Lihat ke Halaman Asli

Harry Wiyono

Hamba Tuhan

Prospek Pengembangan Pembangunan Menara BTS di Indonesia

Diperbarui: 7 Oktober 2023   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Berita yang saat ini hangat dibicarakan di mas media adalah tentang pengunduran di Menteri Pertanian terkait dengan adanya dugaan korupsi.  Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengungkapkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi.

Sudah barang tentu ini merupakan pukulan telak terhadap Ketua Nasdem Surya Paloh. Bagaimana tidak? Sebelum kasus Syahrul  Yasin Limpo terkuak, salah satu anggota partai Nasdem juga tertangkap dalam kasus yang sama yaitu korupsi.  Berita tentang penggelapan dana sebesar Rp. 8 trilliun lebih oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sampai saat ini masih belum bisa dilupakan. Korupsi dalam proyek BTS 4G yang sebelumnya telah menjerat petinggi Badan Aksebilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), ternyata ada juga petinggi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang juga terlibat dalam kasus ini.  Yang tidak kalah seru dan hebohnya dalam kasus ini juga disebut-sebutkan ada tiga parpol yang terlibat di dalamnya.  

Sangat menyedihkan dan memprihatikan tentunya kasus korupsi yang terjadi saat ini. Karena ternyata yang memiliki mental dan moral bobrok justru para pejabat-pejabat tinggi, yang seharus menjadi panutan oleh masyarakat di negeri ini. Oleh karena itu tidak salah jika masyarakat menuntut para perampok uang Negara ini dijatuhi hukuman yang seberat-beratnya, dan tidak ada salahnya juga jika ada sebagian masyarakat  yang mendengungkan diberlakukan hukuman mati bagi penjahat ini.

 

Sisi atau bagian lain yang penulis telusuri dalam tulisan ini bukan pada kasus pidananya, tetapi penulis tertarik untuk mengulas tentang bidang industri telekomunikasi itu sendiri, khususnya tentang bagaimana prospek pengembangan pembangunan menara BTS ini., dengan harapan tulisan ini bisa memberikan wawasan kepada para pengusaha sejauhmana prospek bisnis ini dalam beberapa tahun mendatang.

Sebelum membahas lebih lanjut, terlebih dahulu kita bahas apa yang dimaksud dengan menara telekomunikasi atau yang biasa kita dengar dengan nama tower.  Tower adalah salah satu insfrastruktur pendukung alat telekomunikasi seluler. Tower ini sangat penting karena berfungsi sebagai penempatakan antenna pemancar sanyal (jaringan akses). Melalui tower para pelanggan bisa memperoleh pelayanan.

Disamping itu tower juga digunakan untuk menempatkan antenna pemancar sinyal transmisi (jaringan transport dengan menggunakan teknologi microwave). Pada area berdirinya tower biasanya terdapat perangkat BTS. Base Transceiver Station (BTS) yaitu sebuah peralatan yang menfasilitasi nirkabel komunikasi antara pengguna perangkat seluler dan jaringan.

Sejalan dengan semakin berkembangnya industri telekomunikasi ini, maka tidak heran jika dalam beberapa tahun terakhir ini perusahaan-perusahaan  penyedia menara BTS ini berkembang pula. Dalam penyelenggaraan penyediaan menara BTS ini Kemenkominfo telah membagi penggelaran jaringan 4G di desa-desa non-3T kepada 5 operator seluler. Total ada 3.435 desa yang menjadi tanggung jawab operator dalam pembangunan 4G. Kelima operator itu ialah PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Indosat Tbk., PT XL Axiata Tbk., PT Smartfren Telecom Tbk., dan PT Hutchison 3 Indonesia (dimana saat ini Indosat dan Hutchinson sudah merger menjadi 1 perusahaan).

Penerimaan Sinyal Menurut Masing-Masing Jaringan

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021 lalu jumlah desa atau kelurahan yang memiliki menara BTS di Indonesia dan bisa menerima jaringan sinyal 4G/LTE diperkirakan mencapai 35.608 desa, dengan perincian 4 propinsi terbanyak yaitu Jawa Timur sebayak 4.539 desa, Jawa Tengah 4.433 desa, Jawa Barat 4.391 desa,dan Sumatera Utara sebanyak 2.401 desa. Sementara Aceh, Riau, Sumatera Selatan, Lampung dan Sulawesi Selatan yang sudah memiliki menara BTS dan bisa menerima sinyal 4G/LTE tercatat masing-masing hanya berkisar 1,1 ribu sampai 1,5 ribu desa. Berarti ada 25 propinsi yang sudah memiliki menara BTS, tetapi penerimaan sinyal 4G/LTE berada dibawah seribu desa. Atau ada sekitar 13.041 desa yang memiliki menara BTS dan bisa menerima sinyal 4G/LTE, tetapi jumlahnya dibawah seribu desa.

Kemudian propinsi-propinsi yang menerima sinyal 3G/H/H+/EVDO menurut sumber yang sama ada sebanyak 2.666 desa dengan perincian  10 propinsi terbesar yaitu Jawa Timur sebanyak 260 desa, Jawa Tengah 199 desa, Jawa Barat 193 desa, Sumatera Utara 187 desa, Aceh 158 desa, Sumatera Sel;atan 136 desa, Banten 127 desa, Riau 111 desa dan Sulawesi Selatan sebanyak 90 desa dan propinsi Lampung sebanyak 82 desa. Berarti pada tahun 2021 ada sebanyak 1.124 desa yang sudah memiliki menara BTS dan bisa menerima sinyal 3G/H/H+/EVDO. Sebanyak 1.124 desa tersebut tersebar di 24 propinsi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline