Lihat ke Halaman Asli

Harris Maulana

TERVERIFIKASI

Social Media Specialist

Sepucuk Surat Dari Anak SD di Pelosok Negeri

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Ari saat upacara

Hari ini kami kedatangan tamu teman-temannya Pak Ari, guru kami tercinta. Mereka datang dari kota menggunakan 2 mobil bagus untuk mengunjungi sekolah kami. Seharusnya hari sabtu ini libur, tapi karena kedatangan mereka kami harus masuk. Senang juga sih bisa bertemu dengan teman-teman, termasuk temannya Pak Ari. Bahkan kami akan diajak menginap bersama mereka di sekolah. Dan akhirnya saat tadi subuh mereka datang. Kebetulan mereka menginap dirumahku yang berada disamping sekolah. Saat mereka sudah siap, kami dikumpulkan oleh Pak Ari di lapangan. Seperti upacara di hari senin. Pak Sudirman kepala sekolah kami mengucapkan selamat datang. Mereka memperkenalkan diri satu per satu. Ada yang jadi guru seperti Pak Ari. Ada yang sudah bekerja sebagai pegawai dan ada juga yang masih sekolah. Tapi persamaan mereka semua membawa kamera untuk foto-foto. Ada yang bawa kamera kecil, besar dan ada yang pakai tongkat Kemudian kami juga ditanya cita-cita. Teman-teman ada yang ingin jadi presiden, polisi dan tentara. Aku sendiri ingin jadi pemain bola. Tapi rasanya sulit, sepatu bola saja aku nggak punya. [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Pak Ari saat upacara"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Inilah kami dan sekolah kami"]

Inilah kami dan sekolah kami

[/caption] Setelah upacara kami semua diberi tas dan buku. Katanya sumbangan dari orang-orang yang sayang dengan kami. Aku senang sekali masih ada yang sayang dengan kami selain bapak dan emak. Selesai pembagian buku kami masuk kelas masing-masing. Aku sendiri masuk ke kelas 3-4. Jadi sekolah kami itu terdiri dari 3 kelas dan 1 ruang kepala sekolah termasuk ruangan Pak Ari dan guru-guru lainnya. Tiga kelas itu kelas 1-2, 3-4, dan 5-6. Tiap kelas dibagi 2. Jadi kami bisa mendengar ketika kelas lain sedang belajar. Bisa ngintip-ngintip juga. Tapi seringnya terganggu jadi belajarnya nggak konsentrasi. [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Inilah Kelas Kami yang dibagi 2 Bagian"]

Inilah Kelas Kami yang dibagi 2 Bagian

[/caption] Dalam kelas kami disuruh membuat prakarya. Pak Ari meminta kami memotong-motong kertas dan membentuk sebuah pulau. Kemudian dilem dan ditempelkan ke dalam kertas karton yang besar. Kami dibantu oleh Kak Citra dan Kak Harris yang suka foto-foto pake tongkat. [caption id="attachment_344309" align="aligncenter" width="432" caption="Hasil Prakarya teman-teman sekelasku"]

1411620530947370355

[/caption] Tidak lama prakarya kami selesai. Kakak-kakak menjelaskan bahwa prakarya ini adalah pulau-pulau di Indonesia dan diberi judul "Indonesiaku". Kami juga ditunjukkan dimana kami tinggal yaitu di ujung barat Pulau Jawa. Sebenarnya aku ingin bertanya katanya Indonesia itu kaya, kaya itu seperti apa sih kak? Apakah mereka juga seperti kami? Tapi aku lebih memilih menempelkan sisa-sisa lem pada kerudungnya Ani yang mengadu kepada Kak Citra. Setelah selesai kami semua dikumpulkan lagi di lapangan. Dengan prakaryanya masing-masing dan kembali difoto. Disuruh panas-panasan lagi, padahal perut aku sudah lapar. [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Inilah Hasil Prakarya Kami"]

Inilah Hasil Prakarya Kami

[/caption] Dan waktu yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Makan bersama. Kami disuruh membawa bekal dari rumah karena akan diadakan makan siang bersama. Hari ini lauknya tempe dan sayuran. Teman-teman ada yang membawa mie, tapi ada juga yang tidak membawa bekal karena entah lupa atau tidak ada makanan dirumahnya. [caption id="" align="aligncenter" width="562" caption="Makan bersama kakak-kakak"]

Makan bersama kakak-kakak

[/caption] Setelah selesai Pak Ari menjelaskan bahwa kita boleh pulang dulu untuk membawa bekal untuk menginap. Dengan sabar Pak Ari selalu menjawab pertanyaan yang aneh-aneh dari teman-teman. Boleh bawa bantal nggak pak? Bawa sarung nggak pak? Dan pertanyaan macam-macam lainnya. Pak Ari selalu sabar menghadari kenakalan teman-teman, termasuk aku. Sejak kedatangan Pak Ari 10 bulan lalu semangat belajar kami meningkat. Tadinya banyak teman-teman yang malas belajar dan jarang masuk. Tapi sejak Pak Ari datang mereka menjadi rajin. Cara mengajar Pak Ari berbeda. Pak Ari memberi pelajaran sambil bermain. Tidak selalu harus menulis dan banyak PR. Bagaimana mau mengerjalan PR, lampu seringnya mati saat malam hari. Jadi kami semua sangat sayang dengan Pak Ari. Jangan tinggalkan kami ya pak. Pak Ari harus tetap menjadi guru kami. Beberapa teman bahkan akan berhenti sekolah kalau Pak Ari pindah. Dengan Pak Ari kami bisa bermain dan bercanda. Kadang kami bersama main ke laut, memancing atau berenang di danau tepi lapangan golf. Kegiatan yang menyenangkan yang selama ini tidak kami dapatkan. Sore ini kami bersama teman-teman berkumpul di pantai belakang sekolah. Bermain bersama teman-teman termasuk bersama kakak-kakak temannya Pak Ari. Sepertinya kakak-kakak itu semuanya senang bermain di pantai. Aku sendiri hampir tiap hari bermain di pantai. Menangkap ikan, kepiting, mengumpulkan kerang, dll. Bahkan kadang-kadang Pak Ari juga ikut. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Kami semua bermain dengan gembira (Foto : Adhi Kurniawan, @citno)"]

Kami semua bermain dengan gembira

[/caption] Setelah makan malam kami semua berkumpul kembali. Membentuk lingkaran di depan sekolah dan membuat api unggun. Kemudian Kak Andy mengeluarkan barang yang menyerupai balon. Mereka menyebutnya lampion. Kami diajarkan untuk menyalakannya dan menerbangkannya. Senang sekali bisa bermain lampion yang bisa terbang ke angkasa. Kata kakak-kakak sebelum menerbangkan lampion sebutkan cita-citamu dan berharap bisa tercapai. Seperti lampion yang terbang tinggi menuju langit. Kalau lampionnya nabrak pohon kelapa gimana kak? Kamu buat lampion lagi dan terbangkan lagi. Begitu kata kakak menyemangati. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Acara api unggun dan menerbangkan lampion (Foto : @citno)"]

Acara api unggun dan menerbangkan lampion (Foto : @citno)

[/caption] Keesokan harinya kakak-kakak kami ajak ke danau tempat rahasia kami bermain. Di sini kami bisa berenang sepuasnya tanpa takut tersapu ombak atau terkena batu. Teman-teman semua langsung masuk ke dalam danau. Termasuk kakak-kakak. Lucu juga ada kakak yang ternyata tidak bisa berenang. Dia hanya basah-basahan dan berendam ditepi danau. Setelah berenang kakak-kakak kami ajak ke lapangan golf tempat kami biasa bermain bola, perosotan, petak umpet, dan lain-lain. Namun kadang kami harus kabur ketika ada pegawai golf yang mengusir kami. Beruntung bapak salah seorang teman kami bekerja di sana, jadi jika bapak tersebut yang jaga kami masih boleh bermain. Kemudian kami semua kembali ke sekolah. Kakak-kakak bersiap untuk pulang kembali ke Jakarta. Sesungguhnya aku masih ingin bermain bersama mereka. Rasanya belum puas. Aku masih ingin bermain bola dengan Kak Andi dan Kak Shirli. Masih ingin belajar memotret dengan Kak Aan dan Kak Adhi. Belajar prakarya dengan Kak Citra. Aku hanya bisa melambaikan tangan ketika mereka pergi. Entah bisa bertemu lagi atau tidak dengan mereka. Tapi yang jelas mereka sudah mengajarkan banyak hal kepada kami. Tentang indahnya Indonesia. Luasnya negeri, bukan hanya sebatas Banyuasih. Tentang cita-cita yang harus dicapai. Bukan hanya sekedar keinginan, tapi harus diwujudkan dengan belajar, usaha dan doa. Setinggi langit. Setinggi lampion yang mengangkasa. Beruntung kami masih punya Pak Ari yang akan selalu mendampingi kami. Membimbing dan memberikan pelajaran. Juga menjadi teman bermain kami. Aku berjanji tidak akan nakal lagi. Aku akan tekun belajar. Sekolah terus sampai cita-cita tercapai. Menjadi kebanggaan bapak dan emak. Kebanggaan Banyuasih. Juga menjadi kebanggaan Pak Ari dan kakak-kakak semua.

1411621109598366594

Salam, Hafit, Kelas 4 SD Banyuasih 3 Pandeglang Banten. *) Kak Ari adalah Muhammad Asyari. Guru dari Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa yang ditempatkan di SD Banyuasih 3 Pandeglang selama 1 tahun sejak 24 November 2013. **) Seperti diungkapkan penulis dalam rangka mengunjungi guru penempatan dari Sekolah Guru Dompet Dhuafa pada tanggal 19-21 September 2014 bersama Komunitas Komunitas Filantropi Pendidikan (@Relawan_KFP) yaitu komunitas yang selalu berusaha untuk Menyulut mimpi anak-anak Indonesia melalui dunia pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline