Lihat ke Halaman Asli

Sepotong Cerita Cinta Di Bulan Desember

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rintik berjatuhan di tengah malam desember  yang sunyi ini, suasana sepi yang menyergap hilang seketika dikala butiran air itu mulai melebur dengan tanah. Hanya tinggal sepasang mata yang masih menangkap dibalik tumpukan embun. Butiran air yang jatuh membawa sepotong demi sepotong kisah masa lalu kembali menarik untuk diperdebatkan dalam kepala ini. Masa depan berlalu seperti kilatan petir yang turun ke bumi, begitu cepat hingga bergabung dengan masa lalu yang lain.
Membayangkan 10 tahun silam hanya selama 2-3 kali kedipan mata. Setiap inchi bagian otak ini dapat merekam dengan baik selembar demi selembar kisah yang aku torehkan pada waktu itu.

Wanginya bunga kenanga didepanku pagi itu tak tercium, seakan-akan terkalahkan dengan paras cantik seorang pegawai baru didepan toko kami. Rambutnya panjang terurai diterbangkan angin, angin pagi yang sepertinya juga takjub dengan kecantikan wanita itu.

Untuk saat ini saya hanya bisa melihat siluetnya di celah2 beragam bunga di etalase toko ini, oya saya lupa memperkenalkan diri nama saya adalah verno. Seorang penjaga di toko bunga yang sudah turun temurun dimiliki oleh keluarga saya. Toko ini berada di kawasan kompleks pertokoan yang cukup ramai. Dan ditempat inilah, dibalik sehelai daun kenanga, sepasang mata yang tak pernah berkedip mengamati kecantikan wanita itu.
Sudah seminggu belakangan ini saya hanya bisa mengamati dia dari kejauhan. Tidak ada keberanian sama sekali bahkan hanya untuk menyapanya. Jangankan menyapa, bertatap muka pun kami belum pernah. Namun pada minggu ke-2 sejak pertama kali saya melihatnya, sepertinya alam semesta ini menginginkan kita bertemu. Wangi bunga kenanga inilah yang merasuki indra penciumanya sehingga ia tertarik untuk menuju ke toko kami. "Permisi mas" sapa lembut sang wanita pegawai baru di toko sebelah itu. "Iya ada yang bisa saya bantu?" Jawabku yang tengah merapikan bunga2, saya belum mengetahui bahwa itu adalah suara wanita yang 2 minggu belakangan ini selalu menggangu pikiranku. Dan ketika saya menoleh, saya ternganga. Dia 3x lipat terlihat lebih cantik ketika berada sedekat ini. Seketika itupun waktu seperti membeku, seakan-akan tuhan mengijinkan saya untuk berlama-lama menatap keindahan wajahnya dari jarak yang sedekat ini. "Mas?" Suara lembutnya meruntuhkan lamunanku,
"o..oh, I....iyaa mba?" Suaraku parau terbata-bata. Dia ingin memesan seikat bunga mawar yang sudah dirangkai. suaranya begitu lembut, merayap masuk ke dalam otak. Terekam dengan begitu baik. Sampai saat ini setelah 10 tahun berlalu, semua itu masih sangat jelas. Rintikan-rintikan hujan semakin banyak, semakin deras mengguyur tanah yang kering karena seharian penuh diterpa terik matahari. Masih matahari yang sama dengan yang 10tahun lalu.

matahari pada siang waktu itu seperti ada di setiap sudut-sudut langit, membakar semua yang ditatapnya. panasnya dengan mudah  mampu  membakar air menjadi uap air. Verno pun merasa sangat gerah pada hari itu, kerongkonganya pun dirasa begitu kering, haus menjalar di sekujur tenggorokanya. Dan pandangan matanya langsung menuju ke coffe shop yang baru berdiri sekitar 3minggu itu di depan tokonya. Coffe shop yang didalamnya bekerja seorang pegawai wanita yang selalu bisa membuat hatinya berdebar-debar. "Ini seharusnya kesempatan untuk ketemu, tp bakal grogi gak ya ntar? Iya, enggak, iya, enggak. Hiss dilema" verno berdebat dengan sisi keraguanya, dan setelah memantapkan diri akhirnya dia nekat untuk kesana. Kali ini si wanita penjaga mengikat rambutnya dengan model ikat jepang, dengan kemeja putih dan rok hitam diatas lutut. Verno tersenyum dari kejauhan. Verno pun langsung menuju ke meja yang kosong, dan wanita itu pun langsung menghampirinya. "Tumben
kesini mas, mau pesen apa?" "Iya ni, lg haus. Capuchino ice satu ya mba" " itu aja mas?" "iya mba anne" matanya sambil melirik papan nama yang menempel di bajunya. Si pelayan itu pun tersenyum dan menjulurkan tanganya. "Nama saya bukan anne, tapi zeetha." Verno pun menyambut tanganya dengan senyum malu. "Saya verno" dan dia berjanji, saya akan lebih sering ke coffe shop ini. Capuchino ice siang itu berhasil mendinginkan kerongkongan yang kering karena cuaca panas, begitu pun zeetha yang berhasil mendinginkan hati verno yang panas karena cinta.

Semenjak pertemuan mereka pada siang itu, tidak ada lagi tembok keragu-raguan yang menghalangi verno. Dia pun lebih berani menyapanya ketika berpapasan, mampir ke coffe shop nya dikala senggang, dan tertawa lepas di setiap obrolan mereka. Sampai akhirnya mereka berdua berencana untuk pergi berkencan,

Malam minggu pertama dengan zeetha, langit malam sangat cerah pada malam itu, gugusan rasi bintang berkelana bebas di atas bumi ini. Sebebas hati ini yang sudah lama tak tersentuh oleh cinta, tergeletak di dalam dada sendiri sangat lama. Tapi berbeda sekarang, semua itu karena zeetha. Dia begitu cantik malam ini, rambut ikat jepangnya kembali menarik untuk dinikmati. Kami duduk di pinggir jalan sambil menikmati jalanan yang senggang malam itu. "tha, sapa verno memecah keheningan." "Iya ver?"
"Percaya nggak sama yang namanya cinta pandangan pertama?"
"Uhuuuk" zeetha pun kaget dgn pertanyaan verno.
"kalo makan doa dulu makanya, jadi batuk kan."
"Hehee, iya maaf ver"
"Jadi? Percaya ga tha?"
"Cinta pandangan pertama ya? Menurutku itu sama aja kayak kamu nemuin segelas air di padang pasir ver”

“maksudnya tha?”

“jadi gini, kalo kita nemuin segelas air di padang pasir pastinya kita pengen langsung minum air itu. Padahal kita gatau air itu bersih atau mengandung racun yang sengaja dipasang disitu untuk jebakan. Begitu halnya dengan cinta pandangan pertama, kita gatau orang itu cocok untuk kita atau malah sebaliknya bertepuk sebelah tangan. Kita harus mengambil resiko untuk memilih, Tetap meminum segelas air itu sambil berharap bahwa air itu tidak mengandung racun, atau mati terkapar karena ternyata air itu beracun. Paham ver?”

“paham tha jadi intinya aku harus ngambil resiko ya?”

“aku? Jadi kamu yang lagi love at first sight?”

“eh maksudku, itu, anu, apa, pokoknya gitu lah. Cuman mengibaratkan.”

verno terlihat sangat gagap dan mukanya memerah. dan tiba2 verno langsung meraih tangan zeetha, menggenggamnya begitu erat dan ia tempelkan didadanya. Tepat dibaliknya jantung yang berdegup tidak karuan karena keadaan ini. Sebuah keadaan yang kelak akan merubah dunia mereka, menjadi dunia yang sedikit rumit, rumit yang diakibatkan oleh perasaan yang berkecamuk didalam hati mereka, RASA CINTA.

Zeetha, maukah kamu jadi pacarku? Verno mengatakannya begitu lirih, sungguh dengan perasaan. Seakan-akan bukan mulutnya yang mengucapkanya tadi, melainkan sisi didalam hatinya yang mengutarakanya.

Mata zeetha berkaca-kaca, dia lah lelaki pertama yang begitu berani mengutarakan ini begitu cepat. Tanpa ingin mengetahui latar belakang dirinya.  Tetapi bukan karena ini zeetha menangis, melainkan karena cara verno dalam mengucapkan kata2 tadi. Belum ada seorang laki2 di dunia ini yang bisa membuatnya menangis hanya dengan mendengar suaranya. Verno lah orangnya, yang mampu membuat zeetha menangis hanya dengan ucapanya. Zeetha pun bingung, kenapa ia bisa menangis hanya dengan mendengar ucapan verno. Yang jelas dia merasakan ketulusan verno, sungguh ucapan yang berasal dari lubuk hatinya, zeetha tak dapat lagi berbicara. Dia kemudian memeluk verno, menjatuhkan tiap tetes air matanya dalam pelukan pria yang akan menjadi pasangan hidupnya mulai malam ini, malam dimana mereka saling mengetahui perasaan satu sama lain, malam dimana bintang-bintang menjadi lebih terang karena ucapan verno, malam dimana sebuah ucapan yang benar-benar tulus mampu menumpahkan air mata kebahagian, secuil malam yang penuh makna bulan desember. Bulan desember beberpa tahun yang lalu, yang selalu akan teringat ketika desember-desember lain datang meski pada tahun yang sama. Menempel menjadi kenangan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline