Lihat ke Halaman Asli

Harris Usman Amin

I am just an ordinary person

Menilai Calon Pemimpin Lewat Teori Praktik Pierre Bourdieu

Diperbarui: 11 Januari 2024   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bulan Februari  mendatang akan menjadi pesta demokrasi bagi rakyat Indonesia yang akan memilih Presiden dan Wakil Presiden dan wakilnya di DPR yang akan memperjuangkan kepentingan rakyat. Banyak cara dilakukan oleh para calon untuk meyakinkan rakyat agar memilih mereka di bulan Februari nanti, mulai dari blusukan menemui rakyat sampai dengan melakukan debat yang difasilitasi oleh KPU. Namun bagi rakyat apakah ada cara menganalisis calon pemimpin yang akan mereka pilih nanti?. Meskipun hanya sebuah analisis dan belum tentu mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari seorang pemimpin, namun gagasan dalam tulisan ini dapat menjadi suatu opsi untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menilai dan memprediksi kemampuan seorang calon pemimpin.

Dalam tulisan ini disampaikan gagasan untuk menggunakan teori Praktik dari Pierre Bourdieu dalam menganalisis calon pemimpin. Teori Praktik adalah teori yang disampaikan oleh seorang sosiolog dari Perancis yang bernama Pierre Bourdie. Dalam teori ini  seseorang atau agen akan bertindak dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu Habitus, Modal dan Ranah. Habitus merupakan produk sejarah yang terbentuk setelahmanusia lahir dan berinteraksi dengan masyarakat dalamruang dan waktu tertentu. Habitus bukan bawaan alamiahatau kodrat tetapi merupakan hasil pembelajaran lewatpengasuhan dan bersosialisasi dalam masyarakat. Prosespembelajarannya sangat halus, tak disadari dan tampilsebagai hal yang wajar. Modal dalam pengertian Bourdieu sangatlahluas karena mencakup: modal ekonomi, modal budaya,dan modal simbolik digunakan untuk merebut danmempertahankan perbedaan dan dominasi. Sedangkan Ranah atau arena atau medan (field) merupakanruang atau semesta sosial tertentu sebagai tempat paraagen/aktor sosial saling bersaing. Di dalam ranah/arenapara agen bersaing untuk mendapatkan berbagai sumbermaupun kekuatan simbolis (M Siregar, 2016).

Menurut Teori Praktik seseorang dalam bertindak akan dipengaruhi oleh Habitus, Modal dan Ranah. Habitus mempunyai peran yang cukup besar karena habitus merupakan bentukan dari perjalanan hidup, interaksi yang sudah terjadi selama hidupnya akan membentuk habitusnya. Kalau kita analisis pada seorang calon pemimpin maka kita bisa lihat bentukan habitusnya dari keluarganya, lingkungan tempat dia berkembang dari kecil sampai besar, kemudian bagaimana interaksinya dengan orang-orang terdekatnya, apakah kehidupannya dalam suasana yang religius atau mungkin dalam kehidupan yang modern. Melalui hal-hal tersebut kita bisa menganalisis bagaimana habitus yang terbentuk pada seorang calon pemimpin.

Setelah Habitus, kita bisa menganalisa Modal atau biasa disebut juga dengan kapital. Modal seorang calon pemimpin dapat berupa jabatan  atau status yang dimilikinya, sebagai contoh seorang calon pemimpin yang berstatus pemimpin partai akan memiliki modal yang lebih besar dari yang bukan, atau seorang incumbent akan mempunyai modal yang lebih besar dari penantangnya. Modal juga dapat berupa status pendidikan, dengan memiliki pendidikan yang tinggi maka seorang calon pemimpin juga akan memiliki modal yang lebih baik karena memiliki pola pikir yang dianggap lebih baik. Modal juga dapat berupa modal ekonomi, dengan mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi maka seorang calon pemimpin juga akan memiliki modal yang baik untuk menunjang setiap kegiatannya yang memerlukan dana.

Selain Habitus dan Modal seseorang juga akan dipengaruhi oleh Ranah. Menurut Bourdieu, ranah atau medan merupakan ruang atau semesta sosial tempat berinteraksi dan bersaing. Ranah juga dapat disebut sebagai lingkungan sekitar seseorang yang dapat mempengaruhinya. Jika kita menilai ranah seseorang maka kita bisa melihat arena tempatnya bersaing dan berinteraksi, jika arenanya dalam lingkungan politik maka akan mempengaruhi pikiran dan tindakannya begitu juga jika arenanya berada pada lingkungan agamais maka akan mempengaruhi tindakan dan perilakunya. Sebagai contoh seseorang yang arenanya berasal dari swasta atau pengusaha akan berbeda dengan yang berasal dari pemerintahan atau dari akademisi.

Dengan melakukan analisis pada ketiga komponen diatas pada seorang calon pemimpin, maka kita bisa mendapatkan gambaran bagaimana seorang pemimpin akan bertindak dengan pengaruh dari habitus, modal dan ranah yang dimilikinya. Ketiga komponen tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan serta kebijakan-kebijakan yang akan diputuskannya sebagai seorang pemimpin dimana kebijakan tersebut akan berpengaruh kepada masyarakat. Oleh karena itu sebagai masyarakat yang peduli dengan kemajuan bangsa tentu wajib bagi kita untuk mengenali siapa calon pemimpin kita yang akan diberikan amanah selama 5 tahun ke depan untuk membawa bangsa Indonesia menjadi negara maju dan mensejahterakan warganya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline