Lihat ke Halaman Asli

Harkit Brahmantya

Mahasiswa di Universitas Pendidikan Ganesha

Kepasrahan Batin untuk Mencapai Ketentraman Jiwa dalam Hindu

Diperbarui: 5 Januari 2023   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada zaman Kali Yuga ditandai dengan merosotnya kualitas moral manusia disemua aspek kehidupan, umur manusia semakin pendek, kejahatan merajarela, akan muncul sifat hanya mementingkan pribadi dan golongan. orang-orang cendrung semakin rakus, berprilaku jahat dan tidak mengenal belas-kasihan. Orang akan cenderung melakukan kegiatan tipu-menipu, suka berbohong, dan malas dibidang kerohanian. Di zaman ini manusia akan meninggikan diri sendiri dan merendahkan orang lain. 

Di hadapan orang lain dia akan membanggakan dan menyombongkan dirinya dengan memperlihatkan kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya dengan melakukan tindakan korupsi hanya untuk mengejar kesenangan duniawi.

Dalam agama Hindu Korupsi dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Dharma. Korupsi dipandang sebagai tindakan yang melanggar dan bertentangan dengan ajaran Tri Kaya Parisudha yang menitikberatkan terhadap pengendalian tiga hal, yaitu pengendalian pikiran, perkataan, dan perbuatan. 

Selain itu korupsi berentangan dengan konsep ajaran Dasa Yama Bratha yaitu Anresangsya yang artinya tidak mementingkan diri sendiri dan Arjawa artinya jujur mempertahankan kebenaran, bersifat terbuka dan berterus terang. 

Korupsi juga melanggar ajaran Panca Yama Bratha yaitu Astenya yang berarti tidak mencuri. Tindakan korupsi ini terjadi karena ketidakmampuan dalam mengendalikan sad ripu atau enam musuh yang terdapat dalam diri manusia, yang terdiri dari Kama (keinginan), Lobha (tamak), Krodha (marah), Moha (bingung), Mada (mabuk), dan Matsarya (iri hati). 

Dampak dari tindakan korupsi seperti hidupnya yang tidak bahagia dan penuh cobaan akan dirasakan pelaku, keluarga dan keturunannya. Moksa sebagai tujuan akhir hidup manusia tentu juga tidak akan tercapai. Semua itu adalah kerja dari hukum karma atau hukum sebab akibat, besar kecilnya suatu perbuatan akan membuahkan hasil. Seseorang yang melakukan tindakan korupsi tentu saja tidak akan mencapai ketentraman batin.

Manusia hanya dapat memperoleh ketenteraman batin bila ia mempunyai kepercayaan yang teguh kepada Sang Hyang Widhi dan rasa pasrah sepenuhnya. Hanya orang-orang semacam itulah mendapat penghargaan yang tinggi di dunia. 

Dalam agama Hindu kita mengenal istilah Iswarapranidhana yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti usaha atau keinginan untuk berserah diri kepada Sang Hyang Widhi. Berserah diri disini berarti menyerahkan segala keinginan dan kehendak kepada Sang Hyang Widhi. 

Dengan memahami Iswarapranidhana dengan baik dan benar maka kita dapat terhindar dari rasa serakah dan iri hati yang dapat mengganggu ketentraman jiwa. Seperti halnya mengejar kekayaan dunia apalagi sampai melakukan korupsi untuk mendapatkan kakayaan duniawi, karena sejatinya semua harta benda yang kita peroleh tak bisa menyertai kita saat kematian. Satu-satunya yang mengiringi kita adalah buah perbuatan (Karmaphala) kita di dunia ini. 

Daripada mengejar kesenangan-kesenangan duniawi yang sementara hingga terjerumus kedalam konsekuensi penderitaan, alangkah baiknya jika kita memiliki kepasrahan total pada Sang Hyang Widhi. Beliau jauh lebih tahu apa yang terbaik untuk kita dan apa yang kita butuhkan. 

Dengan mencurahkan seluruh bakti kita kepada Sang Hyang Widhi dan mempasrahkan semua pada kehendak-Nya niscaya Beliau akan senantiasa melindungi kita dan mengambil alih semua beban yang kita miliki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline