Ketika kuliah S1 di tahun 90an akhir di Jogja, sebagai anak kos ketika kondisi keuangan menipis, yang ada di pikiran adalah warung indomie atau warung kucing, tapi kalo awal bulan pilihan bisa menyesuaikan dengan kiriman orang tua.
Memasak? saya tidak pernah berpikir memasak, tidak punya panci memasak nasi dan tidak juga rice cooker, memasak nasi pun tidak apalagi memasak sayur dan ikan.
Tahunya makan di warung, hampir tidak ada teman cowok setahu saya memasak di kos. Entah kalo teman-teman cewek. Kalo pun memasak rasa rasa tidak terlalu banyak penghematan yang di dapat, saat itu makan di Jogja rasanya masih murah.
Untuk menekan biaya makan, makan biasanya dibungkus kemudian dimakan di rumah dengan air putih, kalo di warung takut tergoda minum es jeruk atau es teh. Padahal satu es jeruk bisa mendapatkan dua nasi kucing.
Tapi ketika S-2 kebetulan di Jogja juga, kos- kosan saya, Pondokan Putera, menyediakan dapur lengkap dengan kompor, tempat cuci piring dan meja makan, keren.
Namun dalam urusan masak memasak, menunya hampir seragam meskipun kami berasal dari berbagai daerah dan suku, indomie!. Saya lupa apakah ada di antara kawan-kawan saat itu yang memasak nasi, melihat luas kamar rasa-rasanya sih mungkin tidak ada.
Memperhatikan sejarah sebagai anak kos-kosan di Jogja, kami menyimpulkan menu berbuka yang paling masuk akal bagi anak kos dengan memperhatikan : harga yang murah, perlengkapan masak seadanya dan cara memasak paling praktis, rasa memancing selera adalah berbahan dasar mie.
Mie Rebus Plus
Bahan mie - Mie Rebus berbagai merk Indomie, Sedap, dll. air, (telur, tomat, sawi, sosis-optional) dengan alat memasak panci sedang dan kompor.