Lihat ke Halaman Asli

Praktek Yoga di Indonesia

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13977210822144804035

Praktek yoga di Indonesia *)

[caption id="attachment_303664" align="alignnone" width="300" caption="Yoga and meditation"][/caption] Hari ini, 15 April 2014, kita bersyukur yoga telah menjadi seperti "bola dunia" [oval] di Indonesia. Siapa sangka, yoga yang berakar dari ajaran agama Hindu di India, 7000 tahun silam, hari ini telah mendunia dan masuk ke Indonesia. Bukan agamanya yang bergerak, tapi spirit beryoganya yang menyebar. Sampai hari ini, awal 2014, penyebaran yoga di Indonesia, "tak" ada yang menyetir atau lembaga yang mengatur.  Ia jalan sendiri saja, kemana ia suka.  Memang guru yoga awalnya dari tokoh India dan sekarangpun demikian.  Dunia masih "berkiblat" ke India jika berbicara tentang yoga.  Sekarang siapa saja dengan latar belakang agama apa saja, bisa menjadi penerus tradisi yoga ke abad yang akan datang.  Anda bisa menjadi guru yoga jika memiliki passion disitu.  Kenapa tidak?  Itulah kebebasan yoga. Yoga bisa dimodifikasi sesuka hati oleh siapa saja. Namun, jika Anda ingin mendapatkan sertifikasi sebagai Registered Yoga Teacher [RYT[, mau tak mau Anda harus "mengikuti" pakem basic yaitu  standard yoga yang diatur oleh orang-orang India. Di RYT,  ada kurikulumnya seperti anatomi-fisiologi, etika, filosofi yamas-niyamas, ada metodenya, ada persyaratan pengalaman mengajar,  ada durasi jam, ada PRnya, membaca jurnal, membuat assignment, terakhir ada biayanya. Yang utama, ada persyaratan telah membaca buku wajib "Light on yoga: Yoga dipika," oleh guru yoga India yang lahir tahun 1918, seangkatan dengan Soekarno dan Soedirman, namanya BKS. Iyengar, tokoh yoga modern dunia, tahun 1966, kemudian direvisi tahun 1977 dan 1995, setebal 544 halaman, paperback. Memang guru yoga awalnya dari tokoh India, sampai hari ini. India tetap jadi sumber referensi yoga dunia.  Sekarang siapa saja dengan latar belakang agama apa saja, bisa menjadi penerus tradisi yoga ke abad yang akan datang. Anda bisa menjadi guru yoga jika memiliki passion disitu. Kenapa tidak? Sering tentu Anda mendengar alasan teman/ saudara yang ikut yoga, "Saya sudah capek bekerja keras setiap hari, saya butuh olah raga ketenangan...butuh relaksasi, tapi bukan massage...!" Yoga, semula adalah seni olah tubuh plus ritual spiritual kuno, menjadi tradisi yang sama sekali "baru" di abad 20-21 ini.  Ia menjadi bagian dari urban life, tapi belum sampai ke desa.  Yoga dan meditasi telah dipasangkan sebagai pasangan kakak-adik untuk manusia hidup sehat dan hidup tenang di kota pada umumnya.   Kini yoga dan meditasi sudah menjadi gerakan kesadaran baru dan gaya hidup baru.  Tapi, yoga bersih dari politik, ia tak bisa dipolitisir,  tak ada kekuasaan dan kursinya. Hari ini, jika Anda tak tahu yoga dan tak ikut yoga, Anda akan merasa ketinggalan akan sesuatu.  Hanya membuat Anda minder dalam pergaulan, tak sampai mati-gaya.  Namun itu belum sampai point dimana Anda rugi atau merasa kurang.  Dengan yoga dan meditasi, saya yakin Anda akan mendapatkan "sesuatu" yang khas. Cobalah beryoga dan bermeditasi, tapi bukan karena ikut-ikutan. Yoga itu menyehatkan luar-dalam, menyembuhkan dan menyempurnakan kemanusiaan kita.  Paling tidak, ada 3 manfaat yoga secara fisik :   a. flexibility [kelenturan otot meningkat jauh, bisa berjalan dan berdiri tegak],    b. balance [keseimbangan yang lebih baik] dan     c. power / endurance [kekuatan yang jauh lebih baik dari sebelum ikut, terasa lebih fit dan percaya diri]. Fleksibilitas otot dan syaraf merangsang kelenjar dan sekresi hormon, sehingga organ dalam lebih hidup.  Ia juga menstimuli sirkulasi darah sehingga memberi oksigen ke seluruh organ. Organ cukup makanan, tak kurang gizi.  Jangka panjang 1-3 tahun, yoga memiliki efek terapis yang menyembuhkan, tapi bukan obat / medikasi.  Jangan lari ke yoga karena telah sakit kanker atau by-pass jantung, misalnya. Tapi juga jangan skeptis terhadap yoga. Tiga manfaat bagi mental :   a. positive attitude [bersikap positif dari sebelumnya selalu negatif],    b. passion [bertambah gigih, ulet, tekun dalam hidup],    c.  open-mind [lebih terbuka dengan perubahan sekitar, tidak kaku, tidak narrow-minded]. Sedangkan tiga manfaat spiritual :   a. higher awareness & purpose [kesadaran yang lebih tinggi akan being dan akan the creator],     b.  higher peace of mind [kedamaian yang lebih menenangkan batin dan menentramkan pikiran],     c.  letting go [lebih mudah/ mampu ikhlas terhadap kehilangan, dendam dan sakit hati]. Yoga sudah dikenal bukan sebagai ritual satu "agama,"  namun sebagai praktek olah raga, olah mental dan olah jiwa. Yang memandang yoga sebagai agama baru, sekte baru, aliran sesat, memuja dewa/i dan terlarang, tinggal sedikit saja, sejalan dengan pengenalan dan sosialisasi yoga di masyarakat.   Minimum tak ada lagi tokoh agama yang melarangnya secara terbuka.   Untuk masyarakat Indonesia, segala sesuatu yang baru mesti butuh proses pengenalan dulu/ waktu yang panjang, contoh : introduksi operasi plastik, operasi dengan sinar laser,  MRI,  prevensi HIV/AIDS dengan kondom, vaksinasi pets,  dst.  Praktek yoga yang meluas di seluruh dunia membuktikan bahwa yoga bukanlah agama baru seperti yang disangkakan sebagian orang. Jika yoga adalah aliran sesat, tak perlu dilarang,  ia akan punah dengan sendirinya, bukan? Meski secara geografis, yoga masih terkonsentrasi di Jawa-Bali, seperti Jakarta, Bogor,  Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali dst. namun gemanya sudah meluas ke seluruh Indonesia.  Penyebaran yoga di Indonesia terjadi melalui berbagai channel komunikasi, a.l. pengajaran agama, sharing filosofi spiritual, melalui larangan-larangan, melalui prejudis/skeptimisme,  melalui media massa, meniru gaya hidup selebriti/tokoh dunia, kunjungan guru yoga dunia, anak muda/praktisi yang pergi berguru ke luar negeri, studio yoga, fitness center, sanggar tari,  vihara, asram,  terakhir ramai via media sosial seperti wordpress, blogspot, facebook dan twitter, dst. Hasilnya,  per hari ini, semua orang dewasa pernah "mendengar" kata yoga.  Meski baru dibawah 10% yang benar-benar telah berlatih yoga. Uniknya, 90% yoga practitioner umumnya wanita, usia 20-45th.  Yoga for kids baru satu-dua, karena pendekatannya sangat unik.  Kini grafiknya menanjak,  semakin banyak stasiun TV, agency marketing, majalah life-style, dunia kuliner, dunia pendidikan dan merek-merek produk, memakai yoga sebagai vehicle untuk meraih brand awareness dan profit korporasi. Yoga diuntungkan, semakin dikenal masyarakat secara gratis. Di Indonesia, belum ada asosiasi yoga yang mewadahi praktisi yoga, seperti yoga alliance International atau International yoga federation. Motivasi utama orang beryoga di Indonesia, masih untuk olah raga [fisik] untuk kesegaran, seperti ber-futsal ria. Ada olah raganya, ada gembiranya, ada musiknya, ada hadiahnya. Sehingga para yogi dan para guru yoga yang umumnya berusia muda 25-45 tahun, masih banyak yang mengandalkan asana [postur] atau gerakan yang menguatkan otot dan syaraf.  Bagi kalangan ini, sangat wajar,  jika yoga masih seperti "yoga olah raga" biasa. Dan karenanya yoga bisa dikomersialkan.  Sejauh ini, yoga masih sepi dari isu-isu "money-laundry," memakai modalnya dari hasil korupsi suami.    Yoga sudah dikemas, dengan nama merek bisnis, gaya/aliran, harga/biaya, fasilitas modern, AC / heater, gedung modern, musik alam, pernak-pernik alat olah raga, poster,  retail store, dst.  Sampai hari ini, yoga adalah keramaian, yang dibumbui a.l. dengan festival yoga, pameran alat / pernak-pernik yoga, jualan mat, jualan buku, VCD, dst.  Kabar baiknya, ada beberapa praktisi yoga, masih sedikit sekali, yang menaikkan latihan yoganya ke tingkat kesadaran lebih tinggi, ke arah true well-being, healing dan soul enlightenment.  Hanya di Indonesia, sekali lagi masih sedikit.  Pada umumnya, yoga masih "terlihat" ramai dengan hiruk-pikuk. Yoga [dan meditasi], pada dasarnya adalah kegiatan sendiri, mandiri, tak perlu beramai-ramai. Yoga, bukan tradisi ikut-ikutan karena mode, gaya atau trend dunia.  Jika sudah menguasai teknik dan prinsip dasarnya, Anda sebenarnya sama sekali tak membutuhkan bimbingan guru lagi.  Anda harus mandiri.   Anda teruskan berlatih sendiri di rumah.  Itu yang benar, bukan terus bermanja-manja dengan bimbingan guru / instruktur. Jika Anda mau berlatih sendiri di rumah dan gratis, tapi tidak cedera, jangan pernah memaksa sebuah asana.  Lakukan perlahan, jangan dadakan dan cobalah bertahap.  Semua praktisi melakukan cara yang sama, bertahap.   Anda juga dengan mudah, bisa download banyak posture yoga dari luar negeri di youtube.  Disana, Anda bisa bertemu dengan "berbagai macam" guru yoga di dunia dengan berbagai aliran/ tradisinya masing-masing.  Tak usah heran, biasa saja.  Anda sendiri yang memutuskan memakai style yang mana, bukan?  Catatan kaki, jangan mudah terpengaruh oleh saran 1-2 guru yoga, analisa terlebih dahulu, gunakan akal sehat, common-sense Anda. "You have your own responsibility to your own life, don't you?"  Disinilah letaknya disiplin diri dan tanggung jawab pribadi, diuji. Sekali lagi, yoga adalah kegiatan sendiri. Jika Anda ingin bersosialisasi dengan sesama praktisi yoga, juga tak ada yang melarang.  Berkawanlah dengan sebanyak mungkin praktisi yoga, Anda akan mendapatkan wawasan dan jaringan. Teruslah berlatih sendiri, Anda akan mendapatkan kematangan diri. Tahapan yoga yang baik: dimulai dengan "centering" dan meditasi dulu, kemudian olah pernafasan secara perlahan [pranayama], diikuti asana [gerakan perlahan], diakhiri dengan relaksasi full [yoga nidra] dan meditasi lagi, selesai.  Ada gerakan khusus buat ibu hamil, penderita cedera otot/tulang, manula dan penderita jantung.  Beritahukan dahulu keadaan Anda kepada guru/ instruktur yoga, sebelum latihan.  Biasanya mereka tak bisa memutuskan, dan Andalah yang harus konsultasi terlebih dahulu ke dokter.  Beruntung jika dokter Anda tahu yoga, pada umumnya juga belum tahu yoga [baru mendengar saja].  At the end, Andalah yang harus memutuskan sendiri, setelah mencoba 1-2 gerakan asana yang ringan. Bagi pemula, otot seluruh tubuh Anda pasti kaget dan sakit sekali, karena ditarik paksa [ stretching front-backward dan twisting ke kiri-kanan ].  Gerakan yoga, pada dasarnya, tidak umum.  Otot pasti terkaget-kaget.  Kaki sakit. Pinggang sakit.  Punggung sakit semua.  Perut sakit.  Biarkan demikian, itu sangat wajar.   Bertahanlah jangan mundur.  Teruskan berlatih, sampai sakitnya perlahan hilang dan otot "di dalam"  terbentuk menjadi sebuah  "habit otot" yoga.  Praktisi yoga terlebih instruktur/ guru yoga,  pada umumnya tak ada yang gendut, karena habit ini. Jika ada 1-2 yang gendut, anggap saja itu bawaan. Bedanya yoga dengan fitness/ aerobik, otot di sebelah dalam yang dibentuk.  Sekali terbentuk ia tetap tinggal "permanen" disana.  Jika Anda tidak yoga 6 bln - 1 tahun, habit otot itu telah ada disana.  Anda tinggal mengaktifkannya lagi dan ON.  Anda tak perlu memulai lagi dari nol/ awal. Tiga [3] level praktek yoga di masyarakat Indonesia Level menunjukkan praktek yoga di masyarakat, bukan tingkat kemahiran. Level pertama, di puncak oval bola dunia Di level atas ini, yoga "for higher purpose,"  mendekati sumber aslinya. Di sumber aslinya, yoga untuk mencerahkan  "body, mind and soul" bersama-sama, bukan dipisah-pisah.  Yoga dan meditasi dipandang sebagai jalan untuk pencerahan spiritual dan praktek batin mencapai kesempurnaan inside-out itu.  Praktisinya memiliki fokus yang kuat dan kokoh kepada ketenteraman jiwa, ketenangan pikiran dan kebahagiaan hidup. Disini, yoga bukan hanya olah raga semata [ "beyond physical exercise" ] atau  "yoga is you."  Di tingkat puncak ini, komitmen diri mengalir seperti aliran sungai tanpa batas. Tak ada fenomena on-off di level ini. Praktisi disini terus berlatih sampai usia lanjut, misalnya 70-80 tahun. Mereka tak goyah oleh godaan yoga olah raga dan yoga komersial. Mereka berlatih dan mendisiplinkan dirinya "sendiri" melalui praktek indah yama, niyama,  dharana, dhyana,

dan samadhi.  Asanas [ jurus/ postur/ pose]  yoga hanya sebagian kecil saja. Disini tak diperlukan "head-stand" yang akrobatik. Untuk apa?

Nilai hidup baik dan nilai spiritual ibadah yang dicari.  Mereka pada umumnya kelompok yang telah matang, berusia diatas 50 tahun, pejalan di  jalan sepi nan hening.   Bukan berarti mereka orang-orang suci dan kudus atau tokoh agama, tidak sama sekali.  Mereka orang biasa yang menjalani hidup dengan tak biasa.  Yoga yang sudah melampaui  "physical well-being."   Sehingga, praktis mereka cenderung "menyingkir" dari hingar-bingar latihan fisik. Mereka pada umumnya tak dibayar dan tak sibuk dengan sertifikasi dan akreditasi [standar kompetensi yoga]. Di level ini, jumlahnya seujung jari, sangat sedikit.  Anda sulit menemukannya. Mereka tak terlihat, "silent-yoga." Yoga [dan meditasi], pada dasarnya adalah kegiatan sendiri, mandiri, tak perlu beramai-ramai. Yoga sudah "menyatu" dengan kehidupan, tak perlu dipamerkan dan dipertontonkan lagi.  Disini, tak ada lagi jegar-jeger, kelap-kelip,  hiruk-pikuk latihan fisik.  Musiknyapun dipilih suara alam yang sangat lembut dan volumenya sangat pelan.  Gerakan mereka sangat pelan, berbicaranya pelan, semua serba melambat, tak dikejar dan mengejar sesuatu.  Jika Anda beruntung / berkesempatan bertemu dengan mereka di tempat mereka,  Anda akan benar-benar "merasakan" dan "tertular" kedamaiannya yang dalam [blissfulness dan peaceful life].  Anda akan pulang dengan membawa damai di hati dan tenang di pikiran.   Bukankah itu yang manusia cari? Bukan yang hingar-bingar dan hiruk-pikuk dengan keringat dan latihan otot.  Inilah yoga tanpa otot.  Jika diberi warna, komposisinya ke arah kombinasi yang sangat kalem,  hijau muda, biru muda dan putih bersih. Level kedua, ditengah bola dunia Di level kedua atau tengah,  "yoga for the sake of yoga." Yoga sudah dimodifikasi, diimprovisasi, dikreasikan macam-macam oleh berbagai kepentingan dan selera.  Sehingga yoga terasa menjauhi sumber aslinya.  Yoga otot, namanya.  Anda akan tahu ini, setelah Anda mempelajari, berinteraksi langsung atau semakin mengenal asal mula dan penyebaran yoga di dunia dan di Indonesia.  Yang membuat yoga begitu berotot dan ramai [yoga power dan yoga hip-hop ], terutama dari kalangan guru barat.  Masuk ke Indonesia, ditelan habis, tanpa dicerna.   Memang energetik dan menguras energi habis-habisan, full dinamis dan menggembirakan hati, tapi itu bukanlah yoga yang sebenar-benarnya.  Sepintas dari luar, mereka nampak sama saja.  Anggap itu mozaik yoga, Anda lagi yang harus memilih. Bagi awam,  yoga itu unik, olah raga, olah mental dan olah jiwa, digabung jadi satu, yang tak bisa dikompetisikan. Tak ada jenis olah raga yang seunik yoga, bukan? Futsal dan fitness,  hanya olah-fisik in-door yang ramai dikompetisikan, bukan?  Yoga tidak. Di level kedua ini, kita bisa melihat demam yoga, banyak sekali praktisinya dan peminatnya.  Mereka terlihat. Dimanakah mereka?  Mereka ramai-ramai berkumpul, berkostum olah raga, menenteng tas olah raga dan memakai matras warna-warni. Anda bisa temui mereka di studio yoga, fitness center, di taman, di kebun, di vila, di mall, dst. Di level ke dua ini, ada penjejangan yang samar untuk tingkat kemahiran beryoga. Seperti lainnya, ada tingkat beginner, intermediate, advance dan master.  Untuk itulah, mayoritas guru yoga atau instrukturnya rata-rata bersertifikat RYT200, RYT 300, RYT 400, RYT 500 atau RYT800 [hour] dari luar negeri / dalam negeri, ada juga yang tidak bersertifikat sama sekali.  Ada juga guru / instruktur yoga yang berasal dari luar negeri, seperti India, Taiwan, Amerika, Canada, Australia, Malaysia, Korea dan Filipina. Jangan heran, ada instruktur yang kekeh dengan hanya satu aliran/ tradisi, seperti Astangha saja, tak kompromi dengan tradisi lain. Ada juga yang main kombinasi saja. Anda tinggal bertanya kepada mereka satu-satu, sebelum jatuh cinta kepada yoga. Di leve ll ke dua ini terbagi dua. Pertama, one package yoga, murni hanya ada menu yoga, umumnya di studio yoga atau rumah yoga.  Kedua, full-package yoga, yoga dicampur dengan fitness dan fasilitas lainnya, umumnya di fitness center. Anda tahu, yoga yang masuk di fitness center, bukan sebaliknya, bukan? Itulah yoga yang teguh, kuat dan kokoh berdiri sebagai dirinya sendiri. Anda bisa minta dikenalkan dengan segala gaya/tradisi dari guru Anda. Mulai dari iyengar, astangha [atau power yoga di barat], hatha [part of raja yoga], sivananda yoga, kundalini, jiva mukti,  power vinyasa, yin yoga, floating [flying] yoga, body combat, yoga jive, synergy yoga, vibrant living yoga, bikram, pilates, free-style,  happy yoga, mindful meditation, healing meditation, walking meditation, drawing meditation,  sampai hip-hop untuk anak muda,  semua lengkap tersedia di level ini.   Anda bisa minta gerakan yang paling mudah/ sederhana, sampai yang paling sulit [akrobatik].  Jika tak cocok dengan satu menu, satu guru atau satu lokasi bisa pilih yang suka/cocok.  Yang latihan disini, umumnya gabungan antara pemula, pembelajar dan advance. Anda bisa berpetualang dan bergoyang-goyang disini. Mau cari yoga jingkrak, yoga melayang, yoga terapung,  yoga akrobat kepala dibawah, yoga mlungker, tangan ditekuk-tekuk membalut kaki dan sebaliknya, kepala bisa kebelakang kayak ular, yoga akrobatik 2-3 orang, semua ada, lengkap.   Yoga for ladies, yoga for executives, yoga for teenagers, yoga for kids,  yoga for the old, ada.  Mau turunkan berat badan 5-10 kg, percantik lekuk tubuh,  mengatasi "back-pain", memperbaiki postur tubuh [ "body alignment" ],  menyembuhkan syaraf kejepit dengan pilates, juga ada disini.  Tapi yoga tetap bukan obat, hanya bekerja sebagai pencegahan. Jika back-pain Anda bisa sembuh, bersyukurlah, Anda cocok dengan terapi [latihan] yoga. Jika tidak sembuh, memang yoga bukan resep dokter. Di level kedua,  saya sebut yoga "nge-pop" ala Indonesia, komitmen diri "nge-pop." Disini ada fenomena on-off tergantung komitmen dan disiplin diri.  Yang  terus ON, karirnya bisa jadi guru yoga. Kebanyakan guru yoga asalnya dari murid yang terus ON.  Yang on-off, jelas hanya bisa bercerita "...Saya dulu pernah yoga, sudah lama sekali....!"  Mereka hanya dapat pengalaman dan sensasinya saja. Yoga di level ini, "tak" ada yang gratis, malahan dikomersialkan.  Rata-rata berbayar, berkisar Rp 50.000-250.000 sekali latihan untuk 2 jam.  Jika Anda latihan 8x sebulan, silahkan alokasikan antara Rp 400.000-1.500.000/bulan, bergantung lokasinya dan fasilitasnya.  Anda bisa pilih premium prize atau regular price.  Single class rate berkisar Rp 100.00-200.000/ visit.  Sebagai contoh di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, bertebaran studio yoga, yang termurah 8x latihan, Rp 700-800.000,-    Anda bisa memilih yang "monthly unlimited" dengan harga Rp 1.500.000 - 1.750.000,- atau "yearly unlimited" seharga Rp 9.000.000 - 10.900.000.  Atau jika Anda ingin beryoga  plus bisa fitness, plus renang, plus steam, sauna, pilih saja di salah satu lokasi berikut ini dengan fee Rp 900.000- 1.000.000 / bulan unlimited.  Contoh lokasi untuk Jakarta bervariasi sekali dari sisi jarak: ada di Kebayoran baru, Kebayoran lama, Kemang, Plaza senayan, Mall of Indonesia, Citos, Plaza Indonesia, Cibubur junction, Oakwood [Kuningan area], Plaza Semanggi, Pluit village, Grand Indonesia, Kemang village, Lotte shopping,  Pacific place, Senayan city, Kelapa gading, Kuningan, Tebet, Cibubur, Tanjung duren, Grogol, dst. Di level kedua ini sangat ramai. Banyak hiruk-pikuk bisnis dan persaingan usaha.  Ada promosi, ada voucher, ada hadiah macam-macam, ada membership, ada fans club, komunitas, milist sampai facebook dan twitter. Anda tinggal memilih saja sesuai jarak rumah, kantong,  waktu latihan dan selera. Anda bisa juga memilih layanan "private-class" jika tak punya waktu.  Ada guru yoga yang siap membantu.  Disini yoga belum menyatu dengan kehidupan. Yoga adalah yoga, sebagai sarana/ alat hidup sehat. Namun kabar baiknya, ada segelintir instruktur dan guru yoga yang tak hanyut dalam main-stream yoga olah raga, namun jumlahnya baru minoritas. Mereka ingin naik tingkat ke level pertama. Jika diberi warna, komposisinya nge-jreng, kurang lebih  merah menyala, orange segar dan ungu terang. Level ketiga, di bagian bawah bola dunia Di level ketiga atau bawah, "yoga for additional."  Yoga sebagai menu selingan / tambahan rasa. Disini yoga digabung dengan seni tari, di salon, digabung dengan pendidikan, kegiatan korporasi [corporate-class]  atau lembaga lain. Yang datang kesini sedikit, karena sepi.  Di sanggar tari dan salon, tentu yang mengajar yoga juga merangkap guru tari atau perias yang senang yoga. Di kampus, yang mengajar yoga adalah guru yoga yang masih punya waktu berbagi/ sosial.  Sehingga yoga di kampus amatlah jarang ditemui, maks 1-2x setahun.  Di korporasi, yoga untuk karyawan/wati baru sedikit, itupun dilakukan after-office.  Di level ini, yoga tak banyak diminati, karena olah raga yang diwajibkan dari manajemen/ atasan.  Sehingga kegiatannya on-off.   Tak banyak pernak-pernik kehebohan disini. Tarif yoga di level ini tidak komersial, murah meriah, antara Rp 100-200.000/ bulan bebas berapa kali latihan, kecuali corporate umumnya 1x / minggu.  Yoga juga belum menyatu sebagai bagian dari kehidupan. Jika diberi warna, komposisinya sederhana, abu-abu metalik, coklat tanah dan hitam malam. Ini level dengan komitmen diri sampingan.  Tentu ada  fenomena on-off karena sifatnya tambahan/ sampingan. Tak ada sangsi / penalti. Anda mau mencoba di level yang mana? Selamat melakukan  "yoga journey"  pribadi. Saya menyarankan, bagi pemula sebaiknya ikut dulu yang ramai di level kedua atau bisa mencoba di level ke tiga.

*) Hasil pengamatan (observasi) pribadi, foto/gambar pose yoga diambil dari berbagai sumber. **) Sebagai referensi, sebaiknya  baca juga artikel bagus oleh Guru Yoga Yudhi Widdyantoro, di  http://yogagembira.wordpress.com/2012/03/22/memahami-demam-yoga-di-jakarta/ Love, peace and gratitude harry purnama, personal trainer yoga garden, depok, jawa barat, Indonesia http://yogadepok.blogspot.com mobile 0812.9077.9000 meditasi.tenang@gmail.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline