Lihat ke Halaman Asli

harrista adiati

psikolog klinis

Menangani Anak Hiperaktif Kala Pandemi

Diperbarui: 31 Agustus 2020   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Klikdokter.com

"Mama, aku bosan di dalam rumah!  Aku mau keluar!  Aku mau bermain di luar!" Kata Rio (5 tahun; bukan nama sebenarnya) sambil berlari-lari di dalam rumah.  Mama Rio merasa lelah dan tidak tahu harus berbuat apa ketika Rio yang Hiperaktif berada di dalam rumah sepanjang waktu selama masa stay at home ini terutama dalam mengikuti pembelajaran daring.

Ayah Bunda, tidak dipungkiri dalam masa pandemi Covid 19 ini, dimana kita lebih sering untuk  stay at home tentu saja banyak kegiatan yang akan dilakukan di dalam rumah. Situasi ini tidak mudah bagi semua orang, termasuk bagi anak hiperaktif dan orangtuanya. Apabila saat ini Ayah Bunda menaruh pada kepedulian pada anak hiperaktif atau memiliki anak Hiperaktif dan dalam masa pandemi ini kesulitan untuk menangani perilakunya maka artikel ini sangat tepat untuk dibaca lebih lanjut.

Ayah Bunda, apakah tahu tentang anak Hiperaktif itu yang seperti apa? Anak Hiperaktif atau dalam bahasa Psikologisnya disebut sebagai anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktif merupakan anak yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : sulit konsentrasi, tidak bisa duduk tenang, selalu bergerak seperti tidak mengenal lelah, tingkat kepatuhan yang rendah, emosi labil, bahkan jika keinginannya tidak dituruti maka anak akan berteriak-teriak bahkan memukul diri sendiri maupun orang lain.

Permasalahan yang dialami oleh Rio dan Mama Rio merupakan gambaran situasi yang terjadi pada keluarga yang mempunyai anak hiperaktif. Mengutip pendapat Saputro (Hikmawati, 2014) bahwa perilaku anak hiperaktivitas yang cenderung semaunya sendiri, seringkali menjadikan anak mengalami kesulitan  berelasi dengan orang lain.

Anak hiperaktivitas mengalami kesulitan untuk mematuhi instruksi karena anak tidak mampu mengendalikan diri. Orangtua seringkali memarahi dan bahkan memberi cap pada anak sebagai anak nakal atau usil. Anak hiperaktif mengalami permasalahan dalam hal belajar, apalagi dengan sistem daring saat ini.  

Kesulitan dalam belajar ini lebih disebabkan karena anak mengalami kesulitan dalam konsentrasi dan mengendalikan diri. Perilaku tidak dapat duduk tenang, berlari, memanjat secara berlebihan, atau sering pula berbicara terus menerus dan tidak berhenti dapat menjadi masalah ketika masa stay at home ini. 

Banyak anak hiperaktif memiliki taraf kecerdasan rata-rata (normal) dan bahkan ada yang lebih tinggi, namun dengan kondisi perilaku semacam ini disertai dengan pembelajaran daring yang minim kontak langsung maka bila tidak dikelola dengan baik akan membuat potensi anak tidak berkembang optimal.

Dikutip dari Website Kemdikbud (2020), yang menyatakan bahwa pembelajaran secara jarak jauh yang menggunakan jaringan (daring) akan dilakukan selama pandemi Covid 19 ini. Hal ini dilakukan untuk menjaga kamanan dan keselamatan siswa maupun guru dalam masa pandemi ini. Dijelaskan pula bahwa  pembelajaran yang disampaikan secara daring/ jarak jauh ini dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.

Tentu saja pembelajaran daring anak hiperaktif adalah sesuatu yang baru demikian juga bagi orangtua. Menangani anak hiperaktif 24 jam di dalam rumah saja sangat menguras energi apalagi ditambah dengan mendampingi pembelajaran daring. Apa yang bisa dilakukan orangtua dengan situasi seperti ini?

Berikut adalah tips jitu yang dapat dilakukan oleh orangtua dalam menghadapi perilaku anak saat stay at home dan mendampingi pembelajaran daring, yaitu (Wijaya, 2015) :

  • Terapkanlah Pola asuh 3 P (Penuh kasih sayang, Penghargaan, Persahabatan)

Penuh kasih sayang dapat diungkapkan dengan memberikan perhatian positif, pujian, kata-kata semangat. Penghargaan dapat diberikan dengan cara memberikan  apresiasi dalam perilakunya yang positif seperti acungan jempol, pujian, pelukan. Persahabatan dapat ditunjukkan dengan menjadi teman ngobrol yang asyik bagi anak, tentang tugas sekolahnya, tentang bermain, dan hal lainnya.

  • Terapkanlah Disiplin positif
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline