Lihat ke Halaman Asli

Harry Ramdhani

TERVERIFIKASI

Immaterial Worker

Tunas Kelapa

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14212732991779324596

ilustrasi

Matahari muncul dengan bersahaja, sinarnya bak pijar lampu petromak. Saya dapati beberapa tunas pada fajar yang anggun di bibir pantai. Seperti bayi rembulan semalam, yang dibawa hanyut ombak hingga sisi. Tunas-tunas itu, tunas rindu. Kau tahu, selalu ada kisah rindu yang tersimpan hangat di bawah pasir-pasir pantai. Dan tunas-tunas itu perlahan akan tumbuh.

Pada sinar remang rembulan, kau akan lihat, tunas-tunas itu berterbangan. Seperti kunang-kunang yang kesepian, dan mencari teman.

Itu kisah yang saya dapat dari penjual kopi keliling, yang biasa berjualan di sekitar pantai.

Lain orang, maka lain juga ceritanya….

Suatu malam diakhir tahun 1998 pernah ada seorang bapak tua menemukan banyak mayat di pinggir pantai. Tanpa kepala. Banyak dugaan kalau itu mayat aktivis-aktivis yang hilang lalu mayatnya dibuang. Setiap malam purnama, kau akan melihat beberapa bayangan orang tanpa kepala dan memakaikan tunas-tunas itu sebagai pengganti kepalanya.

Begitu cerita penjual es kelapa hijau.

“Dari mana kau dapat cerita itu?”

“Dari para pedagang keliling di pantai ini,” jawab saya, sembari menikmati segelas kopi di warung yang tak jauh dari batu karang raksasa.

“Mau dengar cerita yang lain?”

“Ada lagi?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline