Lihat ke Halaman Asli

Peta Suara PDIP di Masa Lalu dan Masa Sekarang

Diperbarui: 11 Agustus 2023   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo dari PDIP (Sumber: vector69.com)

Beberapa bulan menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) pemberitaan di media sosial dan pemberitaan nasional dibanjiri mengenai bakal calon presiden dan wakil presiden yang memiliki peluang untuk berkontestasi pada pemilu mendatang. Namun itu membuat masyarakat menjadi lupa pada pemilu yang dilaksanakan pada 14 Februari 2024 mendatang kita tidak hanya mencoblos capres-cawapres tetapi ada pula Pemilihan Legislatif (Pileg) yang kerap tidak dipedulikan masyarakat sejak Pileg berbarengan dengan Pilpres.

Pada keseluruhan hasil survei oleh lembaga survei menempatkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai posisi teratas dengan perolehan suara rata-rata diatas 20%. Ini membuat kans partai ini untuk hattrick pada Pileg mendatang cukup terbuka lebar setelah memenangkannya pada dua Pileg terakhir.

Jika melihat peta kekuatan PDIP sejak pemilihan legislatif dilaksanakan pada tahun 1999, suara partai pimpinan Megawati Soekarnoputri sangat kuat di Pulau Jawa terkhusunya pada Provinsi Jawa Tengah (Jateng) yang memang dikenal sebagai 'kandang banteng'. Bukannya tanpa alasan Jateng sejak Pileg 1999 berdasarkan buku Statistik Politik 2019 terbitan BPS mencatat Jateng selalu menjadi dua besar sebagai provinsi penyumbang suara terbesar bagi PDIP. Ini memang tidak terlepas dari suara pemilih Indonesia yang berpusat di pulau Jawa tetapi khusus Jateng perolehan yang didapat PDIP lebih stabil dibandingkan provinsi yang memiliki suara yang besar seperti Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Barat (Jabar). Di Jateng tercatat pada Pemilu 1999, PDIP berhasil meraih 7,3 juta suara atau 20% jumlah suara yang didapatkan PDIP secara nasional, proporsi tersebut meningkat menjadi 24% (5,2 Juta suara) pada pemilu 2004 meski pada saat itu PDIP mengalami penurunan jumlah suara nasional yang pada tahun 1999 meraih lebih dari 35,6 Juta suara (33,75%) menjadi 21 juta suara (18,53%). Kemudian pada pemilu 2019, PDIP di Jateng berhasil meraih 5,7 Juta suara yang merupakan perolehan tertinggi kedua partai itu sejak Pemilu 1999.  Kuatnya PDIP di Jawa Tengah ini memang tidak terlepas dari banyaknya tokoh-tokoh PDIP beberapa tahun terakhir berasal dari provinsi tersebut seperti Presiden Joko Widodo dan Capres dari PDIP sekaligus Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Lalu ada juga aspek historis Partai Nasional Indonesia (PNI) yang merupakan partai garapan Presiden Soekarno yang merupakan bapak kandung Megawati yang memiliki kekuatan besar di Jawa Tengah.

Sedangkan untuk provinsi diluar pulau Jawa, PDIP banyak mendapatkan suara di Sumatera Utara dan Bali. Khusus Sumatera Utara (Sumut) sendiri selain merupakan provinsi terbanyak pemilihnya diluar provinsi di Pulau Jawa. Namun PDIP memiliki tokoh-tokoh penting yang berasal dari sana, seperti Panda Nababan, Adian Napitupulu, Effendi Simbolon, dan Masinton Pasaribu. Banyaknya tokoh-tokoh ini tentu saja secara tidak langsung juga berhasil mendongkrak suara PDIP di Sumut, belum lagi adanya Bobby Nasution yang merupakan menantu dari Presiden Jokowi yang juga merupakan Walikota Medan sekarang ini semakin menguatkan partai moncong putih ini di Sumut.

Tren tersebut sepertinya juga akan kembali terjadi pada Pemilu 2024 mendatang, itu sudah mulai terlihat dari rilis berbagai hasil survei yang menempatkan PDIP sebagai partai dengan elektabilitas tertinggi, seperti survei Indikator Politik Indonesia (25,3%), Lembaga Survei Indonesia (LSI) (23,7%), dan Lembaga Survei Nasional (LSN) (19,2%). Kesemua survei itu sama-sama mengklaim PDIP akan kembali memenangkan Pileg 2024 mengalahkan partai-partai politik lain. Hasil itupun senada dengan banyak pengamat politik lain yang memprediksi PDIP akan menang mudah pada Pileg 2024 mendatang selain karena mesin partai yang besar, banyaknya figur-figur penting dan terkenal di partai tersebut menjadi nilai tambah, apalagi PDIP menjadi partai yang selalu konsisten memajukan Capres dari kader mereka sejak Pilpres diadakan pertama kali pada 2004. Dengan pada 2004 dan 2009 mengusung Ketum mereka Megawati. Lalu pada 2014 dan 2019 mengusung Jokowi, dan pada tahun 2024 sudah mengumumkan akan mengusung Ganjar Pranowo.

Meski begitu masih ada peluang dari partai politik lain seperti Gerindra dibawah pimpinan Prabowo Subianto yang memperlihatkan peningkatan suara dari pemilu ke pemilu ditambah Prabowo yang masih akan berkontestasi pada Pilpres 2024 dengan disinyalir membawa dukungan dari Presiden Jokowi beserta relawan Jokowi lain, bisa membuat tidaknya peluang Ganjar sebagai capres dari PDIP mengalami kekelahan tetapi hattrick Pileg yang diimpikan oleh PDIP juga turut gagal diraih.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline