Dilan 1990 , Kisah Milea Adnan Hussain ,Seorang siswi SMA di Bandung pindahan dari Jakarta yang menceritakan perkenalannya dengan seorang Siswa misterius dan bengal disekolah barunya.Dia adalah Dilanku tahun 1990 begitu kata Milea. Novel maupun filmnya sama-sama sukses besar! Rasannya sulit untuk tidak mengakui kalau cara-cara Dilan dalam mendekati Milea sangat keren dan kreatif , Tak perlu kuceritakan detailnya bagaimana, Kalau mau tonton atau baca novelnya! Akan tetapi bukan itu tajuk utama yang akan saya bahas,bukan pula gombalan-gombalan serta dialog ikonik di film ini seperti "Dilan....aku rindu" "Jangan rindu..." tidak! Sesuatu menarik lainnya yang cukup menggelitik didalam benak saya, yaitu gambaran politik masa lalu yang turut diungkit diseries novelnya. Terutama dari sisi kelam penuh kekerasan.
Selain suasana kota,kendaraan maupun gaya fashion yang back to 90's abis, Dilan 1990 juga membangkitkan ingatan politik pada masa itu. Suasana Tahun 1990-an awal ,Dimana Pemerintah Orde Baru masih kuat-kuatnya berkuasa. Meskipun bergenre romantic comedy , Tapi kebiasaan atau isu hangat politik masa itu , Dituangkan diserial ini untuk ikut dinikmati para pembacanya.
Dilan yang Sangat Horor
Mengetahui segala informasi pribadi tentang Milea disaat Milea baru tau namanya saja sudah memberi kesan misterius dan horor pada diri Dilan. Ya itu masih belum seberapa! coba sekarang kita dengar quotes Dilan Berikut,
" Milea, jangan bilang ke aku ada yang menyakitimu, Nanti orang itu akan hilang" -- dilan
Mungkin anak sekarang akan senyum-senyum sendiri mendengar betapa romantisnya kata-kata Dilan ini, Namun kalau diucapkan di jaman itu tahun 1990-an, Rasannya kata-kata Dilan tersebut malah terdengar sangat horor. Apalagi Dilan diceritakan sebagai seorang anak tentara , Sudah tentu tak ada yang mau cari masalah dengan tentara.Seperti yang kita tau, Militer saat itu memegang peranan penting dalam kestabilan keamanan dan politik. Pendekatan represif pun kadang digunakan untuk menumpas siapa saja pengacau stabilitas negara termasuk dengan cara dihilangkan secara paksa.Kalau Mati setidaknya ditemukan, Bukan 'hilang' yang tak jelas rimbanya dimana.
Ini seperti menggambarkan suatu masa dimana banyak orang yang hilang entah karena persoalan politik atau salah ngomong. Penggambaran 'kekuatan bersenjata' beberapa kali disentil dalam Novel Dilan 1990 ,Ingatan pun tertuju pada peristiwa penembakan misterius pelaku kriminal yang kala itu booming dengan sebutan Petrus.Misal saat Milea yang baru mengetahui fakta bahwa Dilan adalah anggota geng motor dengan jabatan panglima tempur:"Aku juga jadi langsung berpikir Dilan pasti sangat nakal dan mungkin jahat. Meskipun aku yakin, dia tidak seperti yang kuduga. Lagipula kalau benar dia begitu, mengapa juga harus takut, toh, siapa pun dirinya, ayahku seorang tentara, yang akan siap menembaknya jika harus.". Atau mungkin adegan saat Ayah Milea sedang membersihkan senapan laras panjangnya , Lalu adik Milea yang bernama Airin bertanya :"Itu buat apa yah?", Ayah Milea:"Buat nembak tikus-tikus jalanan". Siapa tikus-tikus jalanan yang dimaksud Ayah Milea ini? Apakah para pelaku kriminal atau mungkin pemberontak negara? Entahlah yang jelas tanpa ditembaki pun, Sudah banyak tikus jalanan yang tewas karena terlindas truk atau mobil sewaktu hendak menyeberangi jalan.
Dari PKI sampai Syiah
Jujur, Pembawaan di novel lebih terasa emosional ketimbang versi filmnya, Iya filmnya juga bagus yang sedikit mengecewakan adalah banyak adegan/dialog yang dipotong. Mungkin karena faktor durasi atau karena sengaja tidak ditayangkan untuk menghindari pro kontra dikalangan masyarakat.Seperti adegan saat Dilan dan dua temannya dihukum karena bersembunyi tidak mau mengikuti upacara Bendera. Menurut Milea, Dilan dan dua temannya dituduh PKI hanya karena masalah itu . " Dia dan dua orang temannya disebut PKI oleh guru BP itu. Aku tidak mengerti apa sebabnya seseorang sampai disebut PKI hanya gara-gara tidak ikut upacara bendera." , Jaman itu yang hobi membangkang siap-siap dituduh PKI walau mungkin tak pernah terlibat sama sekali dengan kegiatan PKI. Memang sudah tidak heran lagi jaman itu terkenal dengan semangat kewaspadaan "Bahaya laten Komunis", dengan film Pemberontakan G30s/PKI tayang yang tayang setiap tahunnya pada malam 30 September.Hal ini menurut pemerintah Orde Baru perlu untuk selalu mengingat bahaya pengkhianatan komunis, agar kejadian tersebut tidak terulang lagi di masa mendatang. Padahal saat Dilan dan Milea duduk dibangku SMA kelas 2 tahun 1990, Komunisme di Eropa sudah runtuh, Uni Soviet bubar ,tembok Berlin diruntuhkan dan sebentar lagi Jerman Barat dan Jerman Timur akan bersatu.Tapi ya sudahlah Orde Baru juga tak peduli dengan opinimu , Memangnya siapa yang berani berpendapat dijaman itu?Seperti kata Dilan " Nanti Orang itu akan hilang!"
Kalau Dilan dituduh PKI hanya gara-gara tak mau ikut Upacara Bendera, Maka Dilan juga dituduh Syiah hanya gara-gara dikamarnya terdapat poster Ayatullah Khoimeni, Seorang pemimpin besar Revolusi Iran yang beraqidah Syiah. Mengenai hal ini, penulis novel Dilan yang akrab disapa Ayah Pidi Baiq sampai-sampai harus memberikan klarifikasi lewat akun Instagram pribadinya kurang lebih begini, mengenai poster Khomeini yang ditempel di kamar Dilan, karena pada jaman itu, memang banyak beredar poster Khomeini di mana-mana, termasuk di Bandung. Hal itu diawali oleh adanya revolusi Iran tahun 1979 yang berhasil menggulingkan Rezim Shah Pahlevi yang didukung negara Barat. Khomeini kemudian menjadi idola sebagai simbol perlawanan yang disejajarkan dengan Che Guevara, Ahmadinejad, Saddam Husain, Yasser Arafat dan lain-lain. Memang pada akhirnya kita ini harus menjadi bijaksana untuk tidak mengadili masa lalu dengan keadaan di masa kini. Lagipula apa jika memasang poster Suju , Dilan otomatis pro dengan keyakinan Dong Hae ?Gak harus kan? ya sudah lah lagian Suju alias Super junior tahun 1990 belum dibentuk, Dan tidak dijelaskan pula apakah Dilan seorang penggemar Kpop atau bukan. Yang jelas dari Dilan remaja sampai sekarang sudah jadi Bapak-Bapak berkepala empat,PKI dan Syiah,Keduanya masih jadi isu hangat yang terus diperbincangkan.Bahkan bisa jadi senjata ampuh untuk menyerang lawan-lawan politik.
Sindiran Politik Sosial di Novel Dilan
Sewaktu berada di mobil bareng Ibunya Dilan, Milea bertanya, "Bunda asli Bandung?"
"Bunda lahir di Aceh, ikut suami ke Indonesia" Jawab Bunda.
"Aceh kan Indonesia, Bunda?", tanya Milea
"He he becanda"pungkas Ibundanya Dilan.cukup menggelitik sekali bagian ini , Mengingat saat itu awal 1990-an, Di Aceh sedang diberlakukan situasi darurat yang dikenal dengan DOM yakni operasi militer untuk menumpas GAM(Gerakan Aceh Merdeka) walaupun korban sipil banyak yang ikut berjatuhan. Memang permasalahan Aceh dengan pemerintahan Pusat di Jakarta sudah terjadi sejak awal-awal kemerdekaan ketika status Provinsi Aceh sempat dicabut dan dimasukkan ke dalam Provinsi Sumatera Utara hingga munculnya gerakan separatis Aceh Merdeka. Mungkin ibundanya Dilan sudah merasakan semua kejadian itu hingga ia begitu enteng melontarkan candaan "Lahir di Aceh...ikut Suami ke Indonesia hehe.."
Sindiran halus juga terasa saat adegan Dilan dan temannya merobohkan dinding pembatas kelas.Begini narasi yang diceritakan oleh Milea:"tiba-tiba papan pembatas kelas bagian sebelah kanan itu roboh, jatuh menimpa ke arah kami, sampai menjatuhkan papan tulis dan menggulingkan Presiden Indonesia, Soeharto, dalam bentuknya sebagai foto yang dikasih pigura". Dari gaya berceritanya, Seolah-olah penulis jengah kenapa pemerintahan Suharto terlalu lama berkuasa kapan lengsernya, Sehingga mengambil diksi "Menggulingkan"hanya untuk sebuah foto yang jatuh.Sebenarnya jika papan pembatas roboh, Tanpa harus diceritakan apa saja hiasan yang menempel disana termasuk foto Presiden pun pasti otomatis juga ikut jatuh. Ingat fotonya yang jatuh,Pemerintahannya masih belum jatuh...gak tau kalau 1998 tunggu saja.
Ya sebagian besar dari narasi diatas diambil dari novelnya Dilan 1990, Namun tak diekspose secara mendalam pada versi film nya, Mungkin karena terbatasnya durasi atau memang sengaja tak ditampilkan agar tak terjadi kontroversi, Tapi tanpa itu pun Film Dilan sudah sukses besar bahkan sudah 6 juta penonton lebih, Dilan 1990 bisa mengambil hati 2 generasi baik generasi sekarang maupun generasi orang tuanya yang bisa sambil bernostalgia dengan romansa muda mereka tahun 1990-an. Rindu suasana jaman dulu, rindu jaman Presiden Suharto dimana masih banyak telepon umum dipinggir jalan buat nelpon si doi ,Rindu mantan pacar saat di SMA yang sekarang tak pernah ada kabarnya dimana...semoga saja tidak Hilang waktu huru hara 1998.
(Ulasan Dilan dan kaitannya dengan politik masa lalu sudah terlebih dahulu dibahas dibeberapa judul artikel berikut ini dan saya ikut sedikit menambahkan. Tirto.id:Dilan adalah film horor. Narazine.co :Proklamasi itu berat Dilan! , Kamu tak akan kuat. Kaskus.co.id :Dilan 1990 dan Kekerasan Budaya. Terima kasih telah menjadi sumber inspirasi tulisan dan mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan.)