Dua bulan menjelang waktu pemilihan umum (pemilu) 2024. Menjelang hari-h pemilu, publik banyak disuguhkan banyaknya rilis survei oleh banyak lembaga terkait elektabilitas calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres), elektabilitas partai politik, kepuasan publik terhadap pemerintah, dan hal-hal lain yang terkait.
Banyaknya rilis survei ini membuat banyak orang menjadi skeptis dengan rilis survei yang ada. Berbagai pihak mempertanyakan hasil survei yang dianggap "pesanan" oleh elit politik tertentu sehingga data yang disajikan tidak akurat.
Apalagi dari sekian banyak rilis survei menunjukkan angka yang beragam untuk sosok yang sama. Seperti yang bisa kita lihat pada elektabilitas pasangan Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran yang saling berganti berada dipuncak survei yang ada.
Penyebab Berbedanya Hasil Survei
Perbedaan hasil survei tidak berarti ada tindakan kecurangan disana. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hasil survei berbeda satu sama lain.
Pertama, waktu pengambilan data. Lembaga survei dalam menghimpun data tentu tidak lakukan secara bersamaan dengan lembaga lain, ada perbedaan waktu (berbeda hari, minggu, dan bulan) antar lembaga survei, padahal dinamika yang terjadi di masyarakat sangat lah mudah berganti seiring hari jadi.
Kedua, metodologi penelitian. Setiap lembaga survei pasti melakukan penelitian menggunakan cara mereka masing-masing termasuk dalam hal metodologi.
Ada lembaga yang menghimpun responden menggunakan wawancara langsung, ada juga yang menggunkan telpon, dan ada yang menggunakna kuesioner.
Lalu dari segi jumlah responden juga kerapkali berbeda, ada yang mengambil 1.200 responden, sedangkan survei lain 1.500 responden, dan lain sebagainya. perbedaan-perbedaan inilah yang membuat survei yang rilis kerap berbeda satu sama lain.
Mana Yang Akurat?
Perbedaan-perbedaan diatas tentu menjadi masyarakat menjadi bimbang untuk menilai survei mana yang paling akurat. Namun bukan berarti kita tidak bisa menilai setiap hasil survei.