Semenjak pandemi Covid-19 merebak di dunia, termasuk Indonesia, kita bisa melihat banyaknya ujaran saling menyalahkan. Saling tunjuk tersebut terjadi antara masyarakat ke pemerintah, antar sesama di tubuh pemegang kebijakan, tenaga kesehatan yang kurang dipercaya, masyarakat yang disalahkan, dan lain sebagainya.
Apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi? Bisa saja karena komunikasi kesehatan di tengah pandemi ini masih kurang efektif.
Lantas, apa yang dimaksud dengan komunikasi kesehatan? Seberapa pentingkah menerapkan komunikasi kesehatan yang baik di tengah pandemi seperti sekarang ini?
Secara sederhana, komunikasi kesehatan adalah proses penyaluran informasi kesehatan dari orang-orang yang paham mengenai kesehatan kepada penerima informasi.
Menurut Society for Health Communication, komunikasi kesehatan adalah kombinasi antara ilmu dan seni dalam berkomunikasi guna meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat.
Dalam menjalankannya, upaya ini membutuhkan dua aspek yakni ilmu dan seni. Penguasaan ilmu kesehatan sudah pasti menjadi hal yang wajib dimiliki, sebelum seseorang ingin membagikan informasi kepada orang lain.
Tak hanya sampai di situ, diperlukan adanya pemahaman tentang situasi dan kondisi terkini mengenai semua hal yang berhubungan dengan perkembangan keilmuan tersebut.
Di sisi lain, aspek seni selalu berhubungan dengan rasa, empati, keindahan, menarik/menghibur, hingga memengaruhi. Tanpa aspek ini, ilmu kesehatan yang disebarluaskan nampaknya bersifat terlalu ilmiah, tidak membumi, membosankan, hingga menambah sakit kepala.
Seni dalam berkomunikasi bisa membuat masyarakat lebih memahami dan mau bergerak dalam mengubah situasi.
Untuk mengkombinasikan ilmu dan seni dalam komunikasi kesehatan, dibutuhkan kreativitas oleh pihak-pihak yang menjalankan proses ini. Kreativitas tersebut akan berpengaruh sangat besar dalam mencapai tujuan komunikasi kesehatan.
Tujuannya antara lain meningkatkan pengetahuan, serta mengubah sikap dan perilaku ke arah yang lebih baik.