Lihat ke Halaman Asli

Babeh Idin, Ciptakan Hutan di Belantara Jakarta

Diperbarui: 26 April 2016   02:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="H. Chaerudin alias Babeh Idin di KTLH Sangga Buana. * Ft. hariyawan esthu"]

[/caption]

SIANG belum begitu tinggi. Panas matahari pun belum begitu menggigit kulit, ketikakami sampai di “Hutan Kota Pesanggrahan Sangga Buana Karang Tengah, Jakarta Selatan”. Ya, kami telah sampai di hutan kota yang dikelola Kelompok Tani Lingkungan Hidup (KTLH) Sangga Buana, tepatnya di Jalan Karang Tengah Raya No. 21 RT 01/RW 03, Kelurahan Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.

Di antara H. Chaerudin –yang akrab disapa Babeh Idin--, KTLH Sangga Buana, dan Kali Pesanggrahan ibarat telah menjadi satu kepaduan. KTLH Sangga Buana adalah nama organisasi yang didirikan Babeh Idin, untuk menindaklanjuti upayanya melakukan konservasi di bantaran Kali Pesanggrahan, yang kini membentuk sebuah taman hutan kota.

Lokasi taman hutan kota ini, memang menyatu dengan bantaran sungai yang dulu dihijaukan kembali oleh Babeh Idin dan kawan-kawannya itu. Dahulunya, lokasi itu juga yang dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga setempat.

Tetapi saat ini, bila melihat hamparan tanah luas yang dipagari puluhan ribu pohon yang menghijau, kalau kita tidak datang sendiri, tidak akan menyangka bahwa berjarak sekitar empat kilometer dari hiruk-pikuk (eks) Terminal Lebak Bulus, di sudut Selatan Jakarta, terdapat hutan kecil yang rimbun. Mirip “dunia lain” dari sisi gegap gempita Ibukota Indonesia, Jakarta.

Kini kawasan ini kerap menjadi tujuan wisata minat khusus, terutama rombongan yang ingin menikmati masih asrinya Kota Jakarta, sambil memancing, menyusuri Kali Pesanggrahan dengan perahu karet, melihat kuda-kuda bebas berkeliaran, melihat cara beternak kelinci dan kambing, bahkan melihat proses pemanfaatan sampah.

Melihat kehadiran para pengunjung di areal taman hutan itu, laki-laki bertubuh kekar kelahiran 13 April 1956 ini tidak kuasa untuk menahan senyum sumringahnya. Senyum dari rasa syukur lebih dari 30 tahun hasil perjuangan dia dan kawan-kawannya, yang telah banyak menghasilkan perubahan.

“Bukan hanya perubahan fisik, tetapi juga secara kejiwaan. Setiap pagi atau sore orang kumpul di sini. Bayangin saja, di taman hutan ini, sambil belajar tentang alam, ‘kan ini masuknya silaturrahmi, ” katanya bersemangat, dengan logat Betawi kental.

Kata Babeh Idin, para pengunjung dapat memanfaatkan hutan kota untuk belajar, karena menyimpan sekitar 60 ribu jenis pohon. Di sepanjang bibir Sungai Pesanggrahan antara lain tumbuh pohon bambu, sukun, melinjo, rambutan, tanjung, belimbing wuluh, atau nangka. Di sini orang boleh memetik buah-buahan apa pun atau memancing ikan secara gratis.

“Orang di sini bebas metik dan mancing, tapi asal (ikut) menjaga (hutan dan sungainya),” katanya tulus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline