Setelah menerima laporan final Tim 8 SBY menyatakan akan bergerak cepat untuk meresponnya. Namun ada proses internal pemerintah dari jajaran pemerintah yang harus dilalui. SBY ingin polemik kasus Bibit-Chandra dapat menjadi pembelajaran yang baik dan sejarah yang baik untuk perbaikan di masa depan. SBY ingin mengambil langkah yang cepat dan tepat untuk menyelesaikan polemik ini. Menpolhukam menyatakan bahwa sikap SBY paling lambat akan disampaikan hari Senin, tanggal 23 November 2009 atau sekitar 6 hari dari sekarang. Rasanya pada poin inilah harus diakui kehebatan SBY. Penulis bukanlah pengagum berat SBY. Penulis juga sempat geregetan melihat kelambanan dan keraguan SBY dalam bertindak. Semuanya dilakukan dengan sangat normatif dan seolah-olah tidak mau tahu dengan rasa keadilan masyarakat. Namun pernyataan SBY di atas telah mengubah persepsi penulis terhadap SBY. SBY Pancen Oye. Mengapa? Tekanan publik yang begitu hebat, menyebabkan SBY sempat muncul untuk menjelaskan komitmen dan sikapnya atas polemik Bibit-Chandra. Pernyataan SBY bukannya meredakan amarah publik, justru sangat kontraproduktif. SBY hanya mencoba mengulur desakan publik dengan membantuk Tim 8. Respon negatif yang ditunjukkan Polri dengan menahan Bibit-Chandra, semakin menambah kemarahan publik. Puncak kemarahan adalah diputarnya rekaman kehebatan Anggodo. SBY masih wait and see. Tim 8 beraksi dengan mendatangi Polri meminta penangguhan Bibit-Chandra. Bibit-Chandra ditangguhkan penahanannya. Namun tekanan publik yang demikian dahsyat, tidak menyurutkan semangat polisi dan jaksa untuk meneruskan kasus Bibit-Chandra. Bahkan Kapolri balik "menyerang“ publik pada saat raker dengan komisi III DPR RI. Komisi III riuh rendah mendukung Kapolri. Tim 8 mengeluarkan rekomendasi sementara, namun Polri dan Kejaksaan Agung didukung Komisi III DPR R.I. tidak bergeming sedikitpun. Sikap SBY pun tidak jelas. Tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, dan sebagian besar publik mengecam sikap diam SBY. Mereka ingin ketegasan SBY. Sekarang, setelah penyerahan laporan final Tim 8, baru SBY bereaksi sebagaimana digambarkan di atas. Sikap SBY di atas dapat ditafsirkan sebagai berikut: 1. Sikap SBY menjadikan polemik Bibit-Chandra sebagai pembelajaran sejarah dan sarana perbaikan menunjukkan strategi SBY sangat jitu. Polemik yang sudah sekian lama terjadi dan terus-menerus menjadi headline media massa niscaya benar-benar akan membekas dalam ingatan masyarakat. Edukasi hukum dan mafia hukum kepada masyarakat secara tidak langsung masuk ke memori masyarakat. Banyak sisi positif lainnya yang berhasil dilihat SBY dari sudut pandang yang berbeda. Tidak ada satupun pengamat yang memprediksi strategi SBY ini; 2. Sikap SBY untuk bereaksi secara penuh dalam waktu maksimal 6 hari sebenarnya merupakan deadline bagi Polri dan Kejaksaan Agung untuk memperbaiki berkas Bibit-Chandra. SBY memberi kesempatan anak buahnya untuk membela diri. Jika gagal, SBY akan mempunyai alasan kuat untuk mengganti mereka. Publik pada pekan ini akan menantikan serangan frontal dari Kepolisian dan Kejaksaan untuk menambal bolong-bolong dalam berkas Bibit-Chandra, meskipun hal tersebut akan dilakukan secara kedap (covert). Nasib Kapolri dan Jaksa Agung benar-benar dipertaruhkan pada masa kurang dari seminggu ini. Publik akan bisa melihat sikap final SBY sebelum tgl 23 November 2009 jika Kapolri dan Jaksa Agung mengibarkan bendera utih tanda menyerah kalah karena gagal menambal bolong-bolong kasus Bibit-Chandra. Jika hal ini benar-benar terjadi, langkah-langkah SBY berikutnya akan menjadi bukti, apakah SBY masih menjadi seseorang yang ragu-ragu di saat mempunyai kekuasaan yang besar, atau SBY benar-benar akan memanfaatkan momen ini dengan manuver-manuver cantik yang cepat dan tepat. Inilah tantangan sebenarnya buat SBY yang membuktikan SBY Pancen Oye atau SBY Pancen Memble .... Kami menunggumu langkah nyatamu Pak Presiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H