Lihat ke Halaman Asli

Harry Ramdhani

TERVERIFIKASI

Immaterial Worker

Peang dan Fungsi Baru Gadget Untuknya

Diperbarui: 26 April 2018   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (@kulturtava)

Yha. Pada akhirnya gadget Peang digunakan sebagaimana umumnya: untuk berkomunikasi. Mungkin tidak baik, sebab Peang baru berumur 8 tahun, tapi ada banyak pertimbangan untuk itu, satu di antaranya ketika ia sakit.

Bukan. Sakitnya tetap dalam proses penyembuhan dengan obat dari dokter, bukan dari pemberian gadget.

Jadi setelah melakukan suntik vaksin di sekolah Peang demam. Seharian. Hanya diberi obat warung biasa kala itu untuk menurunkan panasnya dan tidak berpengaruh apa-apa. Gopah sedang tidak di rumah; ibadah. Gomah belum pulih betul dari sakitnya. Saya sedang di kantor. Seharian badannya panas, lemas. Itu baru saya tahu tentu ketika pulang dari kantor. Besok paginya baru saya bawa ke dokter.

Saya merasa kesal sendiri: kenapa hari itu tidak seorangpun ada yang mengabari?

***

Gadget dan Peang bukanlah 2 hal yang asing. Sejak umur 3 tahun malah, ia bisa mengoperasikan laptop. Untuk ketak-ketik asal dan perlahan bisa ia gunakan untuk bermain gim. Dari Zuma sampai Plant vs Zombie, pernah ia tamatkan sebelum akhirnya laptop saya rusak.

Karena itulah ketika ulang tahun ke-4 Peang minta dihadiahi tablet. Kami kabulkan. Tentu beralasan: saya dan Gopah sepakat laptop hanya untuk kerja. Saya gunakan untuk menulis dan Gopah untuk membuat eFaktur.

Memang bisa saja kami tidak memberinya tablet untuk sekadar main gim. Namun, satu waktu saya tercerah oleh bit stand-up Ernest Prakasa: sebenarnya kebebasan orangtua menjaga anak itu saat si anak sudah anteng bermain gadget. Sepakat atau tidak, tapi kini itulah faktanya, bukan?

Kami tidak pernah mengatur waktu Peang untuk bermain tablet. Bebas saja. Sejak ia minta sekolah, sejak saat itu kami ajarkan Peang tentang tanggungjawab. Fokusnya: konsekuensi.

Sederhananya begini: ketika pulang sekolah, TK-Nol Kecil saat itu, Peang kami bebaskan main tablet. Tapi seperti yang kita tahu dan entah mengapa ini membuat saya sebal: setiap hari Peang selalu diberi PR. Bayangkan, masa anak TK-Nol Kecil sudah dibebani PR! Ada saja, dari menghitung sampai menulis alfabet.

Hal-hal seperti itu yang sampai sekarang tidak bisa diubah dalam kurikulum pendidikan. Pernah saya tanya Kepala Sekolahnya kenapa selalu memberi PR?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline