Lihat ke Halaman Asli

Harry Ramdhani

TERVERIFIKASI

Immaterial Worker

Sedikit Catatan Saya Tentang Bakriyadi

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14170639932094163526

"Kalau naskah kau ditolak, jangan berpikir naskah kau jelek. Mungkin si redaktur sedang sakit, jadi tidak sempat membaca dengan teliti. Atau, si redaktur kekurangan halaman untuk memuat tulisan kau sekarang. Jangan pernah merasa tulisan kau jelek, tapi juga bukan berarti sudah bagus sehingga merasa tidak bisa dibikin bagus. Anggap saja jika tulisan kau belum dimuat, maka media itu rugi karena tidak memuat tulisan yang berkualitas tinggi," -- Bang Togar, dalam Novel Ranah 3 Warna, Ahmad Fuadi.

Sumber: Stand-up Indo Bogor Twitpic's

Pagi itu saya datang untuk melihat Bakriyadi di sebuah Acara Tahunan Kampus BSI Bogor, GALAKSI (Gelaran Kreasi dan Seni adalah acara tahunan BSI). Bakriyadi dan  Komunitas Stand-up BSI, bagi saya, saat itu adalah tipping point bagi keduanya; Bakriyadi meniti karir di dunia Stand-up Comedy dan Komunitas Stand-up BSI menjaga konsistensi. Sayang, hanya satu yang mampu bertahan: Bakriyadi.

Setibanya di BSI, ternyata suasanya jauh dari yang saya duga sebelumnya. BSI Bogor lebih terlihat ramah, walau mahasiswa BSI di mana-mana sama; nongkrongnya di pinggir jalan semua. Hanya Bakriyadi yang tidak sama: hari itu rambutnya disisir, bajunya wangi, dan seleting celananya belum dinaikan. Barangkali ia ingin mengahargai penampilan perdananya di hadapan public (selain open mic) dengan cara merapihkan penampilan.

Pas giliran Bakriyadi stand-up, semua bersorak. Tepuk tangan meriah mengiringi jalannya ke panggung. Bakriyadi punya improve yang cepat. Saat memegang mic, kata-kata keluar begitu saja dari mulutnya; cepat sekali diproses lewat otak. Dan itu kelebihannya. Kekurangannya? Sebenarnya itu (sangat-amat) tidak terlalu penting, karena malah jadi garing.

Bagi penikmat Stand-up Comedy di Bogor barangkali sudah tidak asing dengan nama "Bakriyadi". Ia adalah satu-satu komika yang rutin (baca: tidak pernah absen) Open Mic.  Bayangkan, setiap minggu. Paling beberapa kali tidak sempat datang ke Open Mic, waktu bulan puasa. Entah dengan alasan yang bagaimana, yang saya tahu, semua "diikat" ketika bulan puasa.

Karirnya di stand-up comedy tidaklah secemerlang komika yang lain. Tapi, selama ia berkarir di stand-up comedy, Tuhan pun enggan menghalangi. Ikut beberapa kali lomba stand-up comedy tapi, tidak pernah menang. Sekalinya peringkat tiga, yang juara masih SMA.

Tahun ini Tahun Bakriyadi

Ada dua kompetisi terbesar di Indonesia tahun ini: Street Comedy 4 dan Liga Komunitas Stand-up. Seluruh komunitas ikut meramaikan. Termasuk Bogor. Stand-up Indo Bogor.

Pada Street Comedy 4, Bogor mengirim 3 (tiga) wakilnya untuk babak play-off regional Jabodetabek di CiWalk Episentrum, Jakarta. Bakriyadi salah satunya. Namun seperti yang sudah dituliskan dalam kitab-kitab: Adam dan Hawa turun ke bumi tidak pada di satu tempat yang sama, mereka terpisah. Begitulah nasib Bakriyadi, ia tidak lolos play-off regional Jabodetabek, sedangkan yang lainnya, lolos.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline