Negara Indonesia termasuk negara yang menggantungkan makanan pokoknya terhadap beras / nasi, meskipun di Indonesia banyak hasil pertanian yang mengandung karbohidrat seperti, ketela , ubi jalar, jagung,sagu kentang dan lainnya namun selain sebagai sumber karbohidrat utama nasi juga dianggap sebagai symbol kemamkmuran juga keberhasilan ekonomi dalam masyarakat sedangkan mereka yang meNgkonsumsi ubi jalar, ketela, sagu dan lainya dianggap kurang makmur kehidupannya . Sehingga kebutuhan beras nasional selalu masuk dalam anggaran Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia sebagai upaya untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.
Kenaikan harga beras mulai dari bulan Agustus 2023 merupakan harga tertinggi selama 5 bulan terakhir . Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) harga beras ditingkat konsumen meningkat dalam satu tahun terakhir naik sebesar 18,44 % , hal ini tentu membawa dampak yang besar bagi perekonomian masyarakat,kenaikan harga yang signifikan membawa kenaikan inflasi yang sangat tinggi , Secara umum inflasi beras di bulan September 2023 dibanding bulan sebelumnya meningkat 5,61 % dan merupakan angka inflasi tertiggi untuk 5 tahun terakhir (sejak februari 2028 )sehingga mempengaruhi biaya hidup dan daya beli masyarakat, dampak ini sangat dirasakan oleh masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah .
Deputi Gubernur BI Aida S Budiman mengatakan kenaikan harga beras yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir disebabkan terutama oleh penurunan pasokan beras akibat kemarau berkepanjangan dan juga penurunan produksi akibat efek El Nino dimana tanah menjadi kering, retak -- retak apalagi daerah tadah hujan rebutan air sehinga banyak sawah yang fuso.
Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Profesor Dwi Andreas Santosa, mengatakan El Nino bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan harga beras naik di tingkat konsumen. Berdasarkan survei lembaganya, biaya produksi petani yang meningkat tajam dalam empat tahun terakhir ikut mempengaruhi kenaikan harga beras."Jadi kalau biaya produksi naik relatif tinggi, ya wajar-wajar saja, harga beras di konsumen naik. Kalau harga beras di konsumen mintanya tetap stabil terus, celaka sedulur tani," kata Guru Besar di IPB ini. Harga beras saat ini, menurut Prof Andreas perlu terus dipertahankan agar petani bergairah untuk menanam padi.
"Itu harus kita syukuri. Karena petani saat ini, petani yang menanam padi baru menikmati keuntungan, setelah bertahun-tahun rugi terus," katanya. Dalam beberapa tahun terakhir, kata Prof Andreas, petani padi mengalami kerugian terus menerus. Hal ini ditemukan dari survei lembaganya di 47 sentra padi.
Kenaikan harga beras mengubah pola pembelian masyarakat terutama yang berpenghasian rendah lebih memilih membeli beras dalam jumlah yang lebih kecil, seperti per liter, ketimbang dalam karung besar. Hal ini mencerminkan adaptasi masyarakat terhadap kondisi harga yang lebih tinggi.Di sisi lain kenaikan harga beras ditingkat konsumen berdampak positif bagi para petani karena kenaikan harga gabah basah ataupun kering memberi keuntungan pada para petani.
Menghadapi situasi seperti ini pemerintah tentu perlu mengambil langkah -- langkah kebijakan yang tepat untuk menjaga kestabilan harga dan meminimalkan dampak negatifnya bagi masyarakat agar semua pihak tetap tersejahterakan, petani bisa beruntung dari hasil padinya , namun konsumen yang berpendapatan rendah juga dapat tetap bisa membeli beras. Salah satu solusinya tentu dengan mengefektifkan penyaluran pupuk bersibsidi untuk petani padi sehingga biaya produksi dapat ditekan , dengan biaya produksi yang berkurang petani bisa mendapatkan keuntungan. sehingga tetap bergairah untuk menanam padi . Dalam hal cuaca pemerintah perlu memikirkan langkah -- langkah mitigasi dan dukungan kepada petani untuk menghadapi resiko cuaca ekstrem, pengelolaaan sumber daya air dan diversifikasi tanaman pangan , sehingga resiko akibat cuaca ekstrem yang dirasakan oleh para petani dapat diminimalisir .
Untuk masyarakat yang rentan terhadap kenaikan harga beras pemerintah tentunya masih perlu menyalurkan beras murah , menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) selama tiga bulan kepada 21,3 juta rumah tangga untuk mengintervensi kenaikan harga beras. situasi tersebut menunjukkan kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian dan pangan Indonesia, dan memerlukan pendekatan yang holistik dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini secara efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H