Lihat ke Halaman Asli

Harry Ramdhani

TERVERIFIKASI

Immaterial Worker

Yang Membuat Kita Tidak Dilupakan dan Melupakan Walau Sudah Jadi Mantan

Diperbarui: 9 Juli 2017   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (@kulturtava)

Sebelum hari ini berakhir dan menjadi kemarin. Sebelum lupa mengucapkan sayang dan menyesal kemudian. Kita mesti tahu: hari ini tidak akan terulang lagi.

Bukan kata-kata indah yang mungkin dikenang, apalagi laku romantis yang selalu manis dibayangkan. Tapi kehadiran kita di saat dia membutuhkan: telinga yang tidak pernah ditutup dengan earphone untuk siap mendengar keluhan; tangan yang sudah kita cuci bersih untuk mengelus dan mengusap kesedihannya. Dan tentu, batere hengpon yang bukan disisakan untuk yutupan, tapi membalas semua chat dia yang berisi manja-manja yang tidak perlu itu, dengan cepat.

Kita selalu berusaha yang terbaik untuk dia. Kita bersedia melakukan apa saja yang dia minta. Menjadi selalu, padahal itu semua adalah awal dari kebosanan. Percayalah.

Karena akan tiba satu masa: kita dibuat marah, patah hati dan semakin jatuh cinta untuk waktu yang dekat. Barangkali seperti itulah bagaimana kita didewasakan, dicerdaskan dan membuat kita benar-benar menjadi manusia; mempunyai empati dan simpati yang bukan jadi bualan.

Akan selalu banyak pilihan untuk pergi. Tapi percayalah, jalan untuk kembali akan sulit kita temui. Mungkin ada. Namun akan sering terhalang gengsi. Tembok gengsi itu terbuat dari arogansi pikiran: manakar siapa yang lebih butuh, siapa yang paling sakit, dan siapa yang bersedih setelah perpisahan ini. 

Kelak setiap pasangan akan berpisah. Entah oleh kepercayaan dan keyakinan masing-masing. Hal paling pertama setelah semua itu terjadi, barangkali, diam-diam berdoa untuk semua kebaikannya. Memaafkan semua kekeliruannya. Menafikan segala ketulusannya. Dan mulai mencintai sesuatu yang tidak ada.

Selain tidak bisa dicangkok, waktu juga tidak bisa diisi ulang. Jika sudah lewat, ia menjadi kenangan. Jika belum, ia menjadi harapan. Kemarin kita bisa dapat ucapan, "Selamat pagi, sayang," dan kabar-kabar manis darinya. Namun hari ini, bisa saja, tidak satupun koran datang dari pengantar meski kamu telah berlangganan. Kehilangan memang semenyakitkan itu.

Mana yang lebih sering: mencari kesalahannya atau berterimakasih atas kebaikannya? Jawanblah dari dan dalam hati. Tidak usah dipikirkan.

Barangkali terlalu munafik menjadi pasangan yang baik dan selalu membenarkan banyak alasan menjadi pasangan yang menyebalkan. Padahal, setia itu pekerjaan baik.* 

Karena semua orang berhak untuk bahagia, walau akhirnya disakiti. Karena semua orang juga berhak memiliki, walau kelak akan ditinggalkan sekali lagi. Karena semua orang sering lupa: kewajiban kita sebenarnya adalah menjaganya. Menjaga yang sudah ada, bersyukur atas kehadirannya atawa menerima segala kekurangannya. Sebab, dalam cinta, apa yang diterima tidak mesti berbanding lurus dengan yang dikeluarkan. Cinta mengajarkan itu. Tidak lebih.

Dan yang menjadi pertanyaan: bagaimana kita menemukan cinta itu? Pertama, cobalah untuk punya pasangan. Sebab semua ini bisa saja menjadi omong kosong belaka jika kamu masih jomblo. Kedua, ketiga dan seterusnya sama sahaja.

*) dari judul cerpen Aan Mansyur "Setia Itu Pekerjaan yang Baik"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline