersikap dan bertingkah laku sesuai tempat. Di mana langit dipijak, di situ langit dijinjing.
Jangan karena terbiasa berbuat seenaknya di rumah sendiri sehingga menjadi jaminan bisa berbuat hal yang sama di negara orang. Karena ketika berada di negara orang, kita tidak hanya menjadi perwakilan diri kita sendiri, tetapi bisa menjadi perwakilan negara asal kita. Maka alangkah bijaksananya untuk menjaga sikap dan adab.