Peter bersiap-siap untuk memulai perjalanannya. Sebagai syarat jika ingin mendapatkan harta warisan ayahnya, ia harus pergi ke suatu tempat yang ditunjukkan ayahnya.
Peter merupakan anak tunggal dari seorang bangsawan kaya raya. Sebagai ahli waris yang sudah dewasa, iapun tidak sabar untuk mendapatkan jaminan kekayaan dari sang ayah.
Sang ayah yang sudah berada di usia senjapun memberikan syarat jika ia ingin mendapatkan warisan tersebut. Peter harus pergi mengambil buku milik sang ayah pada seorang temannya yang berada di suatu daerah di pedalaman hutan.
Memiliki sifat yang manja dan tidak sabaran, membuat perjalanan akan menjadi cukup berat. Namun Peter harus melaksanakan syarat tersebut jika ingin tetap mendapatkan warisan sang ayah.
Setelah berpamitan, perjalananpun dimulai. Perjalanannya hanya ditemani oleh seekor kuda dan bekal yang diperlukannya. Untuk sampai ke tempat tersebut, ia harus melewati jalan-jalan yang begitu sulit dan terjal.
"Ah, ayah sungguh kejam terhadapku. Apakah ia sengaja ingin membiarkanku mati di perjalanan ini?" keluh Peter.
Perjalanan terus ia lakukan, hingga di suatu hutan, ia bertemu sebuah rumah tua. Setelah mengetuk rumah tersebut, tampak seorang lelaki tua keluar dari dalamnya.
Sepanjang perjalanan, orang-orang telah memperingati Peter bahwa lelaki tua itu sangat jahat dan tidak akan melepaskan siapapun yang bertamu ke rumahnya. Orang yang datang ke rumahnya akan ia tawan dan dipekerjakan sebagai pembantu.
"Siapa namamu nak? Apakah kamu tidak mendengarkan tentang aku dari orang-orang di desa?" Tanya lelaki tua itu dengan wajah yang serius.
"Nama saya Peter. Saya mencari seseorang yang bernama Meo. Ayahku berkata bahwa aku harus mengambil sebuah buku dari padanya." Jawab Peter dengan gemetar karena cukup takut.
"Akulah orang itu anak muda. Namun, jika kamu ingin mendapatkan buku tersebut, kamu harus membantuku dulu menggali sumur di depan sana." Kata lelaki tua itu sambil menunjuk ke arah sumur yang baru saja mulai digali olehnya.