Randi sedang asyik membaca buku di depan rumah. Pagi yang cerah di hari Sabtu yang sejuk. Kebetulan hari ini ia libur kantor. Hal ini membuatnya dapat beristirahat dan menjalankan hobi membacanya. Selain itu aktivitas terpenting baginya adalah menghabiskan waktu bersama keluarga.
Ayah satu anak ini memang sangat sibuk. Namun jika menyangkut keluarga, ia akan meluangkan waktu sebanyak-banyaknya untuk anak dan istrinya. Hal ini membuatnya menjadi seorang "family man" yang begitu dicintai keluarganya.
Saat sedang membuka lembar demi lembar buku, tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki berumur 5 tahun dari dalam rumah. Ia berdiri dan menatap ayahnya dengan seksama sambil memegang mainan pistol di tangannya. Seperti kebanyakan anak kecil yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ia pun bertanya pada sang ayah.
"Ayah sedang apa?" tanya sang anak.
"Sedang membaca buku nak" jawab Randi.
"Buku apa?" lanjut sang anak.
"Buku tentang sejarah" Randi menjawab lagi.
"Sejarah itu apa ayah?" Untuk kesekian kalinya sang anak bertanya.
"Sejarah adalah hal yang sudah terjadi di masa yang lalu nak. Riki mau dengar ayah cerita? Ayok sini, ayah akan ceritakan suatu kisah yang menarik" Jawab Randi dengan penuh kelembutan dan kesabaran pada Riki, anaknya yang memang sangat suka bertanya banyak hal.
Randi mulai menceritakan tentang perjuangan para pahlawan bangsa untuk meraih kemerdekaan. Sang anak sangat tertarik dan mendengar cerita tersebut dengan wajah yang sangat serius. Riki memang sangat suka mendengar ayahnya bercerita. Kadang ayahnya bercerita dongeng, kadang cerita lucu dan masih banyak lagi.
Ketika mendegar tentang para pahlawan, sang anak yang memegang pistol mainan lansung mengangkat pistolnya dan berkata, "aku juga ingin jadi pahlawan!"
Sang ayah sontak menjadi kaget dengan perkataan tak terkira dari sang anak yang baru berumur 5 tahun. Randi lalu terdiam sejenak. Sepertinya alam bawah sadar kembali memunculkan sebuah kenangan masa kecil Randi bersama sahabatnya.
***
"Randi, ayo kita pergi fiti burung (fiti: menembakmenggunakan ketapel dalam bahasa Kupang)" ajak sang sahabat, Renol.
"Ayooo." Jawab Randi.
Renol memang sangat hobi fiti burung. Dari semua teman-teman Randi, Renol-lah yang paling berbakat dalam hal ini.
Dengan memegang katapel masing-masing, kedua sahabat ini pergi ke hutan untuk mencari burung.
"Plak" bunyi seekor burung terkena tembakan dari Renol. Randi dan Renol lansung bergegas untuk mendapati burung tersebut.
Renol lalu dengan sigap mengambil burung yang terkapar ditanah tersebut. Ada suatu hal yang cukup menarik perhatian Randi yang dilakukan oleh Renol. Darah dari burung tersebut diolesi pada ketapel dari Renol.
"Ihhh, untuk apa darah burung diolesi pada ketapelmu?" tanya Randi dengan penasaran sambil memperhatikan warna katapel dari Renol yang berubah menjadi warna merah.
"Kata orang, supaya katapel ini makin bagus untuk dipakai fiti burung." Jawab Renol.
"Ahh, ada-ada saja. Kamu kan hebat menembak. Tidak perlu mengolesi darah juga kamu pasti tetap hebat." Sambung Randi.
"Yah, aku harus lebih hebat lagi agar nanti bisa jadi tentara yang hebat dan memegang senjata seperti ayahku." Ujar Renol.
Ayah dari Renol memang adalah seorang tentara. Ia sangat mengidolai ayahnya. Namun, ayahnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Hal ini membuat Renol sangat bertekad untuk menjadi seorang tentara seperti ayahnya.
Persahabatan Renol dan Randi terjalin cukup lama. Hingga pada saat mereka menginjak pendidikan di bangku SMP, mereka harus berpisah. Setelah ditinggal pergi oleh sang ayah, sekarang giliran sang ibu yang pergi.
Saat yang sangat berat bagi anak muda yang baru bertumbuh dewasa ini. Beberapa minggu setelah penguburan sang ibu, ia lalu pindah ke daerah lain dan tinggal bersama sanak keluarganya.
"Randi, nampaknya aku tidak mau lagi menjadi seorang tentara." Kata Renol.
"Wah, kenapa memangnya? Kamu pasti bisa." Jawab Randi yang terheran dengan ucapan sahabatnya.
Terlihat wajah penuh tekad yang biasanya terlihat,menghilang begitu saja. Randi lansung terdiam dan tak bisa mengucapkan apa-apa untuk membantu menguatkan sahabatnya tersebut. Randi hanya bisa tertunduk bersama sahabatnya.
Renol yang sedari tadi menatap Randi kemudian merubah ekspresi wajahnya menjadi senyum yang penuh semangat.
"Aku tidak akan menjadi seorang tentara biasa. Aku akan menjadi seorang Panglima Tentara yang hebat!" ucap Renol dengan penuh keyakinan.
Randi yang melihat hal tersebut menjadi sangat kagum pada sahabatnya. "Bagaimana bisa ia tetap kuat dan bisa tetap bertekad seperti ini?"ucapnya dalam hati.
"Ya sudah. Aku pergi dulu yah kawan. Nanti lain kali kita bermain bersama lagi. Sampai jumpa lain waktu." Ucap Renol.
***
Itulah hal terkahir yang diingat dari sahabatnya, Renol "si jago fiti burung" yang penuh tekad. Janji yang ia buat untuk kembali bermain bersama, belum pernah ditepati sampai sekarang. Bahkan sudah 20 tahun berlalu, namun tak ada kabar apapun dari sahabat masa kecilnya tersebut.
"Dimana kamu sekarang kawan? Sudahkah kamu menjadi seorang tentara yang hebat seperti impianmu?" tanya Randi dalam hati.
"Ayah, kita main tembak-tembakan yukkk!" ajak Riki, sang anak yang selalu bersemangat ketika bermain tembak-tembakkan.
Ucapan sang anak lansung membangunkan Randi dari lamunannya tentang sahabat masa kecilnya.
"Wah, anak ayah hari ini bersemangat sekali." Ucap Randi yang cukup heran dengan semangat sang anak yang tiba-tiba bertambah.
"Ia ayah. Aku kan ingin menjadi tentara yang hebat!" ucap sang anak dengan penuh tekad dan kepolosan.
Randi lantas tersenyum dan memeluk anaknya dengan erat.
"Semoga saja kamu sehat selalu Renol. Dan semoga saja anakku bertumbuh menjadi anak yang tangguh dan memiliki tekad yang kuat sepertimu, sahabatku." Ucap Randi dalam hatinya lagi.
"Ayukkkk kita main tembak-tembakkan." Ajak Randi pada anaknya dengan penuh semangat.
Kupang, 11 April 2019
Harry Andrean Dethan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H