Lihat ke Halaman Asli

Harry Dethan

TERVERIFIKASI

Health Promoter

Beda Nada Satu Irama, Perbedaan yang Menjadi Kekuatan

Diperbarui: 28 Januari 2019   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: megapixl.com



Pernahkah kita membayangkan jika dalam sebuah lagu memiliki hanya satu nada, contohnya nada 'do' dari awal sampai akhir. Menurut saya lagutersebut akan menjadi tidak indah. 

Hal inipun mungkin masih tergantung orang yang mendengarkan. Ataukah dalam sebuah pertandingan sepak bola, seluruh pemain hanya berposisi sebagai 'striker'. 

Tentunya peluang tim tersebut untuk kalah akan sangat besar, karena tidak memiliki pemain sebagai penjaga daerah tengah lapangan, belakang dan gawang. Lawan akan dengan mudah mengalahkan bukan?

Secara sederhana, perbedaan dipahami sebagai segala hal yang tidak sama atau berlainan. Dalam segala aspek kehidupan, kita dapat menemukan perbedaan. 

Mulai dari manusia, benda, lingkungan, dan lain sebagainya, semuanya tidak sama persis. Bahkan, anak yang kembarpun masih memiliki perbedaan, baik perbedaan pada fisik maupun karakter. 

Benda yang terlihat sama persispun, bukan tidak mungkin memiliki kelemahan tersendiri, seperti kualitas, lama pemakaian,komponen penyusun dan lain sebagainya.

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali perbedaan. Hal inilah yang membuat para pendiri bangsa menggunakan kalimat "berbeda-bedatetapi tetap satu" sebagai motto bangsa. Jika diperhatikan di sekitar kita, dapat ditemukan sangat banyak perbedaan. 

Mulai dari suku, ras, agama, kebudayaan, karakter dan berbagai macam perbedaan lainnya. Jika diperhatikan, bukan hanya masa penjajahan saja, akan tetapi pada masa sekarang ini perbedaan mulai menjadi seperti kelemahan yang dipakai untuk saling menjatuhkan dan menghancurkan.

Lihat saja berita-berita yang kita tonton atau lihat. Perbedaan  seperti pandangan politik menjadi senjata "penghancur" untuk saling serang dalam bentuk kampanye hitam, menyebarkan hoax untuk menjatuhkan, saling "nyinyir", sampai saling serang secara terbuka. 

Bahkan saya pernah menonton berita di televisi yang memberitakan tentang akibat tidak menang dalam pemilihan kepala desa, seorang calon yang kalah tersebut menutup jalan yang menghubungkan wilayah dalam desa tersebut sebagai bentuk protes. Tentunya jalan tersebut adalah tanah yang dimilikinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline