[caption caption="bersiap berakit-rakit ke hulu"][/caption]“Rafting menggunakan perahu karet saja sudah sudah sulit, apalagi menggunakan rakit.”
Pikiran gue ketika ditawari main bamboo rafting oleh Datsun Risers Expedition di sungai Amandit, Loksado, Kalimantan Selatan. Mengingat aktivitas rafting saja sudah sangat jarang dilakukan apalagi ditambah dengan menggunakan rakit, jelas susahnya. Awalnya sempat berpikir untuk melewatkan acara ini. Demi riser 3 (team gue) tanpa gue mereka bukan apa (becanda). Jadi, putusan akhir kalau sudah kecipratan air, maka harus basah sekalian.
Baik barang-barang berharga seperti tas, dompet, jam, laptop, smartphone, kecuali harga diri, gue tinggalkan dipenginapan. Dengan begitu gue bisa melangkah bebas layaknya superhero yang berjalan gagah ketika telah mematikan langkah musuh. Tampilan terbaik untuk basah-basahan harus disiapkan. Ingat malu takkan membawa anda kemana, apalagi saat ini mendapati diri untuk menaklukkan sungai Amadis.
Sebelum memulai doa bersama harus kudu musti dilakukan, biar gusti allah memberikan kita langkah terbaik untuk melangkah. Dengan kata lain bisa diberi keselamatan, bonusnya bisa diberikan kenikmatan dalam melakukan bamboo rafting.
Bapak-bapak yang menjadi instruktur dengan ramah menyambut kami ber-3 dan memberi-tahukan akan peraturan tak tertulis selama melakukan aktivitas ini. Mirip-mirip do & don’t pada peraturan kerja dari atasan yang seenak jidat memerintah. “lo harus begitu, lo harusnya begini, sebaiknya lo bigini, sebaiknya lo bigitu...bla bla bla dan seterusnya” ampun ucing pala baby.
[caption caption="on action"]
[/caption]Saat rakit bambu mulai berjalan, memang sih awalnya agak-agak ketakutan melihat aliran sungai yang begitu deras, hingga ditengah-tengah sempat mau terbalik rakitnya. Beruntung dengan cekatan langsung membalikkan posisi hingga rakit berjalan normal.
Action cam yang telah disiapkan sedari tadi, akhirnya berguna banget. Aksi menantang seperti ini layak diabadikan sebagai sebuah moment berharga yang berakhir menjadi postingan Instagram. Lumayan kan nantinya Followers bisa nambah, walaupun satu orang hahaha.
God, hujan turun, pasti langsung kedinginan. Benar saja, beberapa saat kemudian tangan mulai tak terasa dipegang sangking dinginnya. Dan hujan ini mengingatkan akan sesuatu, sesuatu yang rasanya cukup vital, sesuatu yang membuat hati ini hancur jika kembali diingat. Jika yang anda pikirkan terkait problema galau yang melanda hati gue, maka jelas anda salah. Anda terlalu melancolis untuk membaca cerita gue. So, if you want read more, don’t be baper. Gue Cuma mikirin nasib sepatu yang gue lupa masukin dalam penginapan. Basah, basah, basah.. (pose ala biduan).
[caption caption="wow moment"]
[/caption]Tak ada yang abadi, begitupun bamboo rafting ini. Waktu 2 jam rasanya enggak kerasa. Enggak sia-sia gue Cuma duduk manis liatin teman-teman gue pada mencoba mendayung rakit. Enggak sia-sia juga adanya pribahasa berakit-rakit ke hulu, berenang-berenang ketepian. Enggak sia-sia juga usaha Rooney ngejebol gawang Liverpool minggu lalu. Enggak sia juga perjuangan gue meraih mimpi & rahasia. Waduhh kok kebawa-bawa sih. Maaf penonton, ada air?
Bamboo Rafting.....GOOD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H