Resepsionis bisa dibilang sebagai ujung tombak sebuah hotel. Segala sesuatu urusan tamu dengan hotel umumnya dimulai dan diakhiri di meja resepsionis.
Ada kalanya ketika resepsionis on duty sedang berhalangan hadir, entah karena sedang sakit, menstruasi, khitanan atau apalah alasan yang membuat mereka tidak bisa masuk kerja, maka otomatis saya yang akan meng-handle resepsionis untuk sementara. Apalagi tampang saya juga tidak jelek-jelek amat dan umur masih relatif muda, masih dianggap pantas lah untuk duduk di front desk, sehingga pada akhirnya, saya bisa merasakan apa yang sering dialami resepsionis.
Pernah ada tamu yang marah-marah ke saya karena tablet miliknya tidak bisa konek ke wifi hotel. Salah saya apa ya, Kak?
"Ini kenapa sih wifi hotel ngadat begini?" sungutnya langsung di depan saya. Saya kaget dong, bukannya menyapa selamat pagi, siang, sore dan malam dulu, malah langsung meletus begitu saja.
"Sebentar ya, Bu," jawab saya sabar. Lalu mencoba wifi hotel lewat koneksi ponsel saya, dan ternyata bisa konek. Dan karena kebetulan di lobby ada beberapa tamu yang juga sedang asyik masyuk dengan laptop dan ponselnya masing-masing, saya pun mencoba untuk mengkonfirmasi ke mereka.
"Permisi, Pak," sapa saya kepada salah satu dari mereka. "Ada masalah dengan wifi hotel?"
"Nggak. Lancar kok dari tadi," jawab si Bapak ramah. "Lancar seperti curahan cintaku pada dirinya". Hallah...biasa aja dong jawabnya, Pak. Untung saja dia bilang 'curahan cintaku padanya', bukan 'curahan cintaku padamu'. Bisa baper saya.
"Punya saya juga bisa. Mungkin tablet ibu ini yang bermasalah ya"
"Eh, enak saja nuduh tablet saya. Ini tablet mahal, tahu!"
"Boleh saya lihat sebentar, Bu?" Dengan cemberut dia mengangsurkan tabletnya yang katanya mahal itu. Padahal mereknya...ah sudahlah yaw, tak perlu saya sebut.