Lihat ke Halaman Asli

Harry Wiyono

Hamba Tuhan

Berpolitik ala Kristus Yesus

Diperbarui: 17 November 2023   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun ini adalah tahun politik, disemua media sosial, baik itu media cetak ataupun media elektronik pasti menyuguhkan berita-berita tentang politik. Akhirnya semua lapisan masyarakat, baik dipedesaan ataupun diperkotaan selalu membicarakan tentang politik, walau mereka sebenarnya tidak tahu apa itu politik.

Saya tidak mengajak saudara berpolitik, tetapi kita sebagai warga negara Indonesia yang baik, mau tidak mau kita harus berpolitik. Kapan kita mulai berpolitik? Ketika ada hajatan besar (Pilpres) pada tahun 2024 mendatang itu kita mau tidak mau kita terjun dalam permainan politik. Sebenarnya sebelum-sebelumnya kita sudah berpolitik, yaitu ketika  ditengah lingkungan masyarakat kita tinggal ada acara pemilihan RT, RW, Lurah, Camat dan lain sebagainya. Disaat itulah kita berpolitik.

Mungkin kita masih banyak yang belum tahu apa yang dimaksud dengan politik. Menurut Wikipedia Politik adalah proses pembentukan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini adalah upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Ini dapat digunakan secara positif dalam konteks solusi politik yang berkompromi dan tanpa kekerasan, atau secara diskriptif sebagai seni atau ilmu pemerintahan.

Jadi jelas politik itu baik, karena bertujuan untuk membangun kesatuan dan kerukukan berbangsa dan bernegara. Tetapi mengapa banyak orang mengatakan, mengindentifikasikan, mempersepsikan, menyematkan dan mengkonotasikan bahwa politik itu kotor dan jahat? 

Sebenarnya baik buruknya sesuatu tergantung bagaimana kita memakai dan menggunakannya. Pisau atau pedang itu bisa kita katakan baik dan tidak baik, tergantung bagaimana kita mempergunakannya. Pisau dan pedang bisa kita gunakan untuk kebaikan yaitu untuk bekerja dan mencari nafkah, tetapi pisau dan pedang bisa juga kita gunakan untuk kejahatan.

Demikian halnya dengan politik. Politik bisa kita gunakan untuk mengembangkan, memajukan dan mensukseskan beradapan bangsa, tetapi politik juga bisa digunakan untuk menghancurkan, memorakporandakan serta menjungkirkan beradapan bangsa. Bahkan dengan poliitik tidak kenal dengan kata kawan dan lawan. Teman dan sahabat bisa menjadi lawan, yang lebih miris lagi, saudara, anak bahkan orang tua sendiri bisa bermusuhan karena politik.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Yang jelas karena sifat manusia yang sombong, congkak, angkuh ego rakus dan serakah. Sifat-sifat inilah yang mengakibatkan manusia jatuh dalam dosa, melanggar hukum Allah dan melakukan kekejian-kekejian yang tidak ada batasnya.

Siapa yang tidak kenal dengan mantan bapak Presiden Suharto karena sombong, congkak, angkuh, ego rakus dan serakah berapa banyak lawan politiknya yang menjadi korban keganasannya. Ingat peristiwa Petrus (Penembak Misterius), kala itu seperti nyawa tidak ada harganya. Belum lagi peristiwa tahun 1998 banyak manusia bergelimpangan tak bernyawa. Berapa banyak orang-orang etnis China yang dijarah, dirampok, disiksa, diperkosa bahkan dihabisi nyawanya.

Mungkin kita tidak bisa menghitung berapa kekayaan yang dimilikinya. Kekayaannya tidak saja tertapung di dalam negeri tetapi justru berjimbun-jimbun di luar negeri. Walau kekayaanya untuk bisa mencukupi 7 keturunan, namun sampai sekarang keluarga Suharto masih tidak puas dengan apa yang didapat dari hasil rampokan dan korupsinya.

Selain mantan Presiden Suharto, tentunya semua masyarakat Indonesia sekarang ini sangat kenal dengan bapak Presiden Joko Widodo. Dengan prestasinya yang sangat gemilang sejak menjabat pucuk pimpinan di negara kita bangsa Indonesia. 

Sembilan tahun beliau telah mengukir sejarah yang tak terlupakan. Pembangunan berbagai sector berkembang dengan pesatnya. Dengan prestasi yang beliau ukir, beliau dinobatkan sebagai bapak pembangunan. Setiap masyarakat mengelu-elukannya, bjhkan dalam berbagai survy tingkat kepuasan masyarakat Indonesia terhadap kinerjanya mencapai 82% lebih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline