Lihat ke Halaman Asli

Seruan Danau Toba

Diperbarui: 7 November 2023   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku Danau Toba, danau vulkanik terbesar, bukan saja karena luasnya namun juga dengan budayanya. Aku berdiam ditengah pulau, menjadi ikon kebanggaan bagi suatu bangsa. Aku bersahabat dengan segala mahkluk, aku memberi damai kepada semua.

Tapi lihatlah, aku sekarang merana, aku sedih, aku kritis, aku terancam, aku tercemar. Siapakah gerangan yang hendak pedulikan aku? Adakah gerangan mendengar teriakku dan seruanku? Aku memohon, perhatikanlah aku, lihatlah aku, pedulilah kepadaku.

Sedikit saja waktu yang aku miliki, aku memohon, jangan biarkan aku seperti ini. Bukankah engkau datang kepadaku hendak mencari kedamaian? Bukankah engkau datang kepadaku hendak memenuhi ekonomimu? Bukankah engkau datang kepadaku hendak melihat keagungan-Nya? Marilah, berikan kepedulianmu, sedikit saja. Aku hanya meminta engkau peduli akan aku.

Ingatlah, aku memiliki batas kesabaran, bilamana kesabaranku akan habis, penyesalan yang akan aku hadirkan. Aku bersahabat dengan angin, aku berteman dengan semesta. Bilamana kesabaranku habis, badai mungkin akan melandamu, kehancuran telah mengintipmu. Adakah engkau terjaga akan gugatanku? Adakah engkau lamban mengerti? Adakah engkau tidak dapat membuat kalkulasi?

Tidak banyak waktu lagi, segeralah bertindak, lekaslah bergegas, satukanlah semangatmu, ambillah keputusan, laksanakan kebijakan, tuntaskan konservasi. Aku Danau Toba tidak dapat menahan diri, hutan gundul, resapan air tidak terjadi, longsor akan segera tiba, kepunahan akan menjadi malapetaka, ingatlah, aku Danau Toba, sudah menyampaikan kepadamu, segeralah pedulikan aku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline