Lihat ke Halaman Asli

Harry Dethan

TERVERIFIKASI

Health Promoter

Puisi | Lilin Tua Bijak

Diperbarui: 14 Januari 2020   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi cahaya lilin. (sumber: pixabay.com/Céline Martin)

Kemarin, aku bertemu dengan seorang lilin tua bijak. Umurnya kira-kira kurang 2 tahun dari usia ayah. Dia senang berbagi cahaya di tempat yang dinilai tak layak. Sementara setengah tubuhnya telah habis meleleh.

Rasa sedikit iri muncul padanya karena akupun ingin jadi lilin yang hebat. Tapi melihat warna api saja tubuh ini sudah gemetar. Terkadang aku juga takut jika iklhasku akan datang terlambat. Sepertinya aku telah lama memilih jadi redup dibandingkan sinar.

"Panaskah?" kutanyai si lilin tua begitu. Anggukan kecil ia berikan lalu ditambah senyuman besar. Katanya ia sangat menikmati panas itu. Tak ada yang perlu ditakutkan dari lelehan.

Toh hanya dua kemungkinan jalan hidup seorang lilin. Habis terbakar dengan kebanggaan atau habis dibuang karena tak terbakar.

Kupang, 12 Januari 2019
HAD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline