Lihat ke Halaman Asli

Harry Ramdhani

TERVERIFIKASI

Immaterial Worker

Satu Hari Sebelum Natal

Diperbarui: 25 Desember 2015   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi: ©Shutterstock"][/caption]Satu hari sebelum natal
: kota menjelma lautan cahaya,
toko-toko mainan tutup lebih awal
dan kita; saling berdoa dengan kiblat yang berbeda.

Di sebuah tempat yang belum bernama, 
satu hari sebelum natal
: Pak Tua menggantungkan mantelnya di pohon 
bertelanjang dada tanpa celana
saat musim sedang gigil. Ia nyalakan pemantik, 
membakar sunyi. Hangat sekali, pikirnya.
Adakah dedaunan, atau ranting,
atau apapun yang kering
bisa mengganti sunyi sebelum habis 
dilahap api?

Satu hari sebelum natal,
langit serupa siluet perempuan yang
menagis dekat jendela
: suara itu gemuruh yang gaduh, 
bayangannya jatuh seperti bunga
yang mati digugurkan sepi
tapi, sejak lama saya tak mengenalinya.

Satu hari sebelum natal
: kita sama-sama pernah belajar
perihal sesal;
namun sejak lama kita amini.

Satu hari sebelum natal
kamu berjalan ikuti perginya bayangmu
saya pergi mengikuti tangismu.

Perpustakaan Teras Baca, 25 Desember 2015




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline