Lihat ke Halaman Asli

Harry Darmawan Hamdie

TERVERIFIKASI

PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja Kab. Barito Utara, Inisiator Beras Berkah Muara Teweh Kalteng.

Laporan Pandangan Mata Tentang Kemiskinan

Diperbarui: 29 Desember 2022   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Beras Berkah

Kalau ada statement pertumbuhan ekonomi kita tinggi, saya seperti kehilangan obyektifitas, karena sehari-hari menyaksikan dengan kepala dan mata sendiri keadaan ekonomi masyarakat yang terseok-seok dengan kemiskinan yang ekstrem. Pertumbuhan ekonomi hanya fatamorgana bagi mereka yang diselimuti keadaan yang miskin dan papa.

Awalnya saya pikir kemiskinan itu timbul karena Covid-19. Namun setelah dipikir lebih dalam dan wabah itu berlalu ternyata tampaknya masalah tidak sesimpel itu, Ferguso.

Salah satu penyebab kemiskinan ekstrem itu adalah masyarakat yang mengalami gangguan jiwa, stres dan disabilitas. Tidak punya akses terhadap pekerjaan bahkan pengobatan yang layak. Sedikit sekali orang yang dikenal "stres" diberi pekerjaan, bahkan untuk pekerjaan informal sekalipun.

Penyebab lainnya adalah banyak orangtua yang tidak memiliki jaminan hari tua. Mengharapkan anak, anak pun hidupnya tidak baik-baik saja. Pekerjaan yang tidak layak yang harus dijalani ketika muda membuat mereka tidak mampu membayar biaya sekolah anak untuk mendapat pendidikan layak.

Minimnya pendidikan menyebabkan sulitnya anak mendapatkan pekerjaan yang baik. Akhirnya masih kami temui orangtua yang masih nestapa dalam kemiskinan dengan anak yang kerja serabutan bahkan menganggur dirumah.

Kurangnya kemampuan bekerja, tidak memiliki skill apapun untuk berkarya. Pekerjaan sebagai buruh penyadap karet, misalnya, harus terus dilakoni meskipun harga karet ambruk. Padahal banyak masyarakat yang masih mengandalkan hidupnya dari ladang itu.

Buruh penyadap karet tidak mengenal usia, beberapa lansia pun harus berjibaku di hutan menyadap karet demi sepiring nasi, ditambah garam.

Sementara bagi anak muda yang punya kekuatan fisik mencoba peruntungannya menjadi buruh kelapa sawit, sayangnya sering kurang beruntung.

Keluarga miskin dengan anak yang banyak juga perlu mendapat perhatian. Mereka yang morat-marit dengan 4 atau 5 orang anak di tengah kecamuk inflasi mengalami dampak langsung yang sangat mengerikan.

Sementara bantuan tunai sangat terbatas dengan proses pendataan yang berjalan lambat dan pencairan berbulan-bulan. Itu pun kalau mereka dapat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline