Lihat ke Halaman Asli

Bukti Eksistensi Allah yang Tak Terbantahkan

Diperbarui: 28 September 2023   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Eksistensi Allah masih menjadi perdebatan sampai saat ini. Ada berbagai paham yang menentang eksistensi Allah. Hal ini dikarenakan ada sekelompok orang yang tidak mempercayai bahwa Allah itu ada dan bahwa Allah itu yang telah menjadikan segala sesuatu yang ada didunia ini. Teori-teori dilahirkan untuk membantah eksistensi Allah. Paham-paham dibangun sedemikian rupa untuk memastikan dan mendukung keyakinan mereka bahwa Allah itu tidak ada.

Sesungguhnya siapakah manusia menuntut bukti untuk memastikan bahwa Allah itu eksis? Namun, pada bagian ini, saya akan menguraikan beberapa hal yang dapat membuktikan bahwa Allah itu eksis dan eksistensi Allah itu tidak bergantung kepada sesuatu melainkan sesuatu itu ada menyatakan secara tidak langsung akan eksistensi Allah.

Pertama, dengan melihat alam semesta maka kita dapat membuat sebuah konklusi bahwa Allah itu ada. Setiap akibat pasti ada penyebabnya. Bila kita melihat hutan, laut, gunung, lembah, danau, awan, langit, dan segala sesuatu yang ada di alam semesta maka meskipun tidak pernah melihat ada yang membuat alam semesta, tetapi fakta bahwa alam semesta ini ada menyatakan bahwa ada pembuat alam semesta ini. Bila kita melihat dari perspektif kosmos maka dapat disimpulkan bahwa Allah itu ada.

Kedua, ada yang menyatakan bahwa Allah itu tidak ada karena Dia tidak dapat dilihat oleh mata. Bila yang menjadi persoalannya ialah bahwa Allah itu tidak dapat dilihat karenanya Allah itu tidak ada, maka bagaimana dengan sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata tetapi diyakini bahwa hal itu ada? Bagaimana dengan angin? Bagaimana dengan pikiran? Bagaimana dengan perasaan? Apakah ada yang dapat melihat hal ini? Lalu mengapa orang percaya bahwa angin, pikiran, dan perasaan itu ada? Bukankah hal tersebut tidak dapat dilihat? Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa Allah itu eksis sekalipun tidak dapat dilihat oleh mata.

Ketiga, adanya kesadaran moral dalam diri manusia. Kesadaran moral merupakan sesuatu yang menempatkan kewajiban terhadap sesuatu yang diperintahkan, oleh sesuatu yang memerintahkan yang bersifat mutlak. Manusia memiliki kesadaran moral karena mengetahui apa itu yang baik dan jahat. Manusia bisa mengetahui sesuatu itu baik atau jahat karena mereka mendapatkan kewajiban yang diberikan oleh sesuatu yang mutlak kepadanya. Manusia tidak mungkin sebagai sesuatu yang mutlak karena manusia sifatnya terbatas sehingga harus ada yang diatas manusia yang bersifat mutlak yang memberikan kesadaran moral itu. Dengan bertindak menurut standar moral baik atau jahat maka secara tidak langsung manusia mengakui eksistensi Allah.

Keempat, karakteristik dari alam semesta adalah keteraturan dan pengaturan yang bermanfaat. Manusia selalu menyusun dalam kehidupannya suatu tatanan yang teratur untuk suatu tujuan atau manfaat. Melihat kompleksitas alam semesta, namun tersusun begitu teratur dan memiliki berbagai manfaat dalam setiap halnya, membuktikan bahwa ada sang ahli yang telah merancang alam semesta. Para ilmuwan atau fisikawan telah meneliti bahwa putaran bumi dan planet-planet yang lain mengelilingi matahari tersusun secara teratur sehingga tidak ada yang saling bertabrakan dan putaran itu bermanfaat memberikan musim bagi planet bumi. Hal ini membuktikan bahwa Allah, Perancang Ahli, Pencipta alam semesta ini dengan keteraturannya dan pengaturannya yang bermanfaat.

Setidaknya dari keempat argumen diatas dapat disimpulkan bahwa Allah itu eksis dan eksistensi Allah -sekalipun tidak bergantung kepada sesuatu- tetapi sesuatu itu telah membuktikan bahwa Allah itu eksis. Dengan melihat alam semesta yang terbentang luas dengan berbagai keindahan dan kedahsyatannya, yang mana alam semesta ini tersusun begitu teratur dan setiap bagiannya memiliki kebermanfaatan telah membuktikan bahwa Allah itu eksis. Hal ini tidak terbantahkan!

Bagi orang percaya meyakini bahwa Allah itu ada dan Dia yang telah menjadikan segala sesuatu yang ada di dunia ini. Allah dapat dikenal oleh manusia, tetapi manusia tidak dapat mengenal Allah secara lengkap, menyeluruh, dan sempurna. Ini dikenal dengan adagium Finitum non possit capere infinitum (yang fana tidak mungkin memahami yang tidak fana). Ada dua hal yang menjadi faktor penyebab manusia tidak dapat mengenal Allah secara lengkap, menyeluruh, dan sempurna: Pertama, faktor essential (perbedaan Pencipta-ciptaan). Allah adalah Pencipta dan manusia adalah ciptaan. Sesuatu yang diciptakan tidaklah mungkin dapat mengenal secara lengkap, utuh, dan sempurna terhadap sesuatu yang telah menciptakannya. Kedua, faktor accidental (kejatuhan manusia ke dalam dosa). Dosa menjadi perusak dan pemisah antara Allah dan manusia. Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambar-Nya (Kej. 1:26-27), dan Allah menanamkan sensus divinitatis (kemampuan alami manusia untuk memahami Allah) untuk mengenal-Nya. Namun, kita tidak mungkin mengenal Allah seperti Allah mengenal diri-Nya sendiri; kita hanya dapat mengenal-Nya sejauh mana Allah ingin diri-Nya dikenal oleh manusia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline