Lihat ke Halaman Asli

Harry Wiyono

Hamba Tuhan

Indonesia Memiliki Prospek Cerah dalam Industri Smelter Hasil Tambang

Diperbarui: 28 Februari 2024   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Penyelenggaran Pemilu sudah berlalu, demikian juga adu strategi untuk menjadi nomor satu juga sudah tidak berlaku. Yang masih rame diperbincangkan adalah ketidak legowoan para pendukung paslon yang tidak bisa menerima kekalahan. Berbagai cara kini ditempuh oleh para paslon yang kalah untuk menggagalkan hasil yang telah dicapai 

 

Ditengah panasnya suhu politik setelah selesainya Pilpres 2024 ini tampaknya  issue tentang membanjirnya tenaga kerja China ke Indonesia, sudah tidak ada seorangpun yang tertarik untuk membicarakannya. Padahal sebelumnya hampir setiap hari para pembenci pemerintah khususnya Presiden  Joko Widodo selalu menggoreng issue ini dengan maksud untuk menjatuhkan kedudukan presiden Joko Widodo, sebelum haabis masa jabatannya.

Suka tidak suka kita harus menerima kenyataan ini bahwa China-lah yang pantas untuk mengelola proyek besar yang ada di Indonesia yaitu pengembangan industry smelter bahan tambang. Selain China yang memiliki tenaga ahli, hanya Chinalah yang bersedia untuk mengucurkan dananya, walau untuk membangun pabrik smelter ini cukup besar dana yang harus dikuncurkannya.

Direktur Utama PT Antam Tbk, Nico Kanter membeberkan alasan China menjadi investor terbanyak pada hilirisasi pertambangan di Indonesia. Salah satunya adalah karena majunya negara China dalam penelitian dan pengembangan hilirisasi pertambangan.

Harus diakui China maju dalam hal Research and Development (R&D) atau penelitian dan pengembangan hilirisasi. Diperoleh informasi dana yang digelontorkan oleh China untuk hilirisasi sangat besar untuk program tersebut. Itulah sebabnya China banyak memiliki investor di proyek hilirisasi pertambangan di Indonesia.

Alasan lainnya China banyak menjadi investor hilirisasi di Indonesia adalah karena negara tersebut berani dalam pengambilan risiko. China tidak perlu memikirkan pasar pada komoditas yang diinvestasikan. Selain itu, teknologi yang dimiliki China juga lebih baik. Terlebih dfari itu China juga banyak melakukan improvisasi teknologi hilirisasi.

Berdasarkan data dari Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) investasi China ke Indonesia pada kuartal IV-2022 tercatat sebesar US$ 3 miliar, atau sekitar Rp 45 triliun dengan kurs Rp 15.000/US$. Nilai tersebut lebih tinggi dari Singapura sebesar US$ 2,7 miliar. Dibandingkan kuartal IV-2021 yang hanya US$ 900 juta, nilai investasi China melesat sekitar 230%.

Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada Oktober - Desember 2022 sebesar Rp 175,2 triliun, sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 139,6 triliun. Sehingga totalnya mencapai Rp 314,8 triliun.

Dari total nilai PMA kuartal IV-2022, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya menjadi yang paling banyak mendapat kucuran modal, senilai US$ 2,5 miliar. Disusul industri kimia dan farmasi sebesar US$ 1,8 miliar, dan pertambangan di urutan ketiga sebesar US$ 1,7 miliar.

Indonesia yang sedang memulai hilirisasi industri dikatakan menjadi daya tarik bagi China. "Nampaknya China akan semakin berperan besar ke depan. Indonesia tengah fokus ke program hilirisasi dan mereka tertarik dengan program tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline