Lihat ke Halaman Asli

Harja Saputra

TERVERIFIKASI

[Foto] Peluncuran Buku "Ahok Untuk Indonesia"

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14007233532144716516

[caption id="attachment_307948" align="alignnone" width="630" caption="Peluncuran buku Ahok untuk Indonesia (harjasaputra)"][/caption]

Kursi yang berjejer di area pintu masuk toko buku Kinokuniya, lantai 5 Sogo Plasa Senayan (21/5) terisi penuh. Para Kompasianer sudah berdatangan sebelum acara dimulai. Meskipun acara sempat mundur 1 jam dari rencana, tertera pukul 18.00 namun dimulai pukul 19.00, tapi tak menyurutkan antusias mereka. Bahkan ada yang datang dari jauh, seperti Pak Michael Sendow dan istri (Heidy) dari Menado serta Pak Iswanto.

Glory Ojong, cucu dari pendiri Kompas, memandu acara. Di saat membuka acara ia mengemukakan bahwa buku "Ahok untuk Indonesia" hasil karya 35 Kompasianers ini mendapat respon pasar cukup tinggi. Hanya selama 2 minggu sudah habis dan sekarang sudah cetakan kedua. Hal ini pun disampaikan oleh Kang Pepih Nugraha di sela-sela obrolan sebelum acara dimulai. Menurutnya, ia pun tidak menyangka respon publik terhadap buku ini cukup tinggi.

[caption id="attachment_307950" align="alignnone" width="630" caption="Glory Ojong, cucu pendiri Kompas, memandu acara (harjasaputra)"]

14007244461912884566

[/caption]

Acara rencananya dihadiri oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) namun ia berhalangan hadir. Hanya diwakili oleh beberapa orang dari Pemda DKI Jakarta. Pembicara yang mengulas buku ini adalah Fadjroel Rahman, penulis di Opini Kompas dan pengamat politik, dan dari Kompasiana diwakili oleh Nurul. Kang Pepih sendiri di acara itu memberikan pengantar mengenai latar belakang penulisan buku yang diluncurkan.

[caption id="attachment_307952" align="alignnone" width="630" caption="Kang Pepih memberikan pengantar acara (harjasaputra)"]

1400725042659098083

[/caption]

Disaat ditanya mengenai kenapa sampul bukunya berwarna hitam, Nurul menjelaskan bahwa warna itu dipilih selain agar tidak ada persepsi mengaitkan dengan warna parpol tertentu, juga karena karakter Ahok sendiri yang tegas. Warna hitam lebih cocok untuk merepresentasikan ketegasan tokoh yang dibahas dalam buku.

"Tulisan mengenai Jokowi-Ahok di Kompasiana jumlahnya ribuan, sehingga ada ide kenapa tidak sekalian dijadikan buku. Lalu editor melakukan seleksi dari tulisan-tulisan yang masuk, baik tulisan lama maupun tulisan baru dari Kompasianers. Semua tulisan adalah bagus, sehingga kami harus menyeleksi yang terbaik di antara tulisan bagus tersebut hingga terpilihlah seperti yang muncul di buku", jelas Nurul.

[caption id="attachment_307960" align="alignnone" width="630" caption="Nurul, wakil dari Kompasiana, menjelaskan proses pembuatan buku (harjasaputra)"]

14007255981790291

[/caption]

Acara berlangsung hangat terutama setelah Fajroel memberikan paparan yang diselingi dengan candaan. Ia mengatakan bahwa sosok Ahok yang suka gebrak-gebrak meja di saat rapat merupakan sosok unik. Ketegasan dari pemimpin yang hendak ditunjukkan olehnya. Ini sangat anti-mainstream. Bahayanya adalah ketika mendapat perlawanan dari birokrasi. Ia mencontohkan dengan sosok Gus Dur. Gus Dur sesungguhnya berlawanan dengan birokrasi. Ia lengser karena faktor birokrasi, bukan karena sosoknya yang gagal. Fajroel berharap hal itu tidak terjadi pada Ahok.

"Saya sendiri melihat untuk di Jakarta sudah siap dengan gaya kepemimpinan seperti yang ditunjukkan oleh Ahok. Jakarta kan tidak terlalu luas dan masyarakatnya sudah cerdas. Apalagi dengan adanya dukungan dari media sosial sehingga publik bisa lebih intens terlibat", papar Fajroel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline