Pagi ini saya tertarik pada postingan salah satu Kompasianer baru berjudul: "Mengungkap Fakta di Balik Poligami". Lalu sejam kemudian menulis lagi dengan judul: "Diskusi Terbuka Bersama Soal Poligami". Hanya ada dua postingan di lapaknya, semuanya tentang poligami. Wah saya pikir, ini judulnya diskusi, maka saya komentar di tulisannya yang kedua. Sebelumnya saya bilang, "Anda sendiri berada di posisi mendukung sepenuhnya poligami, ya ga mungkin ada diskusi. Diskusi itu terjadi jika setiap orang bersedia berada di ruang netral.. ". Dijawab, "Salam kenal. Salam Segala Salam Mas Harja Saputra. Tentu tetap bisa didiskusikan dan sebebas-bebasnya boleh siapapun mengungkapkan pendapatnya bukan untuk berdebat tapi justru untuk mengungkap kebenaran". OK, saya anggap ruang diskusi terbuka karena sudah dikatakan bebas-sebebasnya boleh mengungkapkan pendapatnya. Saya tengok juga di tulisannya yang pertama. Oh, ternyata ini logika utama penulis sehingga mendukung penuh poligami. Apa itu? Simak statemennya: "Faktanya yang tidak bisa dipungkiri adalah di permukaan bumi saat ini, jumlah wanita jauh lebih banyak dibandingkan pria dan hal ini terus mengalami peningkatan. Efeknya, bila seorang pria hanya mempunyai satu orang istri saja, maka sangat banyak wanita akan terancam tidak mendapatkan suami. Pertanyaannya, kenapa jumlah wanita bisa jauh lebih banyak dari jumlah pria di bumi? Jawabannya simpel, karena Tuhan menghendaki, menentukan dan menetapkan hal ini terjadi". Ini logika utamanya: yaitu poligami dianggap sebagai solusi atau menurutnya "hukum alam" (sunatullah) karena jumlah wanita lebih banyak dari laki-laki. Segera saja saya berkomentar: Saya bilang: "ini logikanya ga kena. Kalo dibilang karena sebabnya saat ini wanita lebih banyak dari laki-laki, berarti jika di satu daerah laki2 lebih banyak dari wanita, berarti wanita boleh poliandri. Plis jangan mengakal-akali sebab dari sesuatu". Saya pun menambahkan komentar: "Coba teliti lagi angka-angka statistik di indonesia dan di dunia. Apa benar wanita lebih banyak dr laki-laki? Justru kenyataannya malah laki-laki lebih banyak dari wanita lho..kalau penulis artikel ini ga percaya monggo aja diliat. Sy bilang begini karena sdh prnah melakukan penelitian mengenai ini. Jika demikian logika yg digunakan, berarti malah wanita yang harus poliandri. Makanya logika penulis ini tak bs digunakan. Bahaya jika digunakan." Komentar saya bukan tanpa dasar. Lihat statistik berikut ini. Kenyataannya justru lebih banyak laki-laki daripada wanita: 1. Data statistik jumlah penduduk Indonesia dari sensus BPS tahun 2010. Datanya dapat dilihat di link ini. [caption id="attachment_212085" align="aligncenter" width="326" caption="Statistik perbandingan jumlah penduduk Indonesia berdasarkan jenis kelamin (sumber: BPS)"][/caption] Dari data itu, secara total di Indonesia perbandingan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada wanita, yaitu sebesar 50.17% sedangkan wanita 49.83%. Masih dibantah, "Itu data tahun 2010, di tahun 2009 saja jumlah wanita lebih banyak dibanding laki-laki. Apalagi jika tahun 2011 dan 2012 tidak menutup kemungkinan jumlah wanita lebih banyak lagi. Saya minta data statistik dunianya", kata penulis artikel itu. 2. OK, lalu saya kasih link data statistik penduduk dunia tahun 2012 (midyear world population 2012). Datanya dapat dilihat di link ini. Lihat gambar tabel di bawah ini: [caption id="attachment_212086" align="aligncenter" width="503" caption="Data jumlah penduduk dunia berdasarkan jenis kelamin periode pertengahan 2012. Tabel terpotong hanya sampe umur 26 tahun (Untuk lebih lengkap tabelnya silahkan akses: http://www.census.gov/population/international/data/worldpop/tool_population.php)"]
[/caption] Dari data sensus penduduk dunia di atas, jumlah laki-laki adalah sebesar 3.532.503.174 orang atau sebesar 50.3%, sedangkan jumlah penduduk dunia wanita sebesar 3.485.040.790 atau sebesar 49.7% dari total penduduk 7.017.543.964. Sudah jelas, clear, bahwa secara keseluruhan pada tingkat internasional jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Itu secara umum, apalagi jika dilihat sebaran data berdasarkan jumlah usia produktif (usia 18 - 50 tahun atau berdasarkan definisi produktif lainnya). Dari usia produktif makin terlihat lagi perbedaannya. Makin variatif. Namun secara umum, data itu data riil, bahwa jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Apakah penulis artikel itu menerima angka di atas? Ajaib, malah berkomentar, "Tetap masih beda tipis Mas. Lagipula, banyak yang tidak tersensus di Indonesia maupun dunia. Lagipula juga, besar kemungkinan rekayasa data oleh para penguasa yang punya kepentingan tertentu dalam hal tersebut. Apalagi Amerika Serikat, jelas-jelas banyak kebohongannya. Tapi terima kasih atas masukannya. Saya belum bisa mencabut pernyataan ini dan saya masih mau menelaah lebih dalam tidak asal percaya hasil sensus karena dunia ini masih kacau termasuk soal pendataan pun kacau". Wah, kacau deh, sama data statistik riil saja masih bisa berkilah. Sudahlah, saya tak mau berpanjang-panjang sama yang punya prinsip: "pokoknya sekali kambing tetep kambing meskipun bs terbang..haddeeeehhhh". Kesimpulannya, alasan utama bahwa poligami merupakan solusi atas masalah sosial, yaitu untuk menjembatani kesenjangan antara jumlah penduduk wanita yang lebih banyak daripada laki-laki dengan sendirinya tak bisa diterima. Karena jika demikian logikanya, maka jika pada suatu daerah atau pada kondisi tertentu di mana laki-laki lebih banyak daripada perempuan, maka poliandri adalah solusi tepat. Dan, dari data-data di atas, menunjukkan hal sebaliknya. Jika tetap digunakan logika ini, yang harus poligami seharusnya wanita bukan laki-laki. Maukah laki-laki dipoliandri? Silahkan tanya saja.**[harja saputra].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H