Lihat ke Halaman Asli

Modal Asing Menurut Sjafruddin Prawiranegara

Diperbarui: 26 Desember 2022   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sjafruddin Prawiranegara. Sumber: Wikipedia.org

Penanaman modal asing mungkin sudah menjadi perdebatan yang sangat sering dibicarakan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Banyak yang mempertanyakan banyaknya modal asing yang masuk kedalam negeri yang dikhawatirkan memberatkan keuangan negara dikemudian harinya. Namun pemerintah berdalih penggunaan modal asing bisa membantu pembangunan infrastruktur untuk masyarakat luas dan lain sebagainya.

Definisi Penanaman Modal Asing (PMA) diatur dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Melihat sejarah perekonomian Indonesia, isu modal asing sudah menjadi pembahasan yang sudah lama ada sejak Indonesia merdeka. Salah satu Begawan ekonomi yang memiliki padangannya tersendiri mengenai penanaman modal asing yaitu Sjafruddin Prawiranegara. Sjafruddin sendiri pernah menjabat posisi dari Menteri Keuangan hingga menjadi Gubernur Bank Indonesia pada masa Demokrasi Parlementer.    

Sjafruddin Prawiranegara pernah menanggapi perihal penanaman modal asing pada saat diwawancarai tentang kisah hidupnya oleh Anne Booth dan Thee Kian Wie pada September 1986. Sjafruddin menganggap penanaman modal asingdi Indonesia dengan tidak menentang adanya modal asing di Indonesia selama lebih mementingkan rakyat dan modal tersebut digunakan untuk kepentingan ekspor bukannya konsumsi di dalam negeri, ia bahkan menganggap pada saat itu (Orde Baru) Indonesia tidak memerlukan minuman Coca Cola.  

dibandingkan berfokus kepada modal, menurut Sjafruddin Indonesia seharusnya lebih mengembangkan manusia melalui pendidikan untuk mengembangkan ekonomi dibandingkan hanya berfokus pada penanaman modal. Modal sendiri berasal dari manusia sehingga hal pertama yang harus dikembangkan ialah manusia bukan modal yang merupakan barang mati.

Pandangan ia tentang manusia menurutnya berbeda dengan para ekonom Indonesia lain. Ia melihat manusia sebagai faktor yang penting dan bukanlah barang mati dengan begitu roda perekonomian harus berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia atau masyarakat. Itulah yang dilakukan Sjafruddin pada awal kemerdekaan memperbaiki pertanian dan industri yang didasarkan pada pertanian.

Merujuk penjelasan diatas sudah sepantasnya bila pemerintah lebih memfokuskan pendidikan masyarakatnya yang mampu mendorong perekonomian Indonesia yang pada akhirnya bisa menyediakan modal untuk pembangunan didalam negeri dan tidak selalu bergantung pada modal asing yang sewaktu-waktu mengikuti kondisi geo-politik global yang semakin tidak menentu. Jika melihat kondisi pendidikan Indonesia sekarang memang masih tidak ada fokus yang mengarahkan pada perekonomian secara rinci dan kementerian terkait terlihat tidak ada sinergi untuk mencapai hal tersebut.

Sumber:

UU Nomor 25 Tahun 2007

Wie, T. K. (2005). Pelaku berkisah ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline