Lihat ke Halaman Asli

harkaman 123

Lakukanlah apa yang kamu cintai, dan cintailah apa yang kamu lakukan

Tafsir Islam, Melampaui Batas Syariat

Diperbarui: 25 Januari 2020   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ali Imran/3: 19 (dokpri)

Dewasa ini, perdebatan antara umat Islam dengan umat Islam masih belum padam. Siapakah yang sebenarnya yang paling benar, apakah golongan A ataukah golongan B? Penulis akan berbicara terlepas dari keberpihakan terhadap satu aliran tertentu. Juga, tidak berbicara Islam kelompok siapa yang paling benar.

Di dalam berbagai buku tafsir, di antaranya: Tafsir Ibnu 'Arabi (Muhammad Ibnu Ali Ibn Muhammad Ibnu 'Arabi al-Tha'i al-Hatimi), Tafsir al-Maraghi (Ahmad Mustafa Al-Maraghi), Tafsir al-Qurthubi (Syaikh Imam al-Qurthubi), Tafsir al-Mizan (Muhammda Husain Thabathabai), Tafsir al-Azhar (Buya Hamka) dan Tafsir al-Misbah (M. Quraish Shihab) pada penafsiran surat Ali' Imran ayat 19, ditemukan makna Islam adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan tidak melakukan perbuatan syirik. 

Ketika seseorang menyerahkan diri kepada Allah sehingga dia tunduk kepada-Nya dan mengakui kebesaran-Nya. Kemudian timbul dari dalam lubuk hati dengan penuh ketulusan. Akibatnya, ia dapat menimbulkan kedamaian dalam jiwa karena mencapai hakikat. Maka orang ini berhasil menyerahkan diri atau berislam, dan  pencapaian ini telah melewati pintu syariat.

 Ayat: "Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah ialah Islam". Megaskan bahwa agama yang benar-benar agama di sisi Allah adalah hanyalah penyerahan diri. Dan sekali-kali tidak dimaksudkan syari'at di sana. Dipertegas lagi dalam ayat lain:

"Barang siapa yang mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) dari padanya" (Ali'Imraan/3: 85).

Lantas atas dasar apa orang-orang yang berani mengatakan dirinyalah Islam yang sebenarnya. Dengan begitu mudahnya menyalahkan orang lain. Apa mungkin sudah benar-benar melakukan penyerahan kepada Allah semata. Jika benar demikian maka penulis akan bertanya, bagaimana anda mencapainya?

Islam tidak terbatas suatu kaum dan masa. Nabi-nabi yang ditus oleh Allah (sebelum Muhammad), juga menyampaikan Islam dan ini selalu bersifat berkelanjutan dari Nabi yang satu ke Nabi yang berikutnya. Siapakah yang paling benar, dialah yang benar-benar melakukan penyerahan diri kepada Allah semata.

"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya." (An-Nisa/4: 125)

Perlu diingat adalah apakah syaria't itu mampu membawa kita kepada agama penyerahan diri atau sebaliknya, ia menjauhkan kita dari Allah swt.

DAFTAR BACAAN

  • Muhammad Ibnu Ali Ibn Muhammad Ibnu 'Arabi al-Tha'i al-Hatimi, Tafsir Ibnu 'Arabi.
  • Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir al-Maragi.
  • Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi.
  • Muhammda Husain Thabathabai, Tafsir Al-Mizan.
  •  Buya Hamka, Tafsir al-Azhar
  •  M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline