Lihat ke Halaman Asli

Tak Cuma Rindu , Dilan pun Bawa Politik Gelap Masa Lalu

Diperbarui: 18 Maret 2018   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.instagram.com/catatanfilm/


Dilan  1990 , Kisah Milea Adnan Hussain ,Seorang siswi SMA di Bandung   pindahan dari Jakarta yang menceritakan perkenalannya dengan seorang  Siswa misterius dan bengal disekolah barunya.Dia adalah Dilanku tahun 1990 begitu kata Milea. Novel maupun filmnya sama-sama sukses besar!  Rasannya sulit untuk tidak mengakui kalau cara-cara Dilan dalam mendekati Milea sangat keren dan  kreatif , Tak perlu kuceritakan detailnya bagaimana, Kalau mau tonton atau baca novelnya! Akan tetapi bukan itu  tajuk utama yang akan saya bahas,bukan pula gombalan-gombalan serta  dialog ikonik di film ini seperti "Dilan....aku rindu" "Jangan rindu..."  tidak! Sesuatu menarik lainnya yang cukup menggelitik didalam benak  saya, yaitu gambaran politik masa lalu yang turut diungkit diseries novelnya.  Terutama dari sisi kelam penuh kekerasan.

Selain  suasana kota,kendaraan  maupun gaya fashion yang back to 90's abis,  Dilan 1990 juga membangkitkan ingatan politik pada masa itu. Suasana  Tahun 1990-an awal ,Dimana Pemerintah Orde Baru masih kuat-kuatnya  berkuasa. Meskipun bergenre romantic comedy , Tapi kebiasaan atau isu  hangat politik masa itu , Dituangkan diserial ini untuk ikut dinikmati  para pembacanya.



Dilan yang Sangat Horor

Mengetahui  segala informasi pribadi tentang Milea disaat Milea baru tau namanya  saja sudah memberi kesan misterius dan horor pada diri Dilan. Ya itu  masih belum seberapa!  coba sekarang kita dengar quotes Dilan Berikut,
  " Milea, jangan bilang ke aku ada yang menyakitimu, Nanti orang itu akan hilang" -- dilan
Mungkin anak sekarang akan  senyum-senyum sendiri mendengar betapa  romantisnya kata-kata Dilan ini, Namun kalau diucapkan di jaman itu  tahun 1990-an, Rasannya kata-kata Dilan tersebut malah terdengar sangat horor.  Apalagi Dilan diceritakan sebagai seorang anak tentara , Sudah tentu tak  ada yang mau cari masalah dengan tentara.Seperti yang kita tau, Militer  saat itu memegang peranan penting dalam kestabilan keamanan  dan politik. Pendekatan represif pun kadang digunakan untuk  menumpas siapa saja pengacau stabilitas negara termasuk dengan cara  dihilangkan secara paksa.Kalau Mati setidaknya ditemukan, Bukan 'hilang'  yang tak jelas rimbanya dimana.


Ini seperti menggambarkan suatu masa  dimana banyak orang yang hilang entah karena persoalan politik atau  salah ngomong. Penggambaran 'kekuatan bersenjata' beberapa  kali disentil dalam Novel Dilan 1990 ,Ingatan pun tertuju pada peristiwa  penembakan misterius pelaku kriminal yang kala itu  booming dengan  sebutan Petrus.Misal saat Milea yang baru mengetahui fakta  bahwa Dilan  adalah anggota geng motor dengan jabatan panglima tempur:"Aku  juga jadi langsung berpikir Dilan pasti sangat nakal dan mungkin jahat.  Meskipun aku yakin, dia tidak seperti yang kuduga. Lagipula kalau benar  dia begitu, mengapa juga harus takut, toh, siapa pun dirinya, ayahku  seorang tentara, yang akan siap menembaknya jika harus.". Atau mungkin adegan saat Ayah Milea sedang membersihkan senapan laras panjangnya , Lalu adik  Milea yang bernama Airin bertanya :"Itu buat apa yah?", Ayah Milea:"Buat nembak  tikus-tikus jalanan". Siapa tikus-tikus jalanan yang dimaksud Ayah Milea  ini? Apakah para pelaku kriminal atau mungkin pemberontak negara?  Entahlah yang jelas tanpa ditembaki pun, Sudah banyak tikus jalanan yang  tewas karena terlindas truk atau mobil sewaktu hendak menyeberangi  jalan.

Dari PKI sampai Syiah
Jujur,  Pembawaan di novel lebih terasa emosional ketimbang versi filmnya, Iya  filmnya juga bagus yang sedikit mengecewakan adalah banyak adegan/dialog yang  dipotong. Mungkin karena faktor durasi atau karena sengaja tidak  ditayangkan untuk menghindari pro kontra dikalangan masyarakat.Seperti  adegan saat Dilan dan dua temannya dihukum karena bersembunyi tidak  mau mengikuti upacara Bendera. Menurut Milea, Dilan dan dua temannya  dituduh PKI hanya karena masalah itu . " Dia dan dua orang temannya  disebut PKI oleh guru BP itu. Aku tidak mengerti apa sebabnya seseorang  sampai disebut PKI hanya gara-gara tidak ikut upacara bendera." , Jaman  itu yang hobi membangkang siap-siap dituduh PKI walau mungkin tak pernah  terlibat sama sekali dengan kegiatan PKI.  Memang sudah tidak heran  lagi jaman itu terkenal dengan semangat kewaspadaan "Bahaya laten Komunis",  dengan film Pemberontakan G30s/PKI tayang yang tayang setiap tahunnya pada malam 30  September.Hal ini menurut pemerintah Orde Baru perlu untuk selalu mengingat bahaya pengkhianatan komunis, agar  kejadian tersebut tidak terulang lagi di masa mendatang. Padahal saat Dilan dan Milea  duduk dibangku SMA kelas 2 tahun 1990, Komunisme di Eropa sudah runtuh, Uni  Soviet bubar ,tembok Berlin diruntuhkan dan sebentar lagi Jerman  Barat dan Jerman Timur akan bersatu.Tapi ya sudahlah Orde Baru juga tak  peduli dengan opinimu , Memangnya siapa yang berani berpendapat dijaman  itu?Seperti kata Dilan " Nanti Orang itu akan hilang!"

Kalau  Dilan dituduh PKI hanya gara-gara tak mau ikut Upacara Bendera, Maka  Dilan juga dituduh Syiah hanya gara-gara dikamarnya terdapat poster  Ayatullah Khoimeni, Seorang pemimpin besar Revolusi Iran yang beraqidah Syiah.  Mengenai hal ini, penulis novel Dilan yang akrab disapa Ayah Pidi Baiq  sampai-sampai harus memberikan klarifikasi lewat akun Instagram pribadinya  kurang lebih begini,  mengenai poster Khomeini yang ditempel di kamar  Dilan, karena pada jaman itu, memang banyak beredar poster Khomeini di  mana-mana, termasuk di Bandung. Hal itu diawali oleh adanya revolusi  Iran tahun 1979 yang berhasil menggulingkan Rezim Shah Pahlevi yang  didukung negara Barat. Khomeini kemudian menjadi idola sebagai  simbol perlawanan yang disejajarkan dengan Che Guevara, Ahmadinejad,  Saddam Husain, Yasser Arafat dan lain-lain. Memang pada akhirnya kita  ini harus menjadi bijaksana untuk tidak mengadili masa lalu dengan  keadaan di masa kini. Lagipula apa jika memasang poster Suju , Dilan  otomatis pro dengan keyakinan Dong Hae ?Gak harus kan? ya sudah lah  lagian Suju alias Super junior tahun 1990 belum dibentuk, Dan tidak  dijelaskan pula apakah Dilan seorang penggemar Kpop atau bukan. Yang jelas dari  Dilan remaja sampai sekarang sudah jadi Bapak-Bapak berkepala empat,PKI  dan Syiah,Keduanya masih jadi isu hangat yang terus  diperbincangkan.Bahkan bisa jadi senjata ampuh untuk menyerang lawan-lawan  politik.

