Saya kira Pak Badrodin Haiti adalah pembaca yang baik karya-karya sastrawan inggris ini: Williams Shakespeare. Ya, apalah arti sebuah nama. Bukan begitu Pak Badrodin Haiti?
Ada yang kita --saya, kamu atau yang lain-- tahu dari Polri menjelang lebaran: Operasi Ketupat.
Operasi itu sudah digunakan sejak lama. Operasi Ketupat adalah nama yang digunakan kepolisian Indonesia untuk mengamankan perayaan hari raya idul fitri. Dari pemantauan arus mudik sampai penjagaan beberapa titik tempat yang mungkin terjadi kerusuhan dan/kericuhan. Tapi tahukah kamu, dipengujung masa bakti Pak Badrodin Haiti ini sebagai Kapolri, ia mewarisi kepada Pak Tito Karnavian sebuah nama, nama baru untuk menggantikan Operasi Ketupat. Operasi Ramadaniya, namanya.
Tidak ada yang ganjil memang. Sah-sah saja. Ketupat menjadi Ramadaniya. Ya. Kenapa? Apalah arti sebuah nama, bukan?
Waktu itu saya iseng seluncur sana-sini untuk mencari tahu alasan pergantian penggunaan namanya.
Saya temukan beberapa. Dan, saya tertawa-tawa membacanya.
Ada ragam versi di pemberitaan media mainstream. Entah, masa iya bisa menghasilkan jawaban berbeda-beda dari sumber dan waktu wawancara yang sama. Namun, intinya sama. Ada dua alasannya.
Pertama, nama Operasi Ketupat sudah terlalu lama dan Polri takut dianggap tidak kreatif. Ya, seperti sempat saya singgung di awal. Kedua, nama "Ramadaniya" di ambil dari nama tetangga Paknya Badrodin Haiti.
Kalian bisa bayangkan? Saya sedang membayangkan. Begini.
Satu waktu Paknya Badrodin Haiti selepas pulang dinas dari Mabes Polri, ia sedang santai-santai di rumah sembari minum kopi. Paknya Badrodin Haiti sadar, sebentar lagi adalah akhir masa baktinya. Mesti ada yang diwariskan, ujarnya dalam hati, walau sekadar gagasan.
Lama melamun, Paknya Badrodin Haiti mendapat ilham. Mengganti nama operasi saat lebaran. Ya, tapi apa namanya, Paknya Badrodin Haiti kembali melamun. Malam itu Paknya Badrodin Haiti tidak bisa tidur.