Lihat ke Halaman Asli

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Diperbarui: 4 April 2017   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kurikulum anak usia dini berisi seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi perkembangan yang dimilki oleh setiap anak. Catron dan Allen menyatakan bahwa kurikulum mencakup jawaban tentang pertanyaan apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarkannya dengan menyediakan sebuah rencana program kegiatan bermain yang berlandaskan filosofis tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Selanjutnya dijelaskan bahwa program kegiatan bermain pada dasarnya adalah pengembangan secara konkret dari sebuah krikulum. Pengembangan kurikulum bagi anak usia dini merupakan langkah awal yang menjadi tolok ukur dari kegiatan belajar selanjutnya.

Menurut NAEYC Early Childhood Program Standar terdapat 2 hal penting tentang kurikulum bagi anak usia dini, yaitu:

1.Program kegiatan bermain pada anak usia dini diterapkan berdasarkan kurikulum yang berpusat pada anak serta dapat mendukung kegiatan pembelajaran dan perkembangan pada setiap aspek baik estetika, kognitif, emosional, bahasa, fisik dan sosial.

2.Kurikulum berorientasi pada hasil dan mengaitkan berbagai konsep dan perkembangan. Pada saat disampaikan oleh guru pada tiap indiidu anak, maka kurikulum yang telah dirancang diharapkan dapat membantu guru, sehingga dapat menyediakan pengalaman yang dapat mengembangkan perkembangan pada jenjang yang lebih tinggi pada wilayah perkembangannya. Hal ini juga mengarah pada intensionalitas dan ungkapan kreatif, dan memberikan kesempatan pada anak untuk belajar secara individu dan berkelompok berdasarkan kebutuhan dan minat mereka.

Tujuan pengembangan kurikulum menurut Catron dan Allen adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh serta terjadinya komunikasi interaktif.kurikulum bagi anak usia dini haruslah memfokuskan pada perkembangan yang optimal pada seorang anak melalui lingkungan sekitarnya yang dapat menggali berbagai potensi tersebut melalui permainan serta hubungan dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.selanjutna mereka berdua berpendapat bahwa seharusnya kelas-kelas bagi anak usia dini merupakan kelas yang mampu menciptakan suasana kelas yang kreatif dan penuh kegembiraan bagi anak. Adapun tujuan kurikulum anak usia dini di Indonesia adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan, dam kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan pada tahapan berikutnya.

Ada beberapa pendekatan dalam pengembangan kurikulum anak usia dini, yaitu:

1.Teori Perkembangan anak

Perkembangan adalah suatu perubahan kualitatif dari setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Menurut Bijau dan Baer, perkembangan adalah perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan. Sedangkan Libert, Paulus, dan Strauss mengartikan perkembangan sebagai proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan.

Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori dalam Hainstock mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif, selama masa inilah anak secra khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya.berdasakan teori perkembangan anak, diyakini bahwa setiap anak lahir dengan lebih dari satu bakat. Bakat tersebut bersifat potensial dan ibaratnya belum muncul di atas permukaan air. Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya.

Berdasarkan tinjauan aspek pedagogis, masa usia dini merupakan masa peletak dasar atau ondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selnjutnya. Secara teoritis berdasarkan aspek perkembangannya, seorang anak dapat belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan mereka merasa aman dan nyaman secara psikologis. Berhubungan dengan hal itu maka Wolfgang dan Wolfgang mengatakan bahwa pendidikan anak usia dini berkaitan dengan teori perkembangan, antara lain: (1) tanggap dengan proses yang terjadi dari dalam diri anak dan berusaha mengikuti arus perkembangan anak yang individual (2) mengkreasikan lingkungan dengan materi luas yang beragam dan alat-alat yang memungkinkan anak belajar (3) memperhatikan laju dan kecepatan belajar dari masing-masing anak dan (4) adanya bimbingan dari guru agara anak tertantang untuk melakukan sendiri.

2.Pendekatan Berpusat pada Anak

Ialah suatu kegiatan belajar di mana terjadi interaksi dinamis antara guru dan anak atau antara anak dengan anak lainnya. Filosofi dari pembelajaran berpusat pada anak adalah program tahap demi tahap, yang didasari pada adanya suatu keyakinan bahwa anak-anak dapat tumbuh dengan bai jika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar. Lingkungan yangdirancang secara cermat dengan menggunakan konsep tahap demi tahap mendorong anak-anak untuk mempelopori dan menciptakan sesuatu.

Coughlin mengmukakan bahwa pembelajaran berpusat pada anak bertujuan untuk: (1) mengembangkan kemampuan anak secara alamiah sesuai dengan tingkat perkembangannya (2) berusaha membuat anak bebas dan aman secara psikologis sehingga senang belajar di sekolah (3) meningkatkan kepedulian dan kerja sama antara pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat (4) menekankan pada asas keterbukaan bagi hal-hal yang menunjang pendidikan anak, serta (5) berusaha melengkapi segala kebutuhan yang menunjang perkembangan anak secara optimal.

3.Pendekatan Konstruktivisme

Implikasi konstruktivisme dalam kegiatan bermain:

(1)Anak hendaknya memperoleh kesempatan luas dalam kegiatan pembelajaran guna mengembangkan potensinya.

(2)Pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensial daripada perkembangan aktualnya.

(3)Program kegiatan bermain lebih diarahkan pada penggunaan strategi.

(4)Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajari dengan pengetahuan procedural untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah

(5)Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakn ko-konstruksi.

Teori konstruktivisme dapat disimpulkan bahwa (1) aliran konstruktivisme meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak berusaha memahami dunia di sekeliling mereka, anak membangun pemahaman mereka sendiri terhadap dunia sekitar dan pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya, orang dewasa dan lingkungan dan (2) setiap anak membangun pengetahuan mereka sendir berkat pengalaman-pengalaman dan interaksi aktif dengan lingkungan sekitar dan budaya di mana mereka berada melalui bermain.

Sumber:

Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan Teoritik & Praktik. Jogjakarta: Ar.Ruzz Media.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline