Lihat ke Halaman Asli

Mimpi

Diperbarui: 18 Mei 2016   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam sangat dingin dengan awan yang menutupi sebagian besar langit. Tidak ada satu bintang pun yang terlihat. Hanya tetesan air yang jatuh bergantianlangit. Langit pun menembakkan cahaya berbentuk retakan di ujung selatan dan disusul suara guntur yang menggetarkan kaca.

"Tidur sini aja. Sebentar lagi badai." kata pria tua dengan sarung dan baju koko.

“Gak usah pak, mumpung blum hujan saya pulang dulu." aku bergegas berdiri dari kursi. Sesampainya di pintu hujan turun sangat lebat hingga seperti deretan kain yang di bentangkan. 

"Ada kamar kosong kok!" kata pria tua itu sambil tetap menghisap sebatang rokoknya.

Aku kembali duduk di kursi panjang dan menaruh belakang kepalaku pada sandaran empuk dari busa. Pria tua itu beranjak dari kursi sambil membenahi sarungnya. "An, siapin kamar buat Wahyu!" perintahnya pada Ani sebelum pergi.

"Iya nanti!" saut Ani sambil sibuk dengan hp nya.

"Hujan-hujan jangan main hp!" kataku sambil mematikan hp-ku sendiri. "Motorku gimana nasibnya?"

"Gak papa, sekalian di cuci. Hahaha..."

"Emang sih belum aku cuci." aku merosot di kursi panjangku sambil memandang wajah Ani yang masih menatap hujan dari balik jendela. kemudian aku berdiri sambil melepas jaket hitamku.

"Mau kemana?" tanya Ani kaget.

"Mau masukin mintor."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline