[caption id="attachment_264319" align="aligncenter" width="576" caption="Kena razio satpol PP..makanya jangan nongkrong sembarangan..:) (ft: Widianto H. Didiet)"][/caption] Enaknya kegiatan apa ya untuk mengisi liburan akhir pekan? Bagi yang hobi memotret mungkin membuat foto yang bercerita bisa menjadi kegiatan menyenangkan. Murah meriah, asyik, dan lumayan untuk menambah stok (photofolio). Mengasah kemampuan bagaimana menghasilkan foto yang unik. Foto itu bukan sekadar kumpulan obyek yang ditangkap melalui sensor kamera. Ia juga media ekspresi manusia. Sama seperti kegiatan melukis, bedanya memotret menggunakan media pencahayaan dan yang terpenting adalah bagaimana foto itu bisa bercerita. Ini tantangan utamanya. Sebuah foto bisa menceritakan banyak hal. Bahkan cerita dari puluhan halaman novel bisa diwakili oleh beberapa foto. Perlu keuletan dan konsep yang matang agar menghasilkan foto yang mampu bercerita. Terinspirasi oleh posting dari Om Widianto H. Didiet yang mengulas mengenai bagaimana menghasilkan foto yang bercerita, berikut ini hal-hal yang perlu disiapkan dalam membuat cerita foto (photo talks), disertai contoh-contohnya. Foto-foto yang ditampilkan adalah dari hasil interaksi dengan Om Didiet dan banyak kawan penghobi fotografi di Grup "Kompasianers Hobi Jepret" (Kamprets). 1. Aliran Taking Aliran ini lebih menekankan pada sisi kejelian fotografer. Kekuatannya adalah di momen. Umumnya foto yang bercerita dengan teknik taking adalah foto yang merekam momen unik yang mampu bercerita dan diambil dalam situasi natural (tidak diarahkan). Bagi yang hobi dengan teknik candid atau penghobi foto jurnalisme akan lebih memiliki kepekaan tinggi terhadap momen-momen unik yang terjadi di depan matanya. Foto di bawah ini misalnya diambil di halte busway Bundaran HI. Jika melihat foto ini, akan mampu menangkap pesan yang hendak disampaikan oleh fotografer, yaitu ketika seorang memainkan HP lalu orang-orang di sekitarnya mengintip aktivitasnya memainkan HP. [caption id="attachment_264324" align="aligncenter" width="512" caption="Ber-HP ria diliatin orang sekeliling (harjasaputra)"]
[/caption] Foto berikut juga diambil secara natural di Pantai Rowo di Kebumen. Foto ini selain bercerita juga memunculkan kesan estetika. Pasir di pantai itu membentuk seperti gurun pasir yang menggunung, dan ketika ada orang yang melintas terlihat dari kejauhan seperti sedang melintas di tengah panasnya gurun sahara. [caption id="attachment_264325" align="aligncenter" width="613" caption="Teriknya padang pasir (harjasaputra)"]
[/caption] 2. Aliran Making Nah jenis ini yang menjadi poin utama di tulisan ini, yaitu bagaimana berkreasi dalam membuat foto yang mampu bercerita sesuai dengan keinginan kita sendiri. Teknik ini kunci utamanya bukan di momen tapi di fotografer, karena obyek diarahkan. Istilah lainnya adalah "foto konseptual". Perlu konsep terlebih dahulu sebelum menjepret. Dengan belajar dari Om Didiet (master grup Kamprets), menurutnya, yang terpenting dari teknik ini adalah: apa sih ending atau output yang ingin diperoleh dari foto yang akan dihasilkan?" Pertanyaan ini penting sebelum membuat cerita foto. Setelah memperoleh konsep foto, tentunya perlu ada property yang mendukung konsep tersebut. Selanjutnya adalah mengeksekusi: model diarahkan sesuai dengan konsep dengan property yang sudah disiapkan. Tidak kalah penting adalah peralatan, jika memerlukan pencahayaan ekstra maka peralatan lighting bisa menjadi pilihan untuk digunakan (strobisan istilahnya). Foto berikut adalah salah satu contohnya. Foto dengan konsep seorang karyawan yang tersiksa di sebuah pabrik percetakan. Mati mengenaskan dengan mata terbelalak. [caption id="attachment_264331" align="aligncenter" width="478" caption="Foto yang bercerita dengan konsep karyawan yang mati di sebuah pabrik percetakan (talent: si eka tuh, fg: harjasaputra)"]
[/caption] Foto di atas memerlukan beberapa elemen penting dalam eksekusi selain konsep: pertama, talent atau model yang mampu acting dengan ekspresi orang yang benar-benar mati terkapar, perlu totalitas peran. Layaknya dalam membuat film. Kedua, peralatan (dalam hal ini lighting untuk memberikan kesan dramatis dan lensa lebar 10-20mm agar cakupan foto menjadi luas). Ketiga, pengarah gaya. Foto berikut konsepnya adalah "pemerkosaan". Di sini tantangannya adalah bagaimana menghasilkan foto yang bisa menceritakan pemerkosaan tanpa memunculkan wajah dari si model secara jelas. Ini hasil fotonya: [caption id="attachment_264342" align="aligncenter" width="567" caption="Foto dengan cerita "]
[/caption] Foto berikut juga salah satu contoh, yaitu foto dengan konsep "Selingkuh". Selingkuh yang unik, complicated love. Butuh 3 orang talent untuk memerankannya. Konsepnya agak panjang, yaitu menceritakan hubungan sesama jenis antara laki-laki. Meskipun sudah menjalin cinta dengan seorang wanita, ia juga memiliki hubungan lain dengan sesama jenis. Ia berjanji akan meninggalkan wanita itu dan setia pada pasangan sesama jenisnya. Tapi, kemudian ia ketahuan berbohong, malah kembali lagi ke pacar wanitanya. Pasangan sesama jenis tersebut marah. Si wanitanya pun marah karena merasa dikhianati. Pokoknya mirip sinetron atau cerita novel. Jika dinarasikan bisa berpuluh-puluh halaman, tapi berusaha ditampilan hanya dalam 3 foto. Lokasi pengambilan gambar adalah di sebuah vila Kaliurang, Yogyakarta, di saat kopi darat grup Kampret. Berikut ini adalah tiga foto tersebut: [caption id="attachment_264337" align="aligncenter" width="567" caption="Selingkuh yang aneh (Kampret/harjasaputra)"]
[/caption] [caption id="attachment_264339" align="aligncenter" width="447" caption="Marah karena pasangannya kembali lagi ke pacar lamanya (Kampret/Harjasaputra)"]
[/caption] [caption id="attachment_264340" align="aligncenter" width="567" caption="Si wanitanya pun marah (Kampret/Harjasaputra)"]
[/caption] Ketiga foto itu pun lalu disatukan dan membentuk photo talks, seperti berikut: [caption id="attachment_264341" align="aligncenter" width="533" caption="Photo talks, foto yang bercerita sesuai dengan alur cerita (kampret/harjasaputra)"]
[/caption] Konsep foto bisa juga digunakan untuk lucu-lucuan. Konsep berantem misalnya bisa digunakan. Seperti foto berikut: [caption id="attachment_264344" align="aligncenter" width="583" caption="Konsep berkelahi (harjasaputra)"]
[/caption] [caption id="attachment_264345" align="aligncenter" width="567" caption="Berkelahi dengan boneka kalau ini sih..hahhaa (dok pri)"]
[/caption] [caption id="attachment_264348" align="aligncenter" width="592" caption="Konsep berantem ala Kamehame (harjasaputra)"]
[/caption] Untuk membuat foto yang bercerita seperti pada foto-foto di atas tidak terbatas pada kamera-kamera DSLR, tetapi juga bisa dengan kamera pocket seperti foto pertama di atas. Kuncinya adalah ada konsep cerita yang ingin disampaikan. So, selamat berkreasi!**[harjasaputra] ---------------- Untuk bergabung dengan Grup FB Kompasianer Hobi Jepret di link ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H