Ilustrasi: Cover film "Premonition"
1/
Ini gelas kopi kelima
sedang kamu masih sibuk di kepala
ada yang tak sanggup diungkap kata
selain masa lampau yang pulang
dan tak bisa membaca dirinya sendiri.
dulu sekali kamu percaya ini
: semua duka lahir dari kesedihan
dan hujan yang turun tiba-tiba.
Sekarang --seperti puisi
yang juga belum diselesaikan; mencari
Airmata juga kegaduhan cinta semasa belia.
Perlukah kita memperkara perihal apa yang pantas dan tidak untuk disesali?
2/
Ada penyair bunuh diri
dengan menceburkan dirinya ke secangkir kopi
demi menemui puisi yang gelap
dan sunyi.
mayatnya tidak ditemukan
puisinya juga.
3/
Malam makin larut. Senyuman dan kebohongan berpelukan. setiap kata menjelma benda memiliki bayangannya masing-masing. Lampu sepanjang jalan padam. Ia yang kamu kenang bediri di antara kesendirian; memamerkan ingatan-ingatan yang pergi memang untuk kembali.
Kamu menemuinya. Kesempatan, katamu, dibuat karena manusia adalah tempat salah. Salah bisa diperbaiki, tapi tidak untuk puisi. Di sana kesalahan akan tumbuh kembali menjadi puisi lagi.
Malam makin larut. Penyair menyeduh kopi dan bunuh diri. Ditemukan puisi tanpa tuan dengan kamu sebagai judulnya.
4/
Mimpi keluar dari kolong kasur
lalu kabur lewat jendela.
Perpisahan memang sebegini sederhana.
Kamu masih sibuk di kepala.
Perpustakaan Teras Baca, Mei 2016 | Ilustrasi