Sindiran Politik Sosial di Novel Dilan
Sewaktu berada di mobil bareng Ibunya Dilan, Milea bertanya, "Bunda asli Bandung?"
"Bunda lahir di Aceh, ikut suami ke Indonesia" Jawab Bunda.
"Aceh kan Indonesia, Bunda?", tanya Milea
"He  he becanda"pungkas Ibundanya Dilan.cukup menggelitik sekali bagian ini , Mengingat saat  itu awal 1990-an, Di Aceh sedang diberlakukan situasi darurat yang  dikenal dengan DOM yakni operasi militer untuk menumpas GAM(Gerakan Aceh  Merdeka) walaupun korban sipil banyak yang ikut berjatuhan. Memang  permasalahan Aceh dengan pemerintahan Pusat di Jakarta sudah terjadi  sejak awal-awal kemerdekaan ketika status Provinsi Aceh sempat dicabut  dan dimasukkan ke dalam Provinsi Sumatera Utara hingga munculnya gerakan  separatis Aceh Merdeka. Mungkin ibundanya Dilan sudah merasakan semua  kejadian itu hingga ia begitu enteng melontarkan candaan "Lahir di  Aceh...ikut Suami ke Indonesia hehe.."

Sindiran  halus juga terasa saat adegan Dilan dan temannya merobohkan dinding  pembatas kelas.Begini narasi yang diceritakan oleh Milea:"tiba-tiba  papan pembatas kelas bagian sebelah kanan itu roboh, jatuh menimpa ke  arah kami, sampai menjatuhkan papan tulis dan menggulingkan Presiden  Indonesia, Soeharto, dalam bentuknya sebagai foto yang dikasih pigura".   Dari gaya berceritanya, Seolah-olah penulis jengah kenapa pemerintahan  Suharto terlalu lama berkuasa kapan lengsernya, Sehingga mengambil diksi "Menggulingkan"hanya  untuk sebuah foto yang jatuh.Sebenarnya jika papan pembatas roboh, Tanpa  harus diceritakan apa saja hiasan yang menempel disana termasuk foto  Presiden pun pasti otomatis juga ikut jatuh.  Ingat fotonya yang  jatuh,Pemerintahannya masih belum jatuh...gak tau kalau 1998 tunggu  saja.

Ya sebagian besar dari narasi diatas diambil  dari novelnya Dilan 1990, Namun tak diekspose secara mendalam pada versi film nya,  Mungkin karena terbatasnya durasi atau memang sengaja tak ditampilkan  agar tak terjadi kontroversi, Tapi tanpa itu pun Film Dilan sudah sukses  besar bahkan sudah 6 juta penonton lebih, Dilan 1990 bisa mengambil  hati 2 generasi baik generasi sekarang maupun generasi orang tuanya yang  bisa sambil bernostalgia dengan romansa muda mereka tahun 1990-an.  Rindu suasana jaman dulu, rindu jaman Presiden Suharto dimana masih  banyak telepon umum dipinggir jalan buat nelpon si doi ,Rindu mantan  pacar saat di SMA yang sekarang tak pernah ada kabarnya dimana...semoga saja  tidak Hilang waktu huru hara 1998.

(Ulasan Dilan dan kaitannya dengan politik masa lalu sudah terlebih dahulu  dibahas dibeberapa judul  artikel berikut ini dan saya ikut sedikit menambahkan. Tirto.id:Dilan adalah film horor. Narazine.co :Proklamasi itu berat Dilan! , Kamu tak akan kuat. Kaskus.co.id :Dilan 1990 dan Kekerasan Budaya. Terima kasih telah menjadi sumber inspirasi tulisan dan mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan.)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline