Seseorang tidak perlu sempurna, karena sudah jelas bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Seberapa pun besar kekurangan seseorang pastilah Ia memiliki kelebihan yang luar biasa. Betulkan...
Seperti halnya orang yang bisu, gagap, dan gangguan bahasa lainnya. Mereka pasti mempunyai kelebihan yang tidak semua orang ketahui. Dengan begitu, menghargai pada kekurangan orang lain itu sangat baik untuk di lakukan.
Sejarah singkat tentang gangguan belajar dan gangguan berbahasa telah ditemukan sejak abad ke-19 di Eropa. Para ahli medis meneliti hubungan antara cedera otak dengan ketidakmampuan belajar dan berbahasa. Pada periode 1920-1960-an, psikolog dan pengajar mulai mengidentifikasi dan memasukan ketidakmampuan tersebut ke dalam ranah pendidikan, melalui bahasa, persepsi dan pendekatan gerak.
Pada tahun 1963, seorang psikolog ternama, Samuel Kirk, membuat pernyataan bahwa, anak yang menunjukkan banyak kekurangan (khususnya masalah persepsi, kesulitan belajar dan perilaku hiperaktif), dapat diasumsikan berhubungan dengan disfungsi neurologis. Kirk kemudian mulai menggunakan istilah "Ketidakmampuan-ketidakmampuan Belajar (Learning Disabilities atau LD)" yang menurutnya lebih tepat, serta dapat mendorong dilakukannya pemeriksaan dan penanganan, yang diperlukan anak. Definisi Samuel Kirk tentang ketidakmampuan belajar ini kemudian menjadi tonggak berbagai ranah bidang yang kita pelajari dewasa ini.
Periode berikutnya, berbagai konsep ketidakmampuan belajar mulai muncul dan beberapa ahli menawarkan beberapa definisi. Pada periode ini, banyak anjuran kepada orangtua dan para pengajar. Pemerintah pun mulai membuat peraturan dan memfokuskan pada penelitian yang lebih valid, misalnya pada memori. Kemudian, antara tahun 1985---2000 terjadi peningkatan jumlah siswa yang mengalami LD secara dramatis. Penelitian tentang penyebab, penanganan, dan berbagai pertanyaan tentang definisi dan pengajaran khusus pun meningkat.
Gangguan berbahasa berhubungan, tetapi juga secara independen terpisah dari gangguan belajar. Secara khas, berarti kesulitan dalam membaca, menulis dan berhitung.
Ada beberapa tiga kriteria gangguan berbahasa, di antaranya:
- Pengucapan bunyi (fonologi)
- Menyatakan (ekspresif)
- Menerima dan menyatakan (reseptif-ekspresif)
Anak dengan gangguan berbahasa pada perkembangannya menunjukkan kelemahan atau kekurangan kognitif ringan, akan tetapi beberapa kekurangan lain mungkin juga sia menjadi penyebabnya. Gangguan berbahasa dapat dikategorikan menjadi beberapa, yakni:
1. Gangguan Pengucapan Bunyi (fonologi)
Anak dengan gangguan ini memilki kesulitan mengartikulasikan bunyi dalam percakan. Merka mengucapkan bunyi yang tidak pas, mengganti pengucapan yang mudah dengan yang lebih sulit atau mengabaikan bunyinya. Banyak anak menunjukkan beberapa kesalahan artikulasinya dalam percakapn dan mengetahui tahapan perkembangan anak, dapat menjadi alat diagnosis yang paling utama.
2. Gangguan Menyatakan Bahasa
Penderita gangguan ini mengalami kesulitan berbahasa terutama dalam kosakata, tata bahasa dan berbagai aspek bahasa. Penderita yang lebih muda, Nampak sedikit sekali berbicara dan berbicara dengan sangat singkat. Bagian terpenting dari kalimat hilang dan kata yang janggal mungkin muncul. Permasalahan khusus pada penderita mungkin adalah munculnya banyak kesalahan memaknai bentuk kalimat seperti bentuk jamak atau kalimat kerja. Pengucapan kata mungkin juga perlu diperhatikan. Walaupun demikian, penderita kesulitan menyatakan bahasa (ekspresif) ini. Pada dasarnya, dapat memahami percakapan sesuai tingkatan usia sehingga mereka dapat merespons pembicaraan orang lain.
3. Gangguan Menerima dan Menyatakan
Gangguan ini meliputi kesulitan-kesulitan memahami komunikasi orang lain. Kalimat tunggal, frasa, kalimat dan kata yang bermakna banyak, atau bentuk lampau, menjadi persoalan bagi penderitanya. Anak mungkin akan gagal merespons percakapan, nampak seperti tuli, menaggapi percakapan orang lain secara tidak sesuai, atau menjadi tidak tertarik dengan televisi.
Berbahasa berarti berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa. Anak-anak yang lahir dengan alat artikulasi dan auditori yang normal akan dapat mendengar kata-kata melalui telinganya dengan baik dan juga akan dapat menirukan kata-kata itu. Ini berarti, daerah Broca (gudang tempat menyimpan sandi ekspresi kata-kata dalam otak) harus berfungsi dengan baik. Kerusakan pada daerah tersebut dan sekitarnya menyebabkan terjadinya gangguan bahasa yang disebut afasia.
Afasia ini dibedakan beberapa jenis, sebagai berikut:
- Afasia Motorik
Didapati adanya tiga macam afasia motorik ini, antara lain:
- afasia motorik Kortikal adalah hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran dengan menggunakan perkataan. Penderitanya masih mengerti bahasa lisan dan tulisan, namun ekspresi verbal tidak bisa sama sekali.
- Afasia Motorik Subkortikal terjadi karena kerusakan bagian bawah Broca. Penderitanya tidak dapat mengeluarkan isi pikirannya dengan menggunakan perkataan, tetapi masih bisa berekspresi verbal dengan membeo.
- Afasia Motorik Transkortika, gangguan berbahasa ini hampir sama dengan afasia Broca, di mana penderitanya tidak dapat memproduksi ujaran secara spontan. Intinya, penderita afasia transkortikal motorik tidak dapat mengatakan apa yang ingin mereka katakan. Mereka tidak bisa membentuk kata-kata. Namun, bila Anda meminta mereka untuk mengulangi suatu kata, mereka bisa melakukannya tanpa kesulitan. Contohnya, seseorang dengan gangguan ini ingin mengatakan bahwa dia haus, dia tidak bisa mengatakan "saya haus". Namun, dia bisa mengulangi kalimat "saya haus" bila diminta untuk mengulangi kata tersebut. Kasus ringan afasia transkortikal motorik dikenal sebagai ujaran telegrafik. Gangguan bahasa ini umumnya disebabkan oleh stroke pada bagian depan Broca.
2. Afasia Transkortikal Sensorik jenis afasia langka ini tidak bisa memahami apa yang orang lain katakan, tetapi bisa berbicara dengan lancar. Walaupun mereka bisa mengulangi kata-kata atau kalimat yang orang lain ucapkan, penderita afasia ini tidak memahami makna dari kata tersebut. Contoh, bila Anda menanyakan penderita afasia transkortikal sensorik, "Apakah kamu baik-baik saja?" mereka mungkin akan mengulangi beberapa bagian dari kata-kata tersebut, seperti, "Kamu baik" atau, "Apakah kamu baik-baik saja?" sebagai tanggapan. Jenis afasia ini disebabkan oleh cedera pada bagian otak di sekitar Wernicke, bagian otak yang berperan penting dalam memahami bahasa.
3. Afasia Transkortikal Campuran jenis afasia ini tidak bisa berbicara atau memahami orang lain ketika berbicara, tetapi bisa mengulangi kata-kata atau kalimat, dan menyanyikan lagu yang sering mereka dengar. Pada jenis langka ini, bagian utam bahasa (Broca dan Wernicke) tidak terganggu tetapi bagian yang berada di sekitarnya, juga dikenal sebagai bagian yang berhubungan dengan bahasa, mengalami kerusakan. Diperkirakan kerusakan bagian ini membuat bagian Broca dan Wernicke terisolasi dari sistem bahasa lainnya, termasuk kemampuan memproduksi ujaran secara spontan dan pemahaman bahasa baik oral maupun tulisan. Penyebab paling umum adalah stroke DAS pada bagian asosiasi bahasa sebagai akibat dari stenosis karotid internal yang parah.
4. Afasia Borca afasia ini dinamai dari nama penemu bagian otak yang bertanggung jawab dalam memproduksi ujaran. Afasia Broca sering disebut "afasia motorik" untuk menekankan produksi bahasa yang terganggu (seperti berbicara) sementara aspek berbahasa lainnya tidak mengalami masalah. Pada stroke, kerusakan di bagian broca merupakan dampak dari terganggunya aliran darah melalui pembuluh darah yang mensuplai bagian ini dengan oksigen dan nutrisi.
Pada umumnya, afasia broca mencegah seseorang dari membentuk kata atau kalimat yang jelas, namun mereka masih memahami apa yang orang lain bicarakan. Seringnya, penderita afasia merasa frustrasi karena mereka tidak bisa menyampaikan pikiran mereka ke dalam kata-kata. Beberapa penderita afasia bisa mengatakan beberapa kata, yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dalam jenis karakteristik ujaran dikenal sebagai ujaran telegrafik.
Karena beberapa pembuluh darah yang mempengaruhi afasia Broca juga membawa darah ke bagian yang mengontrol pergerakan salah satu sisi tubuh (biasanya sisi sebelah kanan), afasia Broca umumnya dibarengi dengan gangguan lain seperti hemiparesis, atau hemiplegia di sisi kanan tubuh, Alexia dan agraphia.
5. Afasia Global afasia ini adalah dampak dari kerusakan pada otak yang cukup lama melibatkan kedua bagian Broca dan Wernicke. Penderita afasia global tidak dapat memahami ujaran, atau berbicara. Pada beberapa kasus, penderita afasia global masih bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulisan.
6. Afasia Wernicke dinamai dari nama penemu bagian otak yang bertanggung jawab terhadap komprehensi bahasa. Penderita afasia Wernicke tidak bisa memahami orang lain, atau bahkan diri mereka sendiri, ketika berbicara. Ujaran mereka tidak dapat dipahami karena mereka membuat kalimat dengan susunan kata acak. Sebagai contoh, Anda mungkin mendengar penderita afasia Wernicke mengatakan: "pintu saya duduk lewat lampu di langit." Jenis pola bahasa ini terkadang disebut logorrhea. Namun, penderita afasia Wernicke akan merasa ucapan mereka dimengerti orang lain. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kewaspadaan akan adanya gangguan bahasa (anosagnosia). Seiring waktu, penderita afasia Wernicke mungkin mengetahui bahwa orang lain tidak memahami mereka ketika berbicara, sehingga mereka akan menjadi marah, paranoid, dan depresi.
Dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar bahasa dapat ditinjau dari berbagai teori yang kesemuanya masuk akal. Yang terpenting bagi kita dengan adanya teori-teori tersebut dapat membantu kesulitan anak yang sedang mengenal/belajar bahasa sehingga dapat memaksimalkan kemampuan mereka seperti yang kita harapkan.
Harruka Azka (191010700074)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